Mang Ujang, begitu akrab dia disapa, merupakan pemilik sebuah lapak sol sepatu legendaris yang ada di Jalan Pataruman. Lapak sol sepatu Mang Ujang didirikan di sebuah lapak kosong yang diapit dua rumah warga, persisnya depan deretan rumah indekos di jalan tersebut.
Deretan sepatu bekas yang digantung dan dipajang di muka lapak, menjadi ciri khas lapak sol sepatu milik pria berusia 51 tahun ini.
Di sela-sela kesibukannya mengurusi sepatu jebol milik konsumen, Mang Ujang berbincang dengan detikJabar pada Selasa, (20/6/2023). Di tengah panas terik di siang itu, Mang Ujang menceritakan kisah hidupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlahir di tengah keluarga yang biasa-biasa saja, membuat Mang Ujang menjadi 'petarung' sejak remaja. Dia harus berjuang sendiri, memperjuangkan kehidupannya.
Di usia yang masih muda, Ujang mengaku sudah menjadi pedagang asongan. Dia menjual permen hingga rokok secara asongan, bahkan hingga ke Ibu Kota Jakarta.
"Saya jualan, merantau ke Jakarta dari tahun 2000-an. Lama di sana," ungkap Mang Ujang.
Memutuskan untuk menikah di usia remaja, membuat nalurinya sebagai laki-laki terus ditempa. Beban menafkahi keluarga dilakoninya dengan menjadi seorang pedagang asongan yang berpenghasilan tak menentu.
"Sekitar tahun 2010-an, di Jakarta, saya ketemu teman-teman dari Garut. Mereka mengajak saya menjadi tukang sol sepatu," ucap Ujang.
Pertemuan itu, kemudian merubah haluannya. Ujang kemudian belajar cara menambal sepatu dengan baik dari teman baru yang dijumpainya itu.
Perjalanan hidup itu, kemudian menjadikan Ujang sebagai tukang sol sepatu. Akalnya sebagai pedagang yang sudah terbentuk sejak lama, membuat Mang Ujang berpikir. Bagaimana caranya menghasilkan uang yang banyak, tanpa perlu capek berkeliling seperti tukang sol sepatu pada umumnya.
"Nah akhirnya tahun 2018 pulang ke Garut. Buka usaha sol sepatu di sini," katanya.
![]() |
Jalan Pataruman dipilih, karena banyaknya orang yang berkerumun di sana. Mulai dari para pengguna jalan, pelajar yang ngekos di sana, hingga ribuan pegawai pabrik yang setiap hari hilir-mudik di di sana menjadi target pasarnya.
Hal tersebut terbukti ampuh. Meski baru eksis sejak tahun 2018, namun Mang Ujang sudah dikenal sebagai tukang sol sepatu yang selalu eksis. Dia kerap jadi solusi bagi masyarakat yang ingin memperbaiki sepatunya.
"Tidak tentu sehari bisa mengerjakan berapa banyak. Tapi, rata-rata paling 4-7 pasang sepatu," ujar Ujang.
Tarif sol sepatu yang dipatok Ujang, bervariatif. Mulai dari Rp 15, sampai 25 ribu. Tergantung tingkat kerumitannya.
Mang Ujang mengaku dalam sehari mampu menghasilkan duit hingga Rp 80 ribu untuk dibawa pulang ke rumah.
Uang yang mungkin dianggap tak seberapa, oleh sebagian kalangan masyarakat. Namun, tidak bagi Mang Ujang. Sebab, dengan uang sebanyak itu, Mang Ujang bisa menghidupi keluarganya.
Tak hanya sekadar itu. Yang bikin salut dari Mang Ujang adalah, dia sanggup untuk mengantar anaknya mengenyam pendidikan hingga ke bangku perguruan tinggi.
Dari perkawinannya dengan sang istri, Mang Ujang dikaruniai tiga orang anak. Dua dari tiga anaknya itu, sukses diantarkan Mang Ujang masuk ke perguruan tinggi.
Bahkan, anak Mang Ujang yang paling kecil, kini mendapatkan beasiswa dan berkuliah di jurusan Matematika, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
"Yang paling gede, yang perempuan, kuliah di Musaddad. Yang bungsu sekarang di Bandung," katanya.
Jika ditakar menggunakan logika, Mang Ujang mengaku kewalahan untuk membiayai sang anak. Sebab, dia membutuhkan uang sekitar Rp 1 juta dalam sebulan, untuk membiayai anaknya ini.
Namun, Mang Ujang mengaku tetap semangat bekerja dan berikhtiar setiap harinya, hingga kebutuhan itu tanpa disadarinya selalu terpenuhi setiap hari.
Mang Ujang mengaku hanya fokus dan ikhlas dalam menekuni profesi. Satu yang dia harapkan adalah, Mang Ujang ingin nasib anaknya lebih baik darinya.
"Selalu ada rezeki untuk anak dan keluarga saya. Yang penting tekun, yakin. Yakin berhasil," pungkas Mang Ujang.
(yum/yum)