Bagi Utis (60) Kabupaten Subang bukan hanya sebuah daerah. Lebih dari itu, Subang sudah menjadi rumah keduanya selama puluhan tahun.
Ya, sudah 20 tahun Utis berkelana dari Garut ke Subang. Ragam pekerjaan dilakoni Utis selama berada di kota Nanas itu.
Utis kini berprofesi sebagai pedagang rujak tumbuk. Makanan legendaris yang kerap disebut rujak bebek ini sudah dilakoni Utis beberapa tahun ke belakang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau aslinya dari Garut, tinggal di Subang hampir 20 tahunan lah kalau enggak salah," kata Utis saat berbincang bersama detikJabar, belum lama ini.
Di usianya yang sudah terbilang 'senja', Utis tampak bersemangat melayani pembeli. Tangannya tampak handal memotong hingga menumbuk rujak.
Setiap harinya, Utis berjalan mengitari sudut Kabupaten Subang. Beratnya pikulan tak dirasa Utis untuk tetap berjualan demi keluarga di rumah.
Utis kebetulan hanya seorang diri di Subang. Istri dan tiga anaknya tetap berada di kampung halamannya di Garut. Utis mengaku hanya bisa bertemu bersama dengan keluarga setiap satu bulan sekali.
"Di sini di Subang tinggal sama perantau lainnya yang dari Garut di kontrakan. Kalau istri sama anak-anak enggak saya bawa, paling setiap satu bulan sekali pulang ke Garut nengok anak istri," katanya.
"Kalau dibilang kangen sama keluarga mah ya kangen, cuman mau gimana lagi saya tinggal di Subang juga kan buat mereka-mereka juga, jadi saya ambil hikmahnya aja," sambungnya.
Utis hanya mengantongi Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu dalam sehari. Itu pun kalau kondisnya ramai. Namun, Utis tak menyerah demi keluarganya bisa tetap makan.
"Sejauh ini hanya bisa bersyukur aja bisa cukup buat hidup sehari-hari sama bisa menghidupi keluarga saya. Sehari paling dapet Rp75 ribu sampai Rp100 ribu itu juga kalau ramai, terus saya tabung kalau misalkan saya pulang ke Garut jadi ada ngasih buat anak istri," pungkasnya.
Baca juga: Asam Manis Penjual Nanas di Jalanan Lembang |
Sebelum berjualan rujak bebek, Utis ternyata pernah melakoni beragam kerjaan lainnya di Subang. Selama 20 tahun lamanya menghirup udara di Subang, Utis pernah menjadi buruh harian lepas.
"Apa aja kalau misalkan bisa menghasilkan uang pasti dikerjakan sama saya. Pernah jadi tukang bangunan, buruh lepas juga pernah sekarang jualan rujak bebek. Bersyukur aja yang penting halal," ujarnya.
(dir/dir)