Tak Cuma Padamkan Api, Petugas Damkar Juga Evakuasi Sapi Masuk Sumur

Kisah Sang Penakluk Api

Tak Cuma Padamkan Api, Petugas Damkar Juga Evakuasi Sapi Masuk Sumur

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 07 Jul 2023 07:30 WIB
M Luthfi Mulyadi (31), petugas Damkar Kabupaten Sukabumi.
M Luthfi Mulyadi (31), petugas Damkar Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Punya kemampuan lebih bagi petugas Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kabupaten Sukabumi dianggap sebagai nilai lebih. Tidak sekadar memadamkan api, tapi juga evakuasi korban hingga hewan.

Pengalaman tersebut dikisahkan M Luthfi Mulyadi (31). Dia telah lima tahun bertugas di Damkar, Luthfi mungkin terbilang masih junior, namun sederet aksinya dalam hal rappelling (menuruni tebing) penyelamatan patut diacungi jempol.

Salah satu pengalaman tak bisa dilupakan Lutfhfi ketika menyelamatkan seseorang yang terperosok ke jurang di kawasan Geopark Ciletuh, di lokasi yang dikenal sebagai jurang Panenjoan, pada Selasa (14/3/2023) dan mengevakuasi sapi dalam sumur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun berbeda wilayah tugas, Damkar Ciemas memerlukan keahlian Lutfi dalam hal teknik rappelling. Dengan kedalaman jurang 100 meter, satu-satunya evakuasi korban adalah dengan menuruni tebing.

"Kita langsung meluncur ke sana, tiba selepas subuh, sekitar pukul 05.00 WIB posisi ada di Panenjoan di atas jurang. Kabar diterima posisi tubuh korban nyangkut diantara batuan dan pohon," cerita Luthfi, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Karena keterbatasan peralatan, proses evakuasi saat itu harus menunggu kedatangan tali karmantel dan carabinner. Diketahui posisi tebing sangat curam dengan kemiringan 95 derajat.

"Asalnya mau langsung repling namun kita menunggu tali carmantle dari Palabuanratu, karena tali kita dipinjam Pos Sagaranten saat itu. Setelah alat siap, jam 07.30 WIB saya mulai proses alhamdulillah jam 08.00 WIB, korban sudah naik. Dalam waktu setengah jam jenazah bisa diangkat," kisah Luthfi.

Cerita penyelamatan di jurang Panenjoan saat itu menyedot perhatian luas dari masyarakat Kabupaten Sukabumi, kala itu Petugas Damkar bersama TIM SAR gabungan mengevakuasi jasad Saep (20), warga Kecamatan Waluran yang terperosok ke dalam jurang.

Dalam hal vertical rescue, Luthfi sudah beberapa kali dimintai bantuan masyarakat. Ternyata tidak sekadar manusia, aksi itu juga diterapkan Luthfi ketika mengevakuasi hewan ternak.

"Sebelumnya ada juga, kita masuk ke dalam sumur ambil sapi dalam keadaan hidup di dalam sumur, sumurnya enggak ada airnya, terpeleset masuk sumur. Saya bersama teman-teman melakukan penyelamatan," ujarnya.

"Kemudian pernah juga ambil bangjai kambing dari sumur, jadi sumur itu digunakan warga airnya. Lokasinya di Cidahu dekat SMA Surade. Saya turun ke bawah, kedalaman sumur 13 meter saya naik sambil bawa bangkai kambing. Masyarakat gembira saat itu, karena air di sumur memang sering digunakan sehari-hari," sambung Luthfi menceritakan pengalamannya.

Luthfi mengaku bergabung dengan Damkar lima tahun silam, ia sendiri lulusan salah satu SMK di Sukabumi. Memilih masuk Damkar karena instansi itu banyak dibutuhkan oleh masyarakat.

"Istilahnya pahlawan yang fakta di kehidupan nyata, super hero bagi masyarakat. Saya bangga menjadi bagian dari petugas Damkar dan Penyelamatan, banyak memberikan pertolongan kepada masyarakat makanya saya putuskan bergabung," tuturnya.

Di Damkar, Luthfi berstatus sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL). Gajinya tak seberapa, masih jauh dari UMR hanya sekitar Rp 2,1 juta namun Luthfi mengaku bersyukur.

"Saya juga merangkap Driver, juga di penyelamatan. Syukuri yang saya dapatkan, sudah alhamdulillah karena nilai terpenting adalah menjadi bagian dari lembaga yang saya banggakan," ucap ayah dua anak ini.

Hal yang kerap dihadapi dan kurang menyenangkan yang mungkin menurut Luthfi mungkin dirasakan oleh setiap petugas Damkar adalah adanya pandangan atau penilaian masyarakat ketika beraksi memadamkan api.

"Yang sedih itu adalah ketika ada penilaian dari masyarakat, yang menilai kami sebagai petugas damkar selalu dianggap lambat. Padahal perlu diketahui itu mulai dari proses laporan diterima, kemudian perjalanan itu memerlukan waktu," kata Luthfi.

"Masyarakat bilangnya gini wah lambat, kan ada proses di jalan juga, belum kemacetan, masyarakat enggak tahu itu kan. Masyarakat tahunya begitu kebakaran kita langsung datang, kan kita harus proses jalan dulu kan bukan gaib," sambungnya.

(sya/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads