Ini Penyebab Banyaknya Satwa Liar Masuk Pemukiman Warga di Ciamis

Ini Penyebab Banyaknya Satwa Liar Masuk Pemukiman Warga di Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Jumat, 21 Jul 2023 23:00 WIB
Babi Hutan
Ilustrasi Foto: (AP)
Ciamis -

Konflik satwa liar dengan manusia kerap terjadi di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Banyak satwa liar masuk ke permukiman warga hingga membuat resah. Lalu apa penyebabnya?

Staff Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Ciamis Asep Wawan menyatakan kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal dalam kondisi aman. Sedangkan konflik satwa liar dengan manusia di Ciamis disebabkan karena beberapa faktor.

"Untuk kondisi kawasan SM Gunung Sawal aman-aman saja," ujar Asep Wawan, Jumat (21/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Asep, konflik satwa kini jarang terjadi di wilayah kaki Gunung Sawal tapi lebih banyak di wilayah perkebunan warga yang juga habitat satwa seperti monyet, lutung dan babi hutan. Di Ciamis diketahui masih ada habitat satwa liar di beberapa kecamatan.

Sedangkan untuk macan masuk ke permukiman karena daya jelajah macan sangat luas. Disaat melintas itu, macan tersebut kemungkinan melihat ternak warga dalam kandang yang lokasinya dekat permukiman lalu memangsanya.

ADVERTISEMENT

"Di kawasan Gunung Sawal semenjak macan si Abah mati jarang ada laporan macan turun ke permukiman. Kalau pun ada hanya melintas karena daya jelajah macan tinggi dan masuk jalurnya," kata Asep.

Pada tahun 2022 lalu, sempat ada mencek yang masuk ke permukiman hingga ke sekolah. Diduga mencek tersebut berasal dari Gunung Sawal namun menyelusuri aliran sungai Cileueur.

"Penyebabnya bisa dikejar pemangsa lain atau memang menyusuri koridor dari Gunung Sawal ke Sungai Cileueur hingga ke permukiman warga," jelasnya.

Sedangkan untuk babi hutan yang masuk ke permukiman warga itu terjadi karena habitatnya tidak hanya di lokasi terjal. Melainkan di perkebunan warga seperti kebun karet atau jati. Seperti di kawasan gunung Geger Bentang yang sebagian kini jadi hutan produksi.

"Memang habitatnya banyak untuk babi hutan. Bisa saja karena faktor mencari air atau makanan. Tapi bisa juga karena perilaku manusia," terangnya.

Asep pun menerangkan penyebab satwa dilindungi Kukang masuk ke permukiman warga. Menurutnya habitat Kukang tidak tergantung pada kawasan, tapi dimana ada sungai dan pohon bambu bisa menjadi habitatnya.

Kukang biasanya aktif di malam hari, kemudian berburu serangga hingga ke wilayah perkotaan atau permukiman warga.

"Menurut pengalaman kami, habitatnya itu asalkan ada air dan bambu dengan kelembaban yang cocok dengan Kukang. Masuk ke permukiman warga itu karena mencari makanan serangga. Di rumah itu kan ada lampu, nah suka mendekati itu," jelasnya.

Sementara untuk monyet, memang kondisinya di sejumlah kawasan hutan lindung over populasi. Sehingga banyak monyet yang masuk ke lahan kebun masyarakat untuk mencari makan. Monyet berkembang biak cukup cepat, sehingga di lokasi habitatnya kemungkinan tidak lagi mencukupi untuk persediaan makanannya.

"Kalau lutung memang tidak seperti monyet, berkembang biak lambat. Turun ke permukiman itu biasanya kalau kemarau mencari minum," terangnya.

Asep pun mengimbau masyarakat apabila menemukan satwa liar jangan diburu dan jangan ditangkap. Jika lokasinya dekat dengan habitat satwa, sebaiknya digiring agar kembali ke habitatnya. Apabila mengakali kesulitan bisa melaporkannya ke BKSDA Ciamis.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads