Kota Tasikmalaya tak bisa dilepaskan dari bagian sejarah kedirgantaraan. Tasikmalaya menjadi bagian penting lantaran pernah hadir sosok Letkol Basir Surya.
Basir Surya merupakan seorang teknisi pesawat yang berhasil memperbaiki pesawat-pesawat peninggalan penjajah sehingga bisa digunakan untuk membantu perjuangan militer Indonesia di masa paska kemerdekaan. Basir Surya juga merupakan sosok yang mempelopori dan membangun TNI Angkatan Udara di Tasikmalaya.
Tak heran jika nama Basir Surya begitu harum dan menjadi kebanggaan masyarakat Tasikmalaya. Basir Surya dilahirkan di Garut pada 17 Juli 1914 dan meninggal dunia 20 Desember 1993 di Tasikmalaya. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Karoeng Tasikmalaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Basir Surya bukan seorang penerbang, melainkan seorang teknisi pesawat yang memulai karirnya sekitar tahun 1932 di Lanud Andir Bandung atau yang kini dikenal dengan Lanud TNI AU Husein Sastranegara. Tapi karena dianggap pro kemerdekaan Indonesia oleh Belanda, Basir kemudian memilih mengundurkan diri.
Beberapa tahun kemudian Jepang datang dan menduduki Indonesia. Kepiawaiannya dalam memperbaiki mesin pesawat, membuat Jepang memanggilnya dan diberi jabatan sebagai kepala bengkel.
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dan terbentuk Badan Keamanan Rakjat Oedara, Basir Surya tentu saja langsung bergabung. Saat itu Basir memutar otak bagaimana caranya Indonesia bisa memiliki pesawat, sehingga rencana Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Djawatan Penerbangan bisa terwujud.
Dia kemudian mendapatkan informasi di Lanud Maguwo Yogyakarta banyak pesawat peninggalan Jepang yang masih bisa diperbaiki. Bersama timnya dia kemudian bertolak ke Yogyakarta dan memperbaiki pesawat jenis Yokosuka K5Y1 atau bagi orang lokal sering disebut Cureng.
Hanya butuh waktu satu hari bagi Basir Surya memperbaiki pesawat itu sehingga pada tanggal 27 Oktober 1945, pesawat itu diterbangkan oleh Agustinus Adisutjipto dan mengudara di langit Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta, saat rapat akbar Kongres Pemuda Indonesia yang dihadiri Presiden Sukarno dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Setelah itu Basir Surya teringat keberadaan pesawat Jepang yang ada di Lanud Cibeureum Tasikmalaya. Dia kemudian melaporkan hal itu kepada Adisutjipto.
Mereka lantas bergegas menuju Tasikmalaya pada 2 November 1945. Di Lanud Tasikmalaya itu ternyata jenis pesawatnya berbeda, bukan pesawat Cureng, melainkan pesawat jenis Nishikoren.
Basir Surya kali ini dibantu oleh sejumlah teknisi dari Lanud Andir Bandung. Misi ini pun berhasil, setelah mesin berhasil dihidupkan, mereka kemudian memberi identitas segi empat merah putih dan burung Garuda di bagian ekor pesawat. Pesawat ini kemudian diberi nama Banteng.
Setelah itu kembali Adisutjipto dan Rudjito mencoba menerbangkan pesawat itu. Berhasil, mereka mencatatkan penerbangan selama 30 menit di langit Tasikmalaya.
Keberhasilan ini dianggap luar biasa karena para teknisi ini bekerja dengan peralatan yang serba terbatas. Bahkan saat pesawat ini diterbangkan, landasan Lanud Cibereum waktu itu dalam kondisi yang kurang mendukung. Banyak kerusakan dan lubang di landasan pacu.
Tak kehabisan akal, mereka kemudian menambal kerusakan jalan itu dengan menutupnya dengan bambu.
"Landasan pacu yang bolong ditutup anyaman bambu, sehingga bisa memungkinkan pesawat melaju dengan lancar," kata Danlanud Wiriadinata Tasikmalaya, Letkol Pnb Adi Putra Buana, Kamis (20/7/2023).
Dia menambahkan semangat sosok Basir Surya itu telah menginspirasi semua jajaran TNI Angkatan Udara di Tasikmalaya. "Ya tentu saja beliau adalah inspirasi bagi kami di TNI AU terutama Lanud Wiriadinata. Beliau juga adalah Komandan Lanud Wiriadinata pertama," kata Adi.
Dedikasi dan pengabdian Letkol Basir Surya diabadikan menjadi sebuah nama jalan di wilayah Kecamatan Cibeureum, sekitar Lanud Wiriadinata.
Lebih dari itu, kini sudah hadir monumen pesawat di Taman Kota Tasikmalaya. Pesawat latih jenis SIAI-Marchetti SF.260 kini "mejeng" di jantung Kota Tasikmalaya dan menjadi daya tarik baru bagi masyarakat atau wisatawan.
Dengan adanya monumen pesawat latih di pusat Kota Tasikmalaya juga, menurut Adi ada kaitannya dengan aksi heroik sosok Basir Surya. Diharapkan monumen pesawat ini menjadi wahana edukasi dan penanda bahwa Tasikmalaya menjadi bagian sejarah perjalanan dunia kedirgantaraan di Tanah Air.
"Harapan kami dengan adanya monumen ini jadi sarana edukasi bagi masyarakat, Tasikmalaya telah menjadi bagian dari perjalanan kedirgantaraan Indonesia. Banyak lho penerbang tempur atau penerbang heli dari Tasikmalaya," kata Adi.
(dir/dir)