Warga Bandung memang dekat dengan makanan olahan aci seperti seblak, jajanan seperti cilung atau aci digulung, dan masih banyak lagi. Makanan ini sebetulnya masuk pada pola konsumsi yang tidak sehat sebab minim gizi.
Tak hanya bakal memengaruhi kesehatan organ dalam tubuh, namun juga bisa mengancam pertumbuhan baik balita hingga remaja. Salah satunya yakni stunting, masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 penderita stunting di Kota Bandung yakni sebesar 19,4 persen. Hal ini tentu bukan angka yang sedikit dan jadi perhatian Pemerintah Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna menanggulangi ini, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan pihaknya terus bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk melakukan sosialisasi konsumsi makanan dengan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman).
"Jadi kami sosialisasikan pola makan B2SA atau dulu 4 sehat 5 sempurna ya. Karena kota bandung dalam data secara keragaman konsumsi masih relatif kurang, kalau dalam skor Pola Pangan Harapan (PPH) kajiannya 89,1 dari 100. Jadi ini menunjukkan keragaman konsumsi masih kurang seperti lebih banyak konsumsinya ke beras, nah ini salah satu upaya kita mengedukasi dimulai dari siswa sekolah," ujarnya ditemui dalam Festival Makan Benar (Mabar) B2SA di Lapangan Saparua Senin (29/5/2023).
DKPP juga punya target agar masyarakat kenal dan bisa mengolah pangan non beras yang penuh gizi sebagai makanan alternatif. Meskipun dikatakan oleh Kadinkes Anhar Hadian hal ini tidaklah mudah untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan jajan dan makan makanan non gizi.
"Ini memang tantangan yang berat karena menyangkut perubahan perilaku anak. Kuncinya memang edukasi berkelanjutan agar mereka bisa memilih makanan yang lebih seimbang gizinya. Street food kan sejenis cilok yang secara nilai gizi kurang lah, itu yang perlu kita ubah. Sosialisasi harus ada paling tidak sepekan dua kali Rabu dan Jumat, ini sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Jadi kita keliling ke SMP dan SMA dengan penyuluhan per tim, ada dokter, psikiater, ada juga ahli gizi, dan akademisi," kata Anhar dalam lokasi yang sama.
Sementara itu Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna juga menghimbau agar generasi muda kota Bandung lebih peduli dengan makanan yang dikonsumsi. Ia pun menceritakan pengalaman pahitnya soal kesehatan, kala pernah terkena serangan jantung.
"Saya punya pengalaman buruk pernah mendapatkan serangan jantung dan sekarang di badan saya sudah ada ring untuk menyelamatkan jantung saya agar kembali normal. Nah ini saya rasakan dari salah pola makan, karena saya dulu mungkin terlalu banyak kolesterolnya, lemaknya, saya tidak perhatikan," kenang Ema.
"Jadi saya sampaikan pada generasi penerus terutama anak pelajar kota Bandung, jaga pola makan yang benar dan B2SA. Kita juga punya masalah stunting yang dipengaruhi oleh makanan juga. Kita akan lakukan edukasi pola makan yang baik, saya mintakan pada kepala DKPP untuk masuk ke sekolah-sekolah dan posyandu kan ada juga PMTA (Pola Makan Terpadu Anak) sehingga jadi perhatian," tambahnya.
(aau/yum)