Wabup Tasik Kaji Larangan Sekolah Terima Uang Tabungan Siswa

Wabup Tasik Kaji Larangan Sekolah Terima Uang Tabungan Siswa

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 23 Jul 2023 15:10 WIB
Orang tua siswa SDN Pakemitan 3 Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya protes uang tabungan anaknya raib.
Orang tua siswa SDN Pakemitan 3 Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya protes uang tabungan anaknya raib. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Ratusan orang tua siswa SD Negeri Pakemitan 3 dan SD Negeri Pakemitan 1, Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya resah akibat tabungan anaknya terancam raib.

Dana tabungan selama 1 tahun dengan nilai total lebih dari Rp 700 juta itu diduga digelapkan oleh mantan kepala sekolah. Pihak kepolisian sudah memantau kasus ini, meski belum menerima laporan resmi.

Wakil Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin mengaku prihatin dengan kasus tersebut. Apalagi kasus serupa sering kali terjadi meski tak sampai mencuat ke publik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu kami prihatin dan berharap segera ada solusi terbaik untuk masalah ini," kata Cecep, Minggu (23/7/2023).

Dia menjelaskan pihaknya akan mengeluarkan larangan bagi sekolah untuk menampung atau mengelola tabungan siswa.

ADVERTISEMENT

Menurut Cecep, sekolah adalah lembaga pendidikan, bukan lembaga keuangan. Sehingga rentan terjadi penyelewengan, karena tidak didukung sistem yang memadai, seperti tidak adanya lembaga penjamin.

"Ya betul, sekolah itu lembaga pendidikan bukan lembaga keuangan. Sehingga kami akan mempertimbangkan larangan kepada sekolah untuk menerima tabungan dari siswa," kata Cecep seraya mengatakan pihaknya akan segera berdiskusi dengan dinas terkait.

Sementara itu di sisi lain, para orang tua siswa sendiri mengaku tujuan menabung di sekolah untuk bekal keperluan anaknya di tahun ajaran baru. Selain mudah, besaran tabungan pun bebas atau sesuai kemampuan dan keinginan.

"Anak saya nabung Rp 5 ribu sehari, niatnya untuk bekal samen (kenaikan kelas) sama beli seragam. Tapi ternyata malah macet," kata Erwin, orang tua siswa SDN Pakemitan 3.

Dia mengaku mau menabung di sekolah karena mudah, sekalian memberi jajan harian kepada anak. "Ya kan tadinya saya pikir bagus, sekalian mendidik anak supaya mau menabung. Saya juga percaya ke sekolah, mereka itu kan guru, digugu ditiru. Nggak mungkin mereka culas, malu sama anak-anak. Eh ternyata namanya oknum selalu ada saja," kata Erwin.

Lusi Nurasiah (40) warga Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya mengungkapkan fakta unik dalam tabungan anak di sekolah.

"Ini mah terlepas dari kejadian di Ciawi ya, ini hanya berbicara pengalaman saya. Jadi yang namanya tabungan siswa di sekolah itu banyak yang salah kaprah. Malah jadi tabungan orang tua," kata Lusi.

Tabungan siswa, menurut Lusi, kerap jadi ajang adu gengsi para orang tua siswa. Besarnya tabungan seolah jadi penanda status sosial orang tua siswa. Tak heran banyak tabungan siswa dengan nilai yang cukup besar.

"Banyak yang nabung Rp 50 ribu bahkan sampai Rp 100 ribu sehari, itu kan bukan lagi tabungan anak SD tapi tabungan orang tuanya. Kalau seperti itu jelas mendingan nabung di bank, ngapain nabung di sekolah?. Tapi mungkin karena ada tujuan lain, ya karena adu gengsi tadi," kata Lusi.

(yum/yum)


Hide Ads