'Sagala Bisa' Ala Petugas Damkar Kota Cimahi

'Sagala Bisa' Ala Petugas Damkar Kota Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Sabtu, 08 Jul 2023 13:00 WIB
Petugas damkar saat menangani sarang tawon.
Petugas damkar saat menangani sarang tawon (Foto: Istimewa).
Cimahi -

Pemadam Kebakaran. Ya, dari namanya saja sudah jelas, merupakan sebuah profesi yang bersinggungan dengan proses memadamkan api yang membakar bangunan, kendaraan, dan objek lainnya.

Tapi jangan salah, belakangan cakupan tugas dan pelayanan pemadam kebakaran melebar sampai ke hal-hal yang tidak terbayangkan. Misalnya di Kota Cimahi, petugas pemadam kebakaran dituntut keadaan menjadi segala bisa.

Beberapa tahun belakangan, para petugas pemadam kebakaran rutin menangani kasus evakuasi sarang tawon, ular masuk rumah, orang masuk sumur, orang terjebak di dalam rumah, cincin nyangkut di jari, dan yang terbaru ialah alat kelamin bocah terjepit ritsleting.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa dibayangkan, betapa sibuknya para petugas itu melayani keluhan dan bantuan dari masyarakat, di tengah kesiapsiagaan mereka menghadapi ancaman kebakaran yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

"Memang paradigma masyarakat sudah berubah soal pemadam kebakaran. Karena sekarang itu segalanya kadang melapor ke pemadam. Mungkin, mereka melihat pemadam di luar negeri itu segala bisa," ujar Komandan Regu Pemadam Kebakaran Kota Cimahi, Indrahadi kepada detikJabar, Jumat (7/7/2023).

ADVERTISEMENT

"Memang tupoksinya bertambah, bukan cuma memadamkan api tapi semua hal dilakoni. Itu jadi satu kebanggan buat kami juga, kami diterima dan disambut baik oleh masyarakat," tambahnya.

Ia bercerita, kejadian yang masih hangat ketika orangtua membawa anaknya yang berusia 9 tahun ke Mako Damkar Cimahi. Sang anak, ternyata mengalami kejadian yang bikin ngilu. Alat kelaminnya terjepit di antara dua sisi ritsleting celana.

"Seperti anak terjepit ritsleting, itu oleh rumah sakit diarahkan ke kami. Buat kami tentu jadi tantangan karena di posisi yang sangat vital. Hal seperti itu saja kami layani, tidak mungkin kami tolak. Alhamdulillah berhasil, jadi satu kebahagiaan juga buat kami," ucap Indrahadi.

Belum lagi soal evakuasi binatang, seperti tawon, ular, hingga monyet. Padahal semestinya, ada dinas dan pihak berwenang untuk menangani hal semacam itu. Namun masyarakat memilih damkar.

"Evakuasi sarang tawon, ular, bahkan monyet itu kan baru beberapa tahun ini. Jadi awalnya juga kami tidak tahu apa-apa. Misalnya dulu, pemusnahan sarang tawon itu dibakar. Apalagi kami tidak punya APD untuk penanganan tawon. Makanya ada anggota yang sampai tersengat dan bengkak di tangan sampai wajahnya," kata Indrahadi.

Saat evakuasi ular, juga karena APD dan peralatan yang terbatas, petugas damkar ada yang sampai tergigit. Meskipun mengenakan APD pemadam api, namun tetap tembus oleh gigitan ular.

"Kami juga kan tidak dilengkapi kacamata keselamaatan dan sarung tangan hanya menggunakan grab stick. Jadi ada risiko kalau ularnya berbisa dan menyemburkan bisa itu berpotensi kena mata," ujar Indrahadi.

Bahkan ia dan petugas damkar lainnya pernah menangani mobil terperosok. Padahal logikanya, mobil terperosok bukan menjadi tugas pokok dari pemadam kebakaran.

"Seharusnya menelepon derek, sedangkan kami alat pun tidak ada. Tapi karena menelepon ke kami, maka tetap kami respon dan kami bantu," tutur Indrahadi.

Sayangnya, semua pelayanan yang bisa ditangani oleh Indrahadi dan kawan-kawan, tak ditunjang oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Terutama APD dan kendaraan tempur yang memang sangat urgen.

"Karena paradigma masyarakat sudah berubah, oleh karena itu kami memohon pemerintah untuk memenuhi dan memfasilitasi kami peralatan. Saat ini ibarat kami disuruh perang namun tidak dilengkapi senjata. Maka kami mohon kepada para pengambil keputusan di pemkot untuk mengubah juga paradigmanya soal damkar," tutur Indrahadi.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads