Kisah Tak Biasa Dedi Selama Bertugas di Damkar Indramayu

Kisah Sang Penakluk Api

Kisah Tak Biasa Dedi Selama Bertugas di Damkar Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Senin, 10 Jul 2023 18:00 WIB
Dedi Supriadi anggota Damkar Indramayu yang punya segudang pengalaman unik
Dedi Supriadi anggota Damkar Indramayu yang punya segudang pengalaman unik (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Menjadi seorang analis kebakaran bukan didapatkan Dedi Supriadi dalam waktu singkat. Hal itu merupakan buah dari perjalanannya selama menjadi petugas pemadam kebakaran di Kabupaten Indramayu.

Perjalanan itu dimulai Dedi sejak 2003 lalu. Ia bergabung menjadi barisan para penakluk si jago merah yang saat itu masih berada dalam Dinas Cipta Karya.

"Di tahun 2009 saya diangkat jadi PNS. Waktu itu masih sekitar penanganan kebakaran belum ke penanganan non kebakaran seperti ular, tawon," kata Dedi saat ditemui detikJabar, Senin (10/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan segala keterbatasan peralatan, Dedi bersama tim lainnya terus berupaya mengembangkan inovasi. Agar misi penyelamatan bahaya kebakaran bisa teratasi.

Selain itu, petugas damkar pun mulai melakukan misi penyelamatan dalam peristiwa lainnya yang ada di tengah masyarakat. Hal itu bermula dari sebuah fenomena korban tersengat tawon massal pada tahun 2019 lalu.

ADVERTISEMENT

"Awalnya itu penanganan tawon di Desa Pamayahan. Korbannya banyak masuk rumah sakit. Awalnya dari situ, kita pakai media (alat dan bahan) seadanya," ujar Dedi.

Dari cerita itulah, Dedi dan petugas lainnya yang ada di naungan Dinas Satpol-PP dan Damkar Kabupaten Indramayu pun mulai menangani banyak kejadian lainnya. Seperti laporan temuan ular, penanganan sarang tawon, hingga hal hal yang tak pernah terduga sebelumnya.

Bagi Dedi, jenis kasus yang ditangani bukan sebuah masalah. Namun keberhasilan atas penanganan itu jadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi petugas.

Hingga di satu kasus, Dedi merasa gagal dalam menangani kasus anting yang menusuk daging telinga pada batita. Kejadian itu pun masih teringat oleh Dedi.

"Kalau berhasil itu sebuah kebanggaan bagi saya. Tapi dulu lupa tahun berapa, pernah ada anak kecil usia 3 tahun itu antingnya masuk ke daging. Kalau disentuh aja nangis, kasian. Karena waktu itu belum kerjasama dengan rumah sakit jadi tim kami menyerah," ungkap Dedi yang menyesali tak mampu bantu masyarakat saat itu.

Selain harus memiliki mental dan keberanian yang cukup. Dedi yang dulu masih bertugas di lapangan pun harus mengesampingkan rasa jijik. Hal itu dirasakannya saat mengevakuasi cincin yang nyangkut di kelamin pria.

Belum lama, di pertengahan 2022 lalu, Dedi dan tim yang sedang berjaga di Pos Pusat Jalan Gatot Subroto, Kabupaten Indramayu, kedatangan seorang pria. Pria itu mengeluh sakit dan minta untuk disembuhkan.

"Belum lama, itu pas malam ada pria dan temannya datang katanya sakit ada cincin nyangkut di kemaluannya," kata Dedi.

"Saya kaget, tapi saya berkoordinasi dengan dokter. Waktu itu jalan satu-satunya hanya operasi ringan tapi resiko besar," ujarnya.

Berkat pengalaman dan kejelian Dedi, tim pun akhirnya mencoba alternatif lainnya sesuai kesepakatan dengan korban. Sebab, saat itu, kondisi korban sudah semakin parah.

Berkat kolaborasi dengan dokter, Dedi memutuskan untuk memotong cincin itu dengan tang. Setelah korban diberikan cairan atau bius.

"Akhirnya saya minta ke dokter untuk disuntikkan obat bius atau sejenisnya. Terus saya pakai tang untuk memotong cincin. Memang korban sempat takut tapi Alhamdulillah cincinnya bisa lepas," ujarnya.

Baru ini, Dedi dan tim lainnya sukses menangani kasus sandal yang nempel di kaki kanan anak-anak.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads