Warga Kabupaten Ciamis dihebohkan dengan pemandangan langit terbelah yang terjadi, Kamis (27/7) petang lalu. Pemandangan itu membuat kagum warga, karena sebuah awan bercahaya berwarna oraye seperti membelah langit Ciamis.
Pemandangan langit terbelah itu berlangsung 30 menit, dari Pukul 18.00-18.30 WIB dan terlihat jelas di wilayah Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis. Penampakan itu hilang, setelah hari berubah gelap.
Warga sekitar bernama Tatang mengatakan, jika pemandangan langit terbelah sangat indah sekali dan membuat dirinya terpesona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awannya mungkin tersorot matahari yang akan tenggelam. Tapi terlihat bagus sangat lurus seperti membelah langit," kata Tatang kepada detikJabar.
Dia mengaku, selain terbelah pemandangan langit pada petang itu sangat cerah dan pemandangan itu baru pertama kali dia lihat.
"Ini kekuasaan Allah yang harus kita syukuri. Cuacanya juga memang sedang cerah. Mungkin saat ini sudah mulai musim kemarau sehingga awan juga sedikit," terangnya.
Selain Tatang, warga lain bernama Ilham menyebut, pemandangan langit terbelah itu seperti di film-film yang mengisahkan tentang luar angkasa atau film fiksi ilmiah.
"Mirip yang ada di film-film, langit seperti terbelah. Unik memang, tapi yang saya lihat itu awan yang disinari matahari senja. Bagusnya awannya itu berbentuk garis lurus," terangnya.
Terpisah, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu menuturkan ada dua kemungkinan terkait fenomena tersebut. Kemungkinan pertama fenomena itu terjadi karena adanya awan Arcus yang muncul di langit Ciamis, Kamis sore kemarin. Awan Arcus sendiri menurutnya merupakan jenis awan rendah yang terbentuk pada ketinggian sekitar kilometer 1,9 KM di atas permukaan bumi.
"Apabila dilihat lebih teliti, awan yang terbentuk di wilayah Ciamis tersebut tergolong ke dalam jenis awan Arcus, berjenis awan Roll," kata Rahayu saat dikonfirmasi detikJabar, Jumat (28/7).
Kemungkinan kedua, fenomena langit terbelah itu disebabkan karena Contrails (Condensation Trails) atau jejak kondensasi. Contrails ini terbentuk ketika pesawat melintas di atmosfer, terutama troposfer atas dan meninggalkan uap air di lapisan tersebut.
"Maka partikulat (PM) yang dihasilkan oleh pesawat tersebut akan terkondensasi bersama dengan uap air di lapisan tersebut membentuk awan yang lurus melintang di horizon," tuturnya.
Dia menyebut, jika melihat kondisi atmosfer melalui satelit, terlihat adanya kelembapan udara yang tinggi dan rendah di sekitar Jawa Barat bagian timur atau di sekitar Tasik dan Ciamis.
"Maka peluang terbesar, fenomena tersebut adalah awan Roll yang terbentuk akibat pertemuan massa udara hangat (kelembapan udara tinggi) dan massa udara dingin (kelembapan udara rendah)," ungkap Rahayu.
Dia menegaskan, fenomena awal Roll tersebut adalah fenomena yang biasa terjadi. Menurutnya awan Roll itu tidak berkaitan sama sekali dengan prekursor bencana maupun langit terbelah.
(wip/yum)