Pondok Pesantren Al-Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, terus menuai sorotan. Setelah viral gegara salat Idul Fitri dengan jemaah perempuan di saf terdepan, kini Al-Zaytun dianggap menyimpang dalam anutan ajarannya.
Bukan cuma itu, pimpinan Ponpes Al-Zaytun, yakni Panji Gumilang, juga kerap mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Seperti disebut membolehkan perzinaan hingga menganggap Indonesia sebagai tanah suci.
Di balik kontroversi yang ditimbulkan, Al-Zaytun dikenal sebagai salah satu pondok pesantren kelas atas yang ada di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Kesan eksklusif tersemat di Al-Zaytun, baik dari segi infrastruktur maupun fasilitas lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Ponpes Al-Zaytun, ponpes ini dibangun di atas lahan seluas 1.200 hektare. Sekitar 200 hektare di antaranya untuk sarana kompleks pendidikan, seperti gedung pembelajaran, gedung asrama siswa putra maupun putri, masjid, hingga sarana olahraga.
Al-Zaytun juga menggunakan bahasa internasional dalam aktivitas pembelajaran. Bahasa Inggris dan Arab diajarkan dengan dukungan laboratorium-laboratorium bahasa dan sistem pengajaran bahasa.
Untuk program pendidikan yang dijalankan di Al-Zaytun, mengacu pada standar kualifikasi internasional. Program ICDL (International Computer Driving License) dan ICCS (International Certificate in Computer Studies) dilaksanakan dengan jaminan standar internasional.
Karena itulah, mereka yang hendak menjadi santri di Ponpes Al-Zaytun juga diharuskan melakukan pendaftaran dengan berbagai persyaratan, baik administrasi maupun pembiayaan selama menjalani pendidikan.
Untuk tahun ajaran 2023-2024, pendaftaran santri dibuka pada 25 Maret hingga 20 Juni 2023 untuk tingkat dasar (madrasah ibtidaiyah) dan tingkat menengah (madrasah tsanawiyah) melalui sistem online.
Dalam dokumen persyaratan penerimaan santri baru Al-Zaytun yang ditandatangani Ketua Panitia Moch Iqbal Aulia dan Ketua Yayasan Pesantren Indonesia Datuk Sri Imam Prawoto pada 23 Maret 2023, sepintas tidak ada yang aneh dari persyaratan maupun besaran biaya.
Gunakan Dolar
Namun, dalam ketentuan besaran pembiayaan untuk pendaftaran tingkat madrasah tsanawiyah, Ponpes Al-Zaytun menggunakan mata uang dolar sebagai alat untuk melakukan pembayarannya.
Terlihat biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan selama enam tahun pembelajaran adalah sebesar USD 3.500. Biaya itu bisa dibayarkan melalui beberapa teknis pembayaran, baik tunai maupun dicicil.
Baca juga: Dugaan Ajaran Menyimpang di Ponpes Al-Zaytun |
Namun, apabila dibayar secara dicicil, biaya sebanyak USD 3.500 akan ditambah 5 persen faedah per tahunnya dengan rincian dibayar tiga tahunan untuk tahap pertama yaitu pada saat akad USD 2.275 dan tahap kedua pada saat memasuki jenjang aliyah (tahun ke-4) USD 2.275.
Selain itu, diperlukan lagi biaya lainnya untuk keperluan pembayaran listrik, perawatan asrama, perlengkapan kamar, pembuatan buku izin tinggal, biaya lain-lain, dan biaya penunjang.
Tonton Video: Tim Investigasi Diterjunkan untuk Usut Polemik Ponpes Al-Zaytun