Malam takbiran penuh tangis di gubuk reyot Mak Inem (75) dan Bah Narman (78), warga Dusun Pejaten II, Desa Pejaten, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang.
Di tengah hangatnya suasana malam takbiran jelang Idul Adha, keluarga Mak Inem harus menelan pahit. Mak Inem dan sang suami, Bah Narman bercerita, gubuk yang ditempatinya sudah hampir ambruk sejak setahun lalu.
Nasib pilu itu berawal saat Mak Inem dan Bah Narman memilih pindah dan tinggal di gubuk semi permanen tersebut sejak dua tahun lalu. Sebab keduanya ingin tinggal berpisah dengan ketiga orang anaknya sudah berkeluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pindah ke sini pas dua tahun lalu, Emak sama si Abah pengen misah, dibuatin lah rumah ini setengah bilik (dinding anyaman bambu), cukup buat kita berdua mah," ucap Inem saat ditemui detikJabar, Rabu (28/6/2023) malam.
Kini gubuk semi permanen yang dibangun anak-anak Mak inem dua tahun lalu sudah reyot hampir ambruk. Dindingnya yang dulu bilik bambu, kini berganti terpal ditambal plastik bekas, serta engsel pintunya sudah diikat tali bambu. Bahkan beberapa genteng atap rumah sudah tak tertata hampir jatuh menimpa penghuninya.
![]() |
"Rusaknya udah setahunan lah, namanya juga rumah bilik kan nggak tahan lama, minta anak-anak juga masih susah ekonominya, jadi belum ada rezeki buat benerin rumah Emak," kata dia.
Sedangkan Bah Narman, sang suami, hanya menggantungkan hidup dengan bekerja serabutan. Penghasilannya hanya puluhan ribu rupiah per harinya. Kendati demikian, Mak Inem mengaku, penghasilan itu selalu disyukurinya.
"Abah cuma kerja nggak tentu, kadang kuli ngiket benih padi, penghasilan itu paling Rp 30 ribu sehari. Alhamdulillah cukup buat makan berdua mah, Emak bersyukur aja," ucap Mak Inem sembari mengikat beberapa bagian terpal dinding rumahnya yang terkelupas diterpa angin malam.
Mak Inem mengaku, ia dan sang suami juga mendambakan tinggal di rumah layak. Namun ia tak tahu harus mencari uang kemana, dan minta tolong kepada siapa.
"Emak maunya tinggal di rumah yang bener lah, nggak kayak gini, hujan ya bocor, engsel pintu suka copot, terpal copot kalau kena angin. Tapi ya bingung juga, soalnya anak-anak Emak belum mampu benerin, tinggal sama mereka juga nggak enak, nyari uang ke mana, minta tolong benerin ke siapa juga nggak paham Emak mah," imbuhnya.
![]() |
Sementara itu, Kasi Kesra Desa Pejaten Azwar Annas mengaku, pihak pemerintah desa sudah melakukan berbagai upaya untuk keluarga Emak Inem dan gubuk yang ditinggalinya.
"Kita udah tahu pak, Emak Inem meskipun baru jadi warga sini, kita usahain diajukan BLT DD (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa), jadi memang udah berupaya kita," kata Annas saat dikonfirmasi detikJabar.
Mengenai nasib gubuk yang ditinggali Emak Inem, Annas mengungkap, pihaknya juga sudah mengupayakan untuk segera dilakukan perbaikan.
"Rumahnya juga sudah kita foto, kita ambil berkasnya Emak Inem, kita laporkan itu ke dinas, bahkan 3 bulan lalu sempat datang survei orang dinas PRKP. Tapi sampai sekarang belum ada tindakan lagi," keluhnya.
Annas juga mengaku, ia kerap melaporkan kondisi keluarga Mak Inem setiap kali rapat di kantor desa, bersama aparat setempat, namun pihak pemerintah desa juga masih harus menunggu dilakukan perbaikan oleh dinas agar sesuai prosedur.
"Kalau saya tiap rapat kondisinya (keluarga Mak Inem) saya laporkan, pihak desa juga pak sering kontrol, tapi kan tetap dilaporkan ke dinas, karena sesuai prosedur yang membangun tetap dinas," pungkasnya.
(orb/orb)