"Ah biasa saja. Bukan sultan," kalimat itulah yang pertama kali diungkap Haji Amang, seorang sultan pemilik rumah super mewah di 'Kampung Miliarder' Garut, yang kini ramai dibahas di media sosial.
Ungkapan itu diucapkan Haji Amang saat detikJabar menyambangi rumahnya yang mewah, yang berlokasi di Kampung Pangauban, Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Garut, pada Selasa (25/7) siang.
Pak Haji, sudah mengetahui maksud kedatangan detikJabar ke rumahnya. 'Kampung Miliarder' yang kini ramai diperbincangkan dimana-mana, sudah sampai ke telinga pria kelahiran 1974 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi dengan nada yang rendah dan ucapan yang santun, pria bernama asli Enjang itu menolak jika dirinya dikatakan sebagai satu dari puluhan sultan pemilik rumah 'gedong' di Kampung Pangauban.
Enjang mengaku tetap hidup seperti biasa, bahkan tak ada jarak dengan warga di lingkungannya, yang memiliki kondisi ekonomi jauh di bawah keluarganya.
Sebab, sebelum terkenal sebagai salah seorang bos tas di Kampung Pangauban, Haji Amang adalah orang biasa, sama seperti warga lainnya.
Haji Amang memulai karirnya sebagai tukang jahit. Sejak dulu, pria yang kabarnya bahkan tak lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD) ini, sudah rajin menekuni dunia menjahit tas.
Haji Amang, 'buburuh' kepada para bos-bos sebelumnya dalam membuat tas. Dia kemudian kerap ikut dalam mengedarkan tas buatannya, ke pasar-pasar tradisional.
"Kalau kata orang sini, ngampas (mengedarkan barang). Ke pasar-pasar. Ke Bandung, Jakarta, Sumatera," katanya.
Berbekal dengan ilmu seadanya, Haji Amang kemudian memberanikan diri untuk membuat tas sendiri dalam jumlah yang sedikit. Dia dan istrinya, kemudian susah payah mengedarkan tas-tas buatannya ke konsumen.
"Modal nekat saja. Yang menjadi perih itu, tas belum tentu laku. Kadang laku, kadang enggak sama sekali," katanya.
![]() |
Perjuangan yang dimulainya dari tahun 2000-an itu, akhirnya membuahkan hasil di sekitaran tahun 2018. Bisnisnya melejit usai tas buatannya banyak dilirik konsumen dari berbagai daerah. Uang yang tadinya susah payah dicari, sejak saat itu datang sendiri.
"Sekarang yang beli datang sendiri ke sini," ujar Haji Amang.
Kepada detikJabar, Haji Amang berbagi kisah terpahit, yang pernah dialaminya selama berjualan tas. Dia mengaku pernah ditipu oleh seorang dokter asal Tasikmalaya.
"Jadi ceritanya ngambil barang, saya dikasih giro. Barangnya sudah diambil, ternyata gironya palsu. Uang yang hilang ratusan juta (rupiah)," katanya.
![]() |
Haji Amang mencatat, setidaknya dia mengalami tiga kali jatuh-bangun dalam berniaga. Semuanya, adalah kasus penipuan yang dialami.
Tapi Haji Amang, tak patah arang. Beragam kejadian pahit yang menimpanya di masa lalu, membentuknya menjadi seperti saat ini. Dia kini menjelma dari seorang yang bukan siapa-siapa, menjadi satu dari banyak sultan yang memiliki rumah super mewah di Kampung Pangauban.
"Pesan saya, ya harus mau aja usaha. Saya juga sekarang masih kerja aja enggak semuanya dikerjakan karyawan," pungkas pria yang memiliki nama asli Enjang itu.
(yum/yum)