Namanya Hendar Iskandarsyah, pria asal Sukabumi, Jabar, yang telah bertugas selama 23 tahun sebagai pemadam kebakaran. Tak hanya bertaruh nyawa untuk padamkan api, selama puluhan tahun itu ia juga telah keliling Indonesia dalam misi penyelamatan.
"Kalau saya dan teman-teman petugas damkar itu sudah melekat dalam jiwa saat ada panggilan kemanusiaan," ucap pria berusia 44 tahun itu saat berbincang dengan detikJabar beberapa waktu lalu.
Hendar menceritakan ia pertama kali bergabung sebagai petugas damkar pada tahun 2000. Hendar menjabat sebagai Kepala Seksi Pencegahan Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Sukabumi, ia sempat melakukan misi penyelamatan di luar pulau Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui bersama, tugas damkar tak hanya memadamkan api saja. Mereka juga turut bertugas dalam penanganan bencana alam, seperti yang dialami Hendar saat terbang ke Aceh pada 2004 silam.
Hendar mencoba menerawang kembali saat ia mendapat tugas dari Damkar Jawa Barat untuk menjadi perwakilan rescuer (penyelamat) ke Aceh. Saat itu, Aceh mengalami bencana alam tsunami.
"Tanggal 26 Desember 2004 jam 07.00 pagi tsunami. Waktu itu Jabar diminta perwakilan, alhamdulillah saya terpilih ke Aceh. Sore hari jam 17.00, kita dapat telepon, Kang bisa nggak tim kita berangkat untuk asessment," kata Hendar sembari menirukan perbincangan saat dirinya mendapatkan tugas ke Aceh.
"Atas seizin orang tua berangkatlah kita ke Aceh, dari Bandara Halim Perdana Kusuma menggunakan pesawat Hercules dan landing di Medan," sambungnya.
Kemudian, tiga hari selanjutnya tepat pada 29 Desember tim Damkar tiba di Kota Meulaboh, Aceh. Dari yang asalnya mendapat surat tugas selama 25 hari, Hendar justru bertahan di sana hingga Maret 2005. Dia juga menceritakan momen mencekam saat mayat bergelimpangan.
"Karena masih keterbatasan rescuer, bergeserlah saya ke satu kabupaten namanya Aceh Jaya, ibu kotanya Calang. Dari Meulaboh ke Calang itu ada kurang lebih 40 jembatan terputus, kita melewati jalur laut. Turun di Calang itu masih banyak jenazah yang belum dievakuasi, saya lanjut ke Banda Aceh," ungkapnya.
"Dari permintaan surat tugas 25 hari, pulang Maret 2005 baru pulang. Pulang dari sana saya jadi pembalap, pemuda berbadan gelap, panas di sana," kelakarnya.
Selain ke Aceh, ia juga ditugaskan untuk evakuasi bencana Timika, Nabire pada 2003, kemudian gempa Bantul pada 2006, gempa Padang 2009, Lombok 2018 dan terbaru gempa Cianjur 2022 lalu.
Hendar juga masih menambah kompetensinya sebagai petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan. Pada 2021 lalu, ia menjadi satu-satunya petugas damkar Kota Sukabumi yang mengikuti kompetensi Seoul Metropolitan Fire Academy (SMFA) di Korea Selatan. Saat ini, Hendar juga aktif sebagai Pengurus Asosiasi Pemadam Kebakaran Indonesia (Apkari) Jawa Barat.