Nasib Tragis Kelelawar yang Sayapnya Capai 1,5 Meter

Kabar Internasional

Nasib Tragis Kelelawar yang Sayapnya Capai 1,5 Meter

Tim detikInet - detikJabar
Minggu, 25 Jun 2023 01:00 WIB
Kelelawar raksasa
Kelelawar raksasa. (Foto: All That's Interesting)
Jakarta -

Kelelawar raksasa jenis spesies megabat mengalami nasib tragis. Hewan ini terancam punah.

Kelelawar ini tentunya bertahan hidup bukan dengan menghisap darah seperti vampir, melainkan dengan pola makan vegan buah-buahan.

Meskipun begitu, ukuran kelelawar yang dijuluki Golden-Crowned Flying Fox ini selalu membuat orang yang melihatnya takjub. Sejumlah penampakannya yang viral di media sosial pun kerap mengundang komentar netizen yang tidak percaya besar kelelawar ini nyaris sebesar manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari detikInet, kelelawar ini merupakan endemik di hutan Filipina, Golden-Crowned Flying Fox. Ia merupakan kelelawar terbesar di dunia dengan lebar sayap saat direntangkan mencapai 1,5 meter, bobot 1,2 kg, dan koloninya dapat berjumlah hingga 10 ribu kelelawar.

Dikutip dari All Thats Interesting, kelelawar ini sebenarnya tidak menimbulkan bahaya pada manusia. Namun justru perburuan manusia dan penggundulan hutan secara langsung membahayakan eksistensi spesies tersebut.

ADVERTISEMENT

Meski sayapnya lebar, tubuh kelelawar ini sebenarnya kecil. Ukurannya bervariasi antara 10-27 cm. Makanan utama makhluk herbivora dengan nama ilmiah Acerodon jubatus ini bergantung pada buah-buahan dan biasanya mencari makan apa pun saat senja mulai dari buah ara hingga daun ficus. Konsumsi makanannya sekitar sepertiga dari berat tubuhnya setiap malam. Pada siang hari, ia tidur dan bertengger di antara rumpun besar bersama rekan-rekannya di puncak pohon.

Kelelawar ini termasuk hewan cerdas, sebanding dengan anjing peliharaan. Dalam sebuah penelitian, Golden-Crowned Flying Fox dilatih untuk menarik tuas untuk mendapatkan makanan. Cara ini dapat mereka ingat sekitar tiga setengah tahun kemudian.

Tidak seperti kebanyakan kelelawar lainnya, Golden-Crowned Flying Fox tidak mengandalkan ekolokasi untuk bergerak. Makhluk-makhluk ini menggunakan indra penglihatan dan penciuman mereka untuk terbang di sekitar langit dengan sangat baik. Selain itu, mereka sebenarnya cukup bermanfaat bagi lingkungan secara luas.

Pola makan berbasis buah pada Golden-Crowned Flying Fox membantu memperbanyak lebih banyak tanaman yang mereka makan. Setelah makan, rubah terbang menyebarkan kembali biji ara dalam kotorannya ke seluruh hutan, sehingga membantu pohon ara baru bertunas.

Sayangnya, sementara kelelawar terbesar di dunia ini berperan dalam reboisasi, perbuatan manusia justru bekerja dua kali lebih keras dalam penggundulan hutan.

Artikel ini telah tayang di detikInet. Simak selengkapnya di sini

(orb/orb)


Hide Ads