Ada kisah menarik saat penggerebekan oleh pihak kepolisian di lokasi tambang ilegal pada Kamis (1/6/2023) kemarin. Salah satunya tentang pria bernama Uten (60), bukan nama sebenarnya yang sudah puluhan tahun menjadi gurandil.
Diketahui saat penggerebekan itu, sejumlah gurandil kocar-kacir menyelamatkan diri setelah mengetahui kedatangan petugas. Uten yang berusia lanjut, begitu mendengar kedatangan petugas santai naik dari dasar lubang galian. Ia lalu mengangkat beban atau bahan material tambang ke pundaknya.
Batuan beban yang dibawa Uten tidak ringan, sekitar 20 kilogram. Ia berjalan pelan di tengah teriakan petugas yang menghalau para gurandil dari tanah yang di tambang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu ada petugas mereka yang di permukaan teriak, ada razia-ada razia! Saya langsung mengambil serakan bebatuan dan tanah lalu naik ke atas, saat saya naik polisi masih sekitar 1 kilometer jauhnya, kan terlihat dari bukit lokasi tambang," kata Uten, nama tersebut bukan nama sebenarnya. Ia meminta detikJabar menyamarkan identitasnya.
Pertemuan detikJabar dengan Uten berlangsung tidak sengaja, ia ditemui saat berjalan kaki arah pulang dari lokasi tambang Cibuluh menuju kediamannya di Kecamatan Simpenan, sekitar 15 kilometer. Kakinya terseok karena kelelahan.
"Beban (batuan tambang) saya jual di sekitar lokasi, hanya diharagai Rp 170 ribu. Hasil pengecekan padahal bagus, tapi mau bagaimana lagi situasi kemarin serba takut. Kalau biasanya bisa sampai Rp 500 ribu bahan olahan," lirihnya.
Uten menyebut setiap ada razia petugas, ada sejumlah orang di jalan raya yang kerap mengabari situasi. Makanya setiap petugas datang biasanya ada yang memberitahu, sehingga para gurandil bisa mengamankan diri.
"Sok aya nu mere nyaho (suka ada yang memberitahu) lewat handphone, kadang ada juga yang meninggalkan beban di lokasi. Orangnya bersembunyi menunggu sampai petugas pulang," tuturnya.
Uten menyebut 20 tahun ia menambang. Ia menolak kalimat tambang ilegal di lokasi yang dijamahnya. Ia lebih memilih diksi 'tambang rakyat' ketimbang tambang ilegal. Menurutnya, hasil bumi pemberian tuhan baiknya untuk dipakai mensejahterakan rakyat.
"Itu lahan kehutanan katanya, kemudian ada kandungan emas. Yang memberikan itu kan tuhan, karunia untuk dinikmati umatnya karena bagi saya dan mungkin penambang lain, keahliannya hanya mencari tambang bukan bertani atau lainnya, ya akhirnya kita terpaksa menambang," ucapnya diplomatis.
"20 tahun menambang, saya pernah ke Aceh, ke Pongkor (Banten), ke Medan juga pernah. Semua menyebutnya gurandil, tapi yang saya cari adalah aset. Hanya tinggal pemerintah ngurus, ngasih ilmu dan bimbingan disalurkan untuk menjadi penambang rakyat yang punya keahlian," sambungnya bijak.
Uten masih kukuh menjadi penambang, meskipun usianya tidak lagi muda. Ia menyebut sebagai penambang atau gurandil tidak masalah yang penting bisa menghidupi keluarganya. Sebagian hasil ia gunakan untuk biaya berkebun.
Uten menyebut dua anaknya sudah dewasa dan menikah, sementara istrinya sudah meninggal dunia.
"Beli berak (pupuk), ini juga hasil Rp 170 ribu mau saya belikan pupuk sebagian buat makan sebagian. Saya hari terakhir menambang di Cibuluh, karena sudah terlalu sering petugas datang, menambang jadi enggak nyaman. Mau bagaimana lagi, polisi juga menjalankan tugas karena memang ada perintah atau aturan juga. Mudah-mudahan ke depan pemerintah juga memperhatikan para gurandil, agar bisa menambang dengan nyaman yang tadinya melanggar dibimbing biar menjadi tidak melanggar," pungkasnya.
Diketahui, polisi dari Polres Sukabumi menggerebek lokasi penambangan emas ilegal di Kampung Cibuluh, Desa/Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi.
Baca juga: Tekan DBD, Kemenkes Kawinkan Nyamuk 'Mandul' |
Informasi dihimpun detikJabar, belasan petugas sebagian di antaranya berpakaian sipil mendatangi lokasi pertambangan sekitar pukul 14.00 WIB. Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, sejumlah orang dari lokasi diamankan petugas.
"Ada beberapa orang digiring ke truk Dalmas Polres Sukabumi, beban (material tambang) juga ada yang di masukan ke truk. Motor juga ada yang di bawa," kata Nn, warga di sekitar lokasi kepada detikJabar, Kamis (1/6/2023).
(sya/mso)