Aktivitas pengunjung pasar dan lalu lalang kendaraan membuat lalu lintas di sekitar Pasar Kordon Buahbatu selalu ramai.
Lahan parkir yang sempit yang bercampur aduk dengan gerobak pedagang dan becak membuat juru parkir di sekitar Pasar Kordon mesti sigap agar kendaraan yang pengunjung pasar yang datang tak menjadi hambatan.
Di sebelah selatan Pasar Kordon terlihat salah satu juru parkir meniupkan peluit berjalan dengan tongkatnya berusaha memberikan ruang aman bagi pengendara yang hendak meninggalkan pasar.
Enan Sumpena (63) menggantungkan keberlangsungan hidup keluarganya sebagai juru parkir di Pasar Kordon dari tahun 2000, profesi ini merupakan satu-satunya jalan yang bisa Enan tempuh dalam mencari nafkah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapak kalo parkiran buat makan sehari-hari buat anak istri, walau bapa sakit-sakitan terus semangat berjuang soalnya ada istri sama anak yang perlu dibiayai," katanya.
Enan merupakan juru parkir dengan keterbatasan fisik, sehari-harinya yang bergantung kepada tongkat bahkan dari lingkungan Pasar Kordon Enan mendapat julukan Mang Garand atau dibaca geren karena tongkat di kanan tangan menjadi bahan gurauan sebagai senjata.
"Pada suka bercanda ini tongkat (sambil menunjukan ke tangan kanan) kaya senjata gitu, saya pake tongkat dari SD kelas 6 amanat guru karena sebelumnya saya kalau jalan merangkak," katanya.
Sehingga sampai sekarang tongkat tersebut menjadi hal yang paling penting untuk pria kelahiran Kota Bandung itu dalam menjalani kesehariannya.
Setiap harinya dari pukul 07.00 WIB di pagi hari Enan sudah berangkat dari kediamannya di Sekelimus Utara untuk mencari nafkah bagi keluarganya, dan terbiasa pulang di sore hari pada pukul 16.00 WIB.
"Sebenarnya ini baru masuk lagi soalnya kemarin sakit-sakitan, sekarang juga sebenernya masih belum sehat sepenuhnya tapi kan di rumah anak sama istri butuh makan," ujarnya.
Enan memiliki 4 anak namun si sulung sudah menikah dan menyisakan 3 anak yang masih tinggal bersama anak dan istrinya, setiap harinya Enan biasanya membawa Rp 40 ribu- Rp 100 ribu setiap harinya untuk dibawa ke pulang.
"Kalo penghasilan enggak tentu saya juga suka nunggak bayar sepuluh ribu untuk setor ke samsat karena sakit jarang masuk, kalau penghasilan gede itu karena banyak yang ngasih lebih," ujarnya.
(yum/yum)