Fakta-fakta Kampung Miliarder di Kaki Gunung Pangauban Garut

Fakta-fakta Kampung Miliarder di Kaki Gunung Pangauban Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Minggu, 30 Jul 2023 13:00 WIB
Potret Kampung Miliarder di Garut
Potret Kampung Miliarder di Garut (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut - Sebuah perkampungan warga yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat mendadak jadi perbincangan belakangan ini. Bukan kampung biasa, melainkan kampung berisi puluhan sultan dengan rumahnya yang super mewah.

Perkampungan warga Garut ini, menjadi perbincangan usai salah seorang YouTuber membagikan kisahnya di media sosial. Dalam konten yang viral itu, terlihat banyak rumah mewah yang berderet di perkampungan tersebut.

detikJabar berkesempatan untuk berkunjung ke pemukiman warga berjuluk 'Kampung Miliarder' itu, belum lama ini. Berdasarkan pengamatan langsung detikJabar di lokasi, dan sejumlah informasi yang dihimpun, berikut ini beragam fakta menarik yang ada di Kampung Miliarder, Garut.

TERLETAK DI LERENG GUNUNG

Kampung Miliarder yang belakangan ini jadi buah bibir di medsos ini, bernama asli Kampung Pangauban. Lokasinya, berada di Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.

Perkampungan warga ini, cukup jauh dari perkotaan Kabupaten Garut. Lokasinya, bahkan lebih dekat menuju Bandung via Cijapati, ketimbang menuju ke perkotaan Garut.

Kampung Pangauban ini, diketahui terletak di lereng Gunung Pangauban yang ada di sana. Mata pencaharian masyarakat di sana, diketahui mayoritas adalah bertani. Sedangkan sisanya, memiliki usai produksi tas.

ADA LEBIH DARI 50 SULTAN

Deretan rumah orang kaya, langsung terlihat ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampung ini. Rumah-rumah super mewah, berdiri megah di sisi kiri dan kanan jalan.

Seperti dilihat detikJabar, rumah-rumah para sultan di sana, rata-rata memiliki pola yang sama. Bangunannya tinggi menjulang, dengan pilar besar yang ada di bagian halaman rumah. Selain itu, hampir semua rumah sultan memiliki warna yang terang.

Potret Kampung Miliarder di GarutPotret Kampung Miliarder di Garut Foto: Hakim Ghani/detikJabar

Menurut Kepala Dusun II Pangauban, Deni Ramdani, setidaknya ada lebih dari 50 orang sultan, yang ada di kampungnya, yang memiliki rumah-rumah mewah itu.

"Kalau jumlahnya ada lebih dari 50 lah," kata Deni.

PUNYA USAHA PEMBUATAN TAS

Para sultan di sana, diketahui tak langsung kaya mendadak. Mereka adalah para pemilik usaha pembuatan tas. Tas-tas produksi Kampung Miliarder ini, biasanya digunakan oleh anak usia TK dan SD di seluruh Indonesia.

Salah satu bos pemilik usaha tas di Kampung Miliarder Garut, adalah Haji Amang. Lelaki bernama asli Enjang ini, diketahui sudah berbisnis tas sejak tahun 2000-an.

Saat disambangi di kediamannya tempo hari oleh detikJabar, Haji Amang sempat berbagi kisah suksesnya dalam berjualan tas.

Menurutnya, usaha tas yang ditekuni ini, tak langsung besar seperti sekarang. Dia dan sang istri, bahkan berulang kali jatuh-bangun dalam berdagang.

"Ada 3 kali saya ditipu. Hilang uang ratusan juta (rupiah). Tapi ya semangat saja. Meurih," katanya.

Para sultan pemilik usaha pembuatan tas yang ada di Kampung Miliarder ini, diketahui memiliki penghasilan hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya. Hal tersebut diungkap salah seorang pemilik usaha bernama Kusniawan.

"Kalau omzet saya per bulan itu sekitaran Rp 500-600 juta per bulan," kata Kusniawan, seperti dikutip detikJabar dari detikProperti.

TAK ADA PEMUDA LEHA-LEHA

Eksistensi para sultan pemilik usaha pembuatan tas sekaligus pemilik rumah-rumah super mewah ini, sangat disyukuri oleh masyarakat di Kampung Pangauban. Sebab, berkat mereka, sebagian warga di sana akhirnya jadi ketularan rezeki.

Deni, yang menjabat sebagai Kepala Dusun II Pangauban adalah salah satu warga, yang ikut diuntungkan dengan adanya para sultan.

Setiap hari sepulang kerja di desa, Deni juga diketahui bekerja untuk para sultan ini. Dia bekerja paruh waktu, untuk menjahit bahan tas.

Di Kampung Pangauban, diketahui bukan hanya Deni yang bekerja paruh waktu. Tapi banyak warga yang juga menggantungkan nasibnya kepada para sultan tersebut.

Bahkan, kata Deni, karena melimpahnya lapangan pekerjaan di kampungnya, hampir tidak ada orang yang menganggur di sana.

"Hampir tidak ada pengangguran. Enggak ada itu anak muda yang gigitaran di pinggir jalan. Sejak keluar sekolah, mereka sudah dirangkul dan dikaryakan," katanya. (yum/yum)



Hide Ads