Mengenal Sosok dan Kiprah Dokter Soekardjo di Tasikmalaya

Mengenal Sosok dan Kiprah Dokter Soekardjo di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 20 Jun 2023 10:30 WIB
Dokter Soekardjo.
Dokter Soekardjo (Foto: Istimewa).
Tasikmalaya -

Bagi warga Tasikmalaya nama Dokter Soekardjo tentu sudah tak asing lagi. Ada dua objek yang identik dengan nama itu di benak masyarakat.

Pertama adalah nama jalan yang berada di kawasan pusat Kota Tasikmalaya. Jalan Dokter Soekardjo ini membentang dari Simpang Lima hingga ke jantung kota Jalan HZ Mustofa. Jalan ini populer dengan sebutan Jalan Dokar, kependekan dari Jalan Dokter Soekardjo.

Objek kedua yang identik dengan nama itu adalah rumah sakit umum daerah (RSUD) milik Pemkot Tasikmalaya yang diberi nama rumah sakit dr. Soekardjo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski namanya sudah populer di Tasikmalaya, namun tak sedikit masyarakat yang belum mengetahui sosok dokter yang satu ini.

Dikutip dari berbagai sumber, Soekardjo ternyata seorang pendatang yang mengabdikan dirinya bagi masyarakat Tasikmalaya.

ADVERTISEMENT

Soekardjo bukan warga Tasikmalaya, dia lahir di lingkungan Keraton Surakarta pada tahun 1864. Anak priyayi ini kemudian menempuh pendidikan kedokteran dan setelah lulus berkiprah di Tasikmalaya. Di masa itu masyarakat Tasikmalaya menyebutnya dengan sebutan Juragan Mas Soekardjo.

Pada tahun 1925 Soekardjo diangkat menjadi Direktur Rumah Sakit Tasikmalaya. Dia menjadi dokter pribumi pertama yang memimpin rumah sakit itu. Pada masa itu para tenaga kesehatan sedang disibukkan dengan wabah malaria, penyakit kulit dan penyakit kelamin.

"Dokter Soekardjo adalah dokter pribumi pertama yang menjadi Dirut RSUD Tasikmalaya. Dia menjadi pioner dunia medis di Tasikmalaya," kata pegiat sejarah Tasikmalaya Muhadjir Salam belum lama ini.

Selain bertugas di rumah sakit, Soekardjo juga membuka layanan praktek di rumahnya di Jalan Heerenstraat No. 18 atau kini bernama Jalan Yudanegara, sekitar belakang Masjid Agung Kota Tasikmalaya.

Dalam iklan di koran bahasa Sunda, diketahui Dokter Soekardjo melayani praktek setiap hari kecuali Senin dan Kamis. Karena di dua hari itu dia harus dinas ke Pangandaran.

"Saat itu di Tasikmalaya sudah banyak beredar koran lokal berbahasa Sunda. Baik itu Sipatahoenan, Al Imtisal dan lainnya," kata Muhadjir.

Selain menjalani profesinya sebagai dokter, dokumen pemberitaan koran juga menyodorkan bukti bahwa Soekardjo aktif dalam dunia pergerakan melalui wadah Paguyuban Pasundan.

Dokumen koran Sunda pada zaman itu menuliskan Soekardjo menjadi salah satu calon dalam kontestasi pemilihan anggota dewan Tasikmalaya, mewakili kalangan profesional. Namanya terselip diantara deretan nama lain seperti Sutisna Sendjaya dan Ahmad Atmaja.

Pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, kondisi politik dan keamanan di Tasikmalaya mengalami goncangan. Menyusul terjadinya rangkaian agresi Belanda di kisaran tahun 1948.

Soekardjo kembali mengambil peran dengan memimpin regu sukarelawan medis untuk mengobati para pejuang yang terluka.

Soekardjo tercatat mendirikan pos pelayanan kesehatan darurat di sekitar kaki Gunung Galunggung. "Situasi keamanan yang tak menentu membuat masyarakat mengungsi ke daerah Gakunggung. Di sekitar daerah Tawang Banteng dan Sinagar, Soekardjo mendirikan pos kesehatan darurat," kata Muhadjir.

Atas dedikasi dan andil Soekardjo di masa pertempuran itu, Pemerintah RI kemudian menganugerahkan penghargaan Bintang Gerilya kepadanya. "Dapat lencana Bintang Gerilya dari pemerintah atas perjuangannya di masa agresi militer Belanda I dan II. Beliau pejuang dan jasanya nyata bagi masyarakat Tasikmalaya," kata Muhadjir.

Untuk mengenang jasa Soekardjo, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pada masa orde batu kemudian mengabadikan namanya menjadi nama jalan protokol. Kemudian di tahun 2016 Pemkot Tasikmalaya meresmikan nama Dokter Soekardjo sebagai nama RSUD Kota Tasikmalaya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads