Wabah narkoba 'zombie' viral beberapa waktu lalu di Amerika Serikat. Kini, wabah hampir serupa terjadi di Afrika, tepatnya di negara Sierra Leone.
Di sini, warganya mengonsumsi Narkoba bernama 'kush'. Narkoba jenis ini dibuat secara sintetik dan muncul pertama kali sekitar enam tahun lalu.
Baca juga: Diet yang Ujungnya Merenggut Nyawa |
Dikutip dari detikHealth, narkoba ini dikonsumsi dengan cara seperti rokok. Narkoba ini umumnya digunakan oleh banyak pemuda Afrika yang hidup di bawah garis kemiskinan. Narkoba ini banyak diedarkan oleh geng kriminal setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Narkoba ini diproduksi dan didistribusikan oleh geng kriminal. Narkoba ini merupakan gabungan berbagai bahan kimia dan tanaman yang meniru THC alami (cannabinoid) yang dapat ditemukan di ganja," ucap Kepala Badan Penegakan Hukum Narkoba Nasional Abdul Sheku Kargbo dikutip dari Africa News, Jumat (4/8/2023).
"Bahan aktif yang digunakan dapat ditingkatkan secara eksponensial, meningkatkan potensi," sambungnya.
Pihak LSM Mental Watch Advocacy di negara tersebut mengatakan bahwa hal ini harus menjadi perhatian bersama. Terlebih maraknya kecanduan kush ini sudah mengkhawatirkan.
"Para pemuda sedang sekarat. Kami membutuhkan strategi yang cepat dan terfokus untuk melihat bagaimana asupan narkoba ini dikonsumsi oleh anak muda. Tapi saat ini kondisinya cukup mengkhawatirkan," kata pendiri Mental Watch Advocacy Ibrahim Hassan Koroma.
Di ibu kota Sierra Leone, Freetown, pengguna kush bisa ditemukan di berbagai tempat. enggunanya biasanya ditemukan duduk lemas dengan kepala terkulai, bahkan ada yang tidur sambil berdiri karena mabuk.
Penanganan wabah ini tak mudah bagi pemerintah setempat. Sebab proses penanganan pengguna kush terhalang minimnya fasilitas kesehatan yang ada di Sierra Leone.
Satu-satunya rumah sakit jiwa di Sierra Leone dibanjiri para pengguna narkoba yang dibawa oleh keluarga korban. Banyak pengguna datang ke rumah sakit dengan keadaan yang sudah parah.
"60 persen penerimaan rumah sakit terkait dengan penggunaan kush," ucap pejabat pengamat medis dan psikiater residen, Jusu Mattia.
"Rumah sakit menerima banyak pasien yang sudah berada di kondisi ekstrem karena mabuk atau psikotik," tambahnya.
Sementara akibat kurangnya sarana dan prasarana di unit penyalahgunaan obat, banyak pasien akhirnya hanya terbaring di tempat tidur. Perawatan isolasi dilakukan selama tiga sampai enam minggu didukung dengan obat antipsikotik untuk mengurangi atau menghilangkan kecanduan.
"Banyak pengguna kush tidak memiliki akses ke pengobatan apapun. Jika mereka tidak berbahaya, mereka maka akan dibiarkan sendiri hidup seperti 'zombie' tanpa ada yang merawat mereka," ucap Mattia.
"Rumah sakit hanya bisa merawat 'puncak gunung es'. Ini masalah yang sangat besar dan tersebar luas," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Geger Wabah Narkoba Zombie Afrika, Banyak Pengidap Tak Bisa Dirawat
(orb/orb)