Tak Ada Pemuda Leha-leha di 'Kampung Miliarder' Garut

Tak Ada Pemuda Leha-leha di 'Kampung Miliarder' Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Kamis, 27 Jul 2023 11:00 WIB
Potret Rumah Sultan di Kampung Pangauban, Garut
Potret Rumah Sultan di Kampung Pangauban, Garut (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut -

Warganet sedang dihebohkan dengan eksistensi Kampung Miliarder di Kabupaten Garut. Di kampung itu, ada banyak rumah super mewah, yang ternyata kepunyaan bos-bos pemilik usaha pembuatan tas.

Informasi eksistensi 'Kampung Miliarder' ini, pertama kali diungkap di media sosial oleh seorang YouTuber bernama Teh Mayang. Dia, diketahui menyempatkan diri untuk datang ke kampung tersebut, dan membagikan kisahnya di YouTube.

detikJabar, kemudian menelusuri kawasan perkampungan warga, yang kabarnya dihuni puluhan sultan dengan istana super mewahnya itu. Ternyata, perkampungan warga itu, terletak di lereng Gunung Pangauban, yang ada di Kampung Pangauban, Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Garut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah-rumah mewah milik bos pembuatan tas ini, memang berderet di sepanjang jalan kampung di sana. Rata-rata, bangunan mewahnya memiliki pola yang sama. Yakni kebanyakan memiliki pilar besar yang menjulang di bagian depan rumah.

Potret Rumah Sultan di Kampung Pangauban, GarutPotret Rumah Sultan di Kampung Pangauban, Garut Foto: Hakim Ghani/detikJabar

Pagar-pagar tinggi dengan ornamen yang glamor, juga makin memantapkan deretan rumah sultan yang ada di Kampung Pangauban. Menurut Deni Ramdani, Kepala Dusun II Pangauban, rumah-rumah tersebut adalah milik para bos, pemilik usaha pembuatan tas. Ada puluhan rumah 'gedong' yang ada di Pangauban.

ADVERTISEMENT

"Ada lebih dari 50 lah jumlahnya," kata Deni kepada detikJabar.

Deni mengatakan, eksistensi para bos produsen tas ini, memang telah ada sejak lama di kampungnya. Sebab, mereka rata-rata adalah warga yang sedari lahir tinggal di Kampung Pangauban. Kendati demikian, tidak ada kecemburuan antarwarga di Kampung Pangauban.

Sebab, warga sendiri sangat bersyukur dengan adanya sultan-sultan itu. Bagaimana tidak, kebanyakan warga di Kampung Pangauban ikut menyambung hidup di bawah naungan para sultan ini, dengan menjadi pekerja freelance mengerjakan proyek tas.

"Warga itu di rumahnya punya mesin jahit. Jadi ikut kerja dengan cara menjahit tas. Bahan dan segala macam dikasih dari bos, tinggal jahit dan dapat uang," katanya.

Deni adalah salah satu di antaranya. Sembari bekerja sebagai petugas di desa, Deni juga kerap ikut menjahit tas bersama istri di rumahnya. Penghasilannya, bahkan dikatakan Deni cukup lumayan untuk menambah biaya kebutuhan hidup.

"Makanya di kampung saya ini bisa dikatakan hampir tidak ada pengangguran. Enggak ada itu pemuda yang gigitaran di pinggir jalan atau leha-leha. Sejak keluar sekolah mereka sudah dikaryakan," katanya.

Salah satu bos pembuatan tas di Kampung Pangauban yang ikut mensejahterakan masyarakat setempat, adalah Haji Amang. Amang diketahui mengajak lebih dari 30 orang warga Pangauban, yang setiap hari mengerjakan proyek tas miliknya.

"Saya punya 30 mesin (jahit)," ungkap pria bernama asli Enjang itu kepada detikJabar.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads