Fenomena sewa kos-kosan per jam dinilai telah mencoreng visi Kabupaten Majalengka, yakni Religius, Adil, Harmonis, dan Sejahtera (Raharja). Poin religius seakan dikhianati oleh para pelaku sewa kosan per jam.
Bupati Majalengka Karna Sobahi pun merasa miris atas fenomena tersebut. Pasalnya, sewa kos-kosan per jam berpotensi menjadi 'topeng' praktik prostitusi.
"Kalau mode itu (sewa kos-kosan per jam) digunakan kan memprihatinkan. Apalagi itu berpotensi jadi tempat mesum dan prostitusi," kata Karna kepada detikJabar, Selasa (13/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Momen 'Panen' Kosan per Jam di Majalengka |
Karna juga telah mengetahui fenomena sewa kos-kosan per jam itu usai ramai di pemberitaan. Ia meminta kepada para pemilik indekos agar lebih selektif dalam menyediakan jasa kamar kosnya.
Seperti yang diketahui, kamar kos yang disewakan dengan biaya per jam itu biasanya disewa terlebih dahulu oleh pengekos dengan bayaran tiap bulan. Para pengekos 'nakal' itu, mencari keuntungan tambahan tanpa sepengetahuan pemilik kos-kosan.
"Dari dulu saya selalu mengingatkan kepada para pemilik kosan agar betul-betul selektif menyewakan kamarnya, tidak hanya mencari target agar dapat uang dari orang yang nyewa," ujar dia.
"Saya juga baca ada kosan per jam, enggak bagus ya kalau diceritakan. Karena itu sangat memungkinkan kalau pemilik kosnya kurang peduli, kurang selektif yang datang," sambungnya.
Ramainya fenomena tersebut membuat Bupati Karna murka. Ia meminta kepada Satpol PP Majalengka untuk melakukan razia yang efektif.
"Oleh karena itu kepada satpol PP lakukanlah razia-razia yang rahasia. Apalagi kalau yang terlibatnya anak mahasiswa kan kasian ya. Saya minta tetap bahwa kosan tetap lah kosan. Kita harus digencarkan razia," ucap dia.
Dalam penelusuran detikJabar, biaya sewa kamar kos per jam di Majalengka cukup variatif. Ada yang harganya Rp20 ribu per jam, dan yang tertinggi Rp30 ribu per jam.
Para pengekos nakal itu memanfaatkan media sosial (medsos) sebagai sarana untuk promosi. Mereka menggunakan akun palsu dalam mempromosikannya.
(dir/dir)