73 Warga Sukabumi Tergigit Hewan Penular Rabies

73 Warga Sukabumi Tergigit Hewan Penular Rabies

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 04 Agu 2023 03:00 WIB
Aggressive German Shepherd dog on city street
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Liudmila Chernetska).
Sukabumi -

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi menangani 73 kasus wargayang digigit hewan penular rabies. Diketahui, hewan penular rabies yaitu anjing, kucing, kera dan kelelawar.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Wita Darmawanti mengatakan, para pasien tersebut hanya terkena gigitan dari hewan yang beresiko menularkan rabies. Beruntung, dari 73 pasien tak ada satu pun yang positif tertular rabies.

"Rabies itu sebetulnya tidak ada ya di Kota Sukabumi, tapi yang terkena gigitan sudah ada 73 orang, untuk positif rabiesnya sendiri itu tidak ada," kata Wita kepada awak media, Kamis (3/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) untuk penanganan hewan rabies. "Kalau kami hanya menerima pasien setelah gigitan atau melayani korban yang sudah terkena gigitan," ujarnya.

Adapun penanganan pertama saat terkena gigitan, kata Wita, masyarakat dapat mencuci bagian tubuh yang terkena gigitan dengan sabun detergen. Setelah itu, segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk ditindaklanjuti.

ADVERTISEMENT

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKP3 Kota Sukabumi Riki Barata menambahkan, hingga saat ini tak ada kasus rabies di Kota Sukabumi. Hanya saja, kata dia, potensi hewan penular rabies memang ada apabila tidak segera melakukan vaksinasi.

"Dari 73 itu tidak ada satu pun yang terindikasi rabies. Digigitnya memang oleh hewan penular rabies, tapi hewannya tidak dalam rabies, bukan kasus (rabies)," kata Riki.

"Kota Sukabumi itu sebenarnya dari 73 itu yang murni kasus gigitannya hanya 33, sisanya 40 pasien dari kabupaten yang ditangani oleh puskesmas, RSUD Syamsudin atau RSUD Al-Mulk," sambungnya.

Kondisi gigitan hewan penular rabies yang menjangkit pasien pun beragam. Mulai dari dicakar dan digigit baik itu di bagian tangan atau kaki. Biasanya, kata dia, hewan itu menggigir karena diprovokasi.

"Biasanya dengan provokasj, artinya provokasi itu kan lagi dimandikan, keinjak ekornya dan sebagainya, bukan semata-mata langsung gigit. Yang paling banyak 98 persen itu kasusnya penularan rabies di Indonesia itu dari anjing, dua persennya antara kera dan kucing," jelasnya.

Guna menghindari kasus rabies di Kota Sukabumi, pihaknya melakukan beberapa upaya yaitu dengan menyiapkan vaksin rabies, sosialisasi, eliminasi dan sterilisasi. Untuk vaksinasi, ia sudah memberikan vaksin rabies ke hewan penular di Kecamatan Baros dan Lembursitu.

"Vaksinasi dilakukan pada hewan penular rabies dalam setahun sekali. Kita door to door ke masyarakat ya g memang memiliki hewan peliharaan. Nanti dilanjutkan ke Kecamatan Cibeureum, Cikole, Warudoyong, Citamiang, jadi kita sesuai jadwal yang sudah kita tentukan," ucapnya.

Selain suntik vaksin dan sosialisasi, mereka juga akan melakukan eliminasi. Menurutnya, eliminasi ini paling kontroversial dan ditentang oleh para pecinta hewan.

"Selesai sosialisasi, ada program eliminasi. Walaupun eliminasi ini banyak ditentang oleh para pecinta hewan karena memang kita mematikan hewan-hewan liar itu tetap bersyarat, misalnya ada anjing atau kucing sudah menggangu di wilayah tertentu," tambahnya.

Terakhir dengan sterilisasi untuk mengontrol populasi hewan penular rabies. Akan tetapi, untuk melaksanakan sterilisasi ini, pihaknya masih terkendala anggaran sehingga masih bergantung pada kesadaran masyarakat untuk sterilisasi hewan peliharaannya secara mandiri.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads