Pahit Damkar Garut: Diludahi hingga Dipukul Warga di TKP Kebakaran

Kisah Sang Penakluk Api

Pahit Damkar Garut: Diludahi hingga Dipukul Warga di TKP Kebakaran

Hakim Ghani - detikJabar
Jumat, 07 Jul 2023 11:00 WIB
Mako Damkar Kabupaten Garut
Mako Damkar Kabupaten Garut (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut -

'Ada bocah usia sekolah yang pernah datang dan minta tolong diambilkan HP-nya, yang kecemplung sumur. Kadang saya berpikir, apa iya nyawa anggota saya dipertaruhkan untuk mengambil HP yang sudah mati'

Eded Komara sudah lebih dari satu tahun memimpin Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Garut. Dalam waktu itu, dirinya mengaku mendapatkan banyak sekali pengalaman yang berkaitan dengan kebakaran dan penyelamatan.

Bukan perkara mudah baginya, untuk menjadi orang nomor satu di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Garut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab, sebagai seorang pejabat aparatur sipil negara (ASN) yang biasanya bekerja hanya sekadar di kantor, dia harus mengawasi anak buahnya yang bertaruh nyawa dalam memadamkan kebakaran dan melakukan penyelamatan.

140 orang personel pemadam api dan penyelamatan menjadi tanggungjawabnya. Setiap hari, Eded yang dalam waktu dekat akan memasuki masa purnabakti tak tenang tidurnya.

ADVERTISEMENT

Eded mengaku selalu was-was saat anak buahnya berangkat tugas, usai menerima laporan kebakaran dari masyarakat. Sebab, tak ada jaminan dari siapapun, bahwa pekerjaan anak buahnya akan berlangsung mudah dan mereka pulang baik-baik saja ke Markas Komando (Mako).

Mulai dari perjalanan menuju lokasi hingga proses pemadaman api, semuanya penuh resiko. Apalagi, nyawa yang menjadi taruhannya.

"Jam berapa pun ada kebakaran, setelah menerima laporan saya selalu siaga. Kemudian saya berdoa, untuk anggota saya di lapangan. Setelah semuanya selesai, anggota balik ke Mako, baru saya bisa tenang lagi," ucap Eded.

Hal itu, kata Eded, bukan omong kosong belaka. Sebab, di suatu hari yang lalu, sebagai orang baru di kantor, dirinya mengaku pernah ikut operasi pemadaman api.

Belum sampai ke lokasi, dengan mobil berkecepatan tinggi, Oded mengaku payah dan turun lagi hanya sekitar 1 kilometer setelah mobil meluncur dari kandangnya.

"Saya tidak kuat. Mobilnya kencang dan di jalan itu penuh tantangan. Bukan jalanan yang lengang. Makanya pekerjaan pemadam api ini luar biasa," ujar Eded.

Menjadi Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan di Kabupaten Garut, sama saja dengan mengemban tugas menjadi penanggungjawab kejadian di 42 kecamatan.

Bukan perkara mudah, karena Eded, hanya dibekali 12 mobil pemadam api saja untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di 42 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut.

Tapi diakuinya, Pemda Garut terus berbenah dalam mengoptimalkan pelayanan pemadaman api dan penyelamatan. Hal tersebut dibuktikan dengan terus bertambahnya jumlah Unit Pelaksana Tugas (UPT) di setiap zona tiap tahunnya.

"Sekarang kita punya 1 Mako, kemudian 3 UPT yang ada di Limbangan, Pameungpeuk dan Bungbulang. Ada juga pos yang ada di Leles, Cikajang dan Malangbong. Tahun ini ditambah 2 pos baru di Banjarwangi dan Pangatikan," kata Eded.

"Memang belum maksimal. Idealnya 1 kecamatan, 1 pos. Jadi bisa dengan cepat menangani kebakaran. Tapi insya Allah, arahnya memang akan menuju ke sana," katanya menambahkan.

Mako Damkar Kabupaten GarutMako Damkar Kabupaten Garut Foto: Hakim Ghani/detikJabar

Dengan 140 anggota, 12 mobil armada dan 9 kantor yang tersebar, mereka dibebankan dengan tugas berat melakukan pemadaman kebakaran dan penyelamatan di lebih dari 400 desa yang tersebar di Garut.

Maka tak heran jika julukan 'Pahlawan Kesiangan' sering disematkan pada para pejuang pemadam api, yang sebenarnya sudah susah payah datang ke lokasi. Alasannya, bukan leha-leha. Tapi, memang jarak dan medan perjalanan yang terlampau jauh dari markas.

Misalnya, ketika terjadi kebakaran di Kecamatan Cisewu, para petugas pemadam api dari UPT Bungbulang harus menempuh perjalanan 24 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, karena jalanan yang berkelok.

Waktu tempuh itu, hanya mampu menyampaikan mereka di 'kota' Cisewu. Lantas, bagaimana jika kebakarannya terjadi di daerah pelosok dengan akses jalan yang amburadul.

"Anggota saya banyak mengalami pengalaman pahit di lapangan. Mulai dari dipukul, dilempari sampai diludahi karena dianggap telat," katanya.

Tapi Eded dan para personelnya menganggap, semua yang dilakukan masyarakat itu terjadi karena ketidaktahuan. Daripada makan hati, Eded putar otak agar personelnya cepat sampai lokasi dan bisa memadamkan api dengan cepat.

Salah satu hal yang dihadirkan, adalah penggalangan relawan pemadam kebakaran di daerah. Sekarang, Disdamkar Garut punya lebih dari seribu relawan yang tersebar di 42 kecamatan.

Meskipun tak menjamin bala bantuan datang dengan cepat, tapi setidaknya relawan ini menjadi sumber informasi akurat yang cepat, ketika terjadi kebakaran di daerah.

"Informasi cepat, mereka tahu dimana kita bisa mengambil air dan jalan akses menuju lokasi. Ini semua cuma-cuma, karena ya tidak berbasis anggaran," ujar Eded.

Para relawan ini, sangat semangat dalam membantu. Dengan kaus berlogo dinas pemadam api dan Pemda Garut yang dibagi Disdamkar, mereka selalu setia mengabari tim pemadam jika kebakaran terjadi di daerah masing-masing. Meskipun, mereka tak dibayar sepeserpun.

Hadirnya relawan, sangat membantu Disdamkar Garut dalam menjalankan tugasnya. Sebab, dewasa ini, mereka tak hanya dituntut bisa memadamkan api, tapi juga melakukan penyelamatan.

Eded bercerita, pihaknya banyak menerima laporan dari warga yang meminta tolong. Evakuasi ular hingga operasi tangkap tawon (OTT) mungkin hampir setiap hari dijalani anggotanya di lapangan.

Yang paling, aneh, Disdamkar Garut diminta untuk menyelamatkan sapi yang terperosok, orang galau yang memanjat tower Sutet, hingga menyelamatkan ponsel yang kecebur sumur.

"Makanya Pak Bupati dulu pernah bercanda sama kita. Semua masalah bisa Damkar tangani, kecuali rumah tangga orang," ungkap Eded menirukan ucapan Bupati Rudy Gunawan sambil tertawa.

Eded mengatakan, dengan setumpuk tugas yang harus dikerjakan, para personelnya yang kebanyakan merupakan tenaga honorer selalu semangat dan ikhlas dalam bekerja. Meskipun dari segi materi, sangat tidak sebanding dengan resiko kehilangan nyawa saat bertugas.

"Tapi Alhamdulillah dibanding dengan daerah lain gaji personel kami sudah di atas UMR. Saya selalu menekankan untuk kerja ikhlas, disiplin dan profesional kepada anggota. Dan alhamdulillah semuanya selalu melakukan itu," pungkas Eded.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads