Siraman Air Keras yang Butakan Mata Guru Eli

Round-Up

Siraman Air Keras yang Butakan Mata Guru Eli

Tim detikJabar - detikJabar
Kamis, 13 Jul 2023 08:30 WIB
Eli Chuherli, guru di Karawang yang disiram air keras
Eli Chuherli, guru di Karawang yang disiram air keras. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Bandung -

Pagi itu, Eli Chuherli, warga Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, tengah bersiap berangkat mengajar di SMKN 2 Karawang.

Waktu menunjukan pukul 06.30 WIB, Selasa (23/5), saat itu pelaku inisial AH menghampiri Eli dan mengajaknya mengobrol seperti yang biasa mereka lakukan setiap harinya. Sampai tiba-tiba ia menyiramkan cairan ke wajah Eli.

"Saya lagi di bengkel di depan rumah saat itu, pagi sekitar jam 06.30 WIB, saya lagi siap-siap berangkat ke sekolah (mengajar), dia (pelaku) datang seperti biasa ngajak ngobrol," ujar Eli saat ditemui detikJabar di kediamannya, Selasa (11/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cairan yang diduga disiramkan AH merupakan asam nitrat (air keras). "Belum lama, saling nyapa, ya pagi-pagi lah ngbrol biasa pas saya mau duduk di kursi dekat dia (pelaku), kenapa dia tiba-tiba nyiram muka saya," ucap Eli.

Eli merasa kaget sekaligus syok pada saat itu, dan ia berteriak karena bola matanya merasakan sakit yang cukup luar biasa, usai disiram keras.

ADVERTISEMENT

"Saya kaget, syok, ditambah nyeri perih ke mata, teriak karena tak bisa melihat apa-apa," kata dia.

Mendengar teriakan Eli, sang istri kemudian keluar rumah dan melihat kondisi suaminya, saat itu pula istri Eli langsung membawanya ke rumah sakit.

"Istri saya keluar dia panik langsung minta tolong warga bawa saya ke rumah sakit, saya dibawa ke RS Bayukarta. Tapi karena jenis pengobatannya gak bisa pakai BPJS, jadi saya didaftarkan pasien umum," paparnya.

Pelaku Ditangkap Polisi!

Singkat cerita, AH kemudian ditangkap polisi, pemeriksaan polisi pelaku ternyata sudah merencanakan aksi tersebut sejak dirinya dikeluarkan dari bisnis yang digeluti mereka berdua.

"Hari ini kami ungkap dugaan tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh AH alias Seblud, tersangka sudah kita amankan, kejadian terjadi pada Senin tanggal 23 Mei 20223," ujar Kasat Reskrim Polres Karawang AKP Arief Bastomy di Mapolres Karawang, Rabu (12/7/2023).

Tomy mengungkap, tersangka merencanakan terlebih dahulu untuk menganiaya korban, dengan membeli bahan cairan kimia asam nitrat (air keras) di Pasar Johar, Kabupaten Karawang.

"Pelaku ini merencanakan terlebih dahulu, dengan membeli cairan kimia di toko daerah Johar. Setelah itu, dia berniat untuk melakukan penganiayaan terhadap korban yang berinisial EC," kata dia.

Mengenai kronologi, Tomy mengungkapkan, sehari sebelum kejadian, Seblud mendatangi rumah korban yang berada di Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang. Namun, saat itu korban tidak ada di rumah.

"Setelah membeli cairan kimia, pelaku mendatangi korban sehari sebelum kejadian, pada saat itu korban tidak ada di rumah, lalu keesokan harinya, dan korban ada di rumahnya," ucapnya.

"Saat itu pelaku memarkirkan sepeda motor yang dikendarainya di samping gang depan rumah korban, pada saat mengajak ngobrol korban pelaku langsung melakukan penyiraman air keras kepada korban," lanjutnya.

Setelah itu, korban langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara pelaku kabur dengan cara berpindah-pindah tempat di wilayah Karawang.

"Setelah kejadian korban langsung dibawa ke rumah sakit, dan pelaku melarikan diri berpindah-pindah tempat di wilayah Karawang. Dan akhirnya kamarin Selasa (11/7) malam, kita amankan pelaku di persembunyiannya di wilayah Telukjambe," ucap Tomy.

Nasib Eli Selepas Hilang Penglihatan

Eli Chuherli menjadi buta usai disiram air keras oleh rekan bisnisnya. Pria berprofesi guru ini terpaksa harus menanggung beban sendirian.

Pasalnya laporan Eli ke Korpri maupun Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tak ditindaklanjuti. Eli pun mengaku kecewa atas sikap dua lembaga tersebut.

Menurut warga Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang ini, dirinya dan keluarga sempat melapor lantaran biaya berobatnya tak ditanggung oleh BPJS.

"Saya berobat 2 minggu ke RS Bayukarta, karena tak bisa dicover BPJS saya bayar sendiri, tapi karena 2 minggu gak ada perubahan saya harus dirujuk ke RS Cicendo. Tapi kondisi keuangan kita gak ada," ujar Eli, saat ditemui detikJabar di kediamannya, Rabu (12/7/2023).

Namun kata Eli, BPJS sempat menyarankan bahwa dirinya harus dilakukan pendampingan ke LPSK. Dia pun menuruti saran tersebut.

"BPJS menyarankan bahwa pak Eli katanya harus pendampingan, saya dikasih link-nya (daftar LPSK), langsung direspon dan katanya akan diproses dalam 1 bulan, dan pihak LPSK akan datang ke sini dalam 1 minggu, tapi sampai sekarang tidak ada," kata dia.

Eli menjelaskan, dirinya masih kembali ke RS Cicendo untuk berobat. Namun dia disarankan untuk operasi dengan biaya puluhan juta rupiah. Eli bingung lantaran tak memiliki cukup uang hingga akhirnya pasrah dan kembali ke rumah.

"Saya bolak-balik masih berobat katanya harus dioperasi, terus saya ke BPJS lagi, katanya tetap belum bisa. Karena ada persyaratan harus ke LPSK itu dan pendampingan belum ada, akhirnya saya pasrah balik lagi gak jadi dioperasi karena uang saya tidak cukup," ungkapnya.

Selain upaya tersebut, Eli juga mengungkap bahwa, dirinya sempat mendatangi untuk meminta pendampingan Korpri karena statusnya sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang sekaligus anggota Korpri.

"Saya sebagai anggota Korpri yang iuran tiap bulan dipotong (gajih), ya minimal ada pendampingannya ya ke saya, ke anggotanya. Ada kejadian seharusnya gimana responnya, ini boro-boro, datang juga enggak," ucap Eli.

Eli malah disuruh mengaku ke Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), karena ia statusnya sebagai guru yang tergabung dengan organisasi profesi tersebut.

"Saya malah disuruh ke PGRI, saya bilang ya lain lagi, saya ini ke Korpri karena anggota Korpri yang jelas tiap bulannya (gajih) dipotong (iuran), tapi gak ada kelanjutan," imbuhnya.

Eli meminta bantuan ke berbagai pihak tersebut, karena kondisi keuangannya sudah tak mencukupi untuk biaya berobat, namun tak mendapat hasil apapun.

"Ya tentu saya merasa kecewa, kalau saya mampu sebenarnya gak mau ribet, hanya ini kan keuangan keluarga lagi susah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads