Cikal Bakal Geng Motor di Bandung, Picu Kemunculan Petrus?

Lorong Waktu

Cikal Bakal Geng Motor di Bandung, Picu Kemunculan Petrus?

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 28 Mei 2023 14:34 WIB
Ilustrasi grup pemotor (Motorfiets Rijders Te Batavia)
Ilustrasi grup pemotor (Motorfiets Rijders Te Batavia) (Foto: istimewa/@potolawas/KITLV)
Bandung -

Aksi gerombolan atau geng motor di Kota Bandung kini mulai marak terjadi. Kemunculan mereka bukan hanya membuat resah para pengendara di jalan raya, namun juga tak segan untuk melukai siapapun yang menjadi targetnya.

Jauh sebelum aksi geng motor merebak kembali baru-baru ini, Sudarsono Katam dalam bukunya berjudul Insulinde Park mencatat kemunculan geng pertama kali yaitu pada tahun 1950-an. Anggotanya kala itu, kata Sudarsono Katam, mayoritas merupakan anak-anak Indo-Belanda, Manado hingga Ambon yang menetap di wilayah timur Kota Bandung dan Cimahi.

Berlatar belakang sebagai anak bekas pegawai pada masa Hindia Belanda, mereka lalu mengorganisir menjadi geng di wilayah Bandung. Sejumlah nama pun cukup melegenda kala itu, yang beberapa di antaranya yaitu Geng Manggo dan Geng Apache.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, Sudarsono Katam mencatat penamaan geng kala itu diambil berdasarkan nama-nama wilayah di Kota Bandung. Geng Manggo misalnya, diambil dari nama Jalan Mangga yang terletak Kelurahan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung. Sementara Geng Apache, didominasi akan-anak muda yang bertempat tinggal di sekitaran Jalan Riau atau Jalan LLRE Martadinata bagian selatan.

Muncul Geng Motor Tahun 1960

Lambat laun, kemunculan geng di Kota Bandung mulai tumbuh subur. Selain 2 geng legendaris itu, beberapa geng juga bermunculan yang didominasi anak-anak yang menetap seperti di Jalan Berantas, Jalan Kihiur, Jalan Kenari, Jalan Gandapura, Jalan Centeh, Jalan Dulatip, Jalan Pasundan hingga kota Cimahi.

ADVERTISEMENT

Sudarsono Katam dalam mengatakan, periode awal kemunculan geng motor ini mulanya hanya sebagai eksistensi diri. Salah satunya yang ia catat adalah aksi salah satu anggota geng motor yang sempat membuat geger Kota Bandung karena berkendara dengan bugil menyusuri jalanan kota.

"Pada awal tahun 1960-an, kota Bandung sempat geger karena ulah seorang remaja anak geng Jalan Pasundan bertelanjang bulat naik motor sendirian menyusuri jalan utama kota Bandung pada malam hari," tulis Sudarsono Katam dalam buku Insulinde Park di halaman 39 sebagaimana dikutip detikJabar, Minggu (28/5/2023).

Kerap Terjadi Perkelahian

Barulah memasuki medio awal tahun 60-an, aksi geng berandalan yang didominasi para remaja ini mulai meresahkan warga Bandung. Aksi perkelahian hingga pemerasan kala itu kerap terjadi, bahkan mulai menggunakan senjata berbahaya.

Kebanyakan para pelakunya, kata Sudarsono Katam, merupakan remaja asal Bandung. Pasalnya saat periode tersebut, anggota geng yang berasal dari anak mantan pegawai Hindia Belanda sudah mulai meninggalkan Nusantara dan kembali ke negara asalnya.

Karena situasinya mulai mencekam, Katam mencatat pada 1958 anggota geng remaja di Bandung mulai dijaring Badan Keamanan Lalu Lintas (BKLL). Mereka lalu dibina, diberi keterampilan hingga dicarikan lapangan kerja supaya tidak lagi menimbulkan keonaran.

Anggota Geng Jadi Petugas Keamanan

Di sini lah kemudian anggota geng yang memiliki badan gempal dan berwajah sangar disalurkan menjadi tenaga keamanan swasta. Mereka ditempatkan ke beberapa pusat keramaian di Bandung mulai dari hotel, pasar, sampai tempat perekonomian lainnya.

"Salah satu pentolan geng Apache, anak Ambon berbadan gempal, berwajah sangar dengan opo-opo kain merah melilit di pergelangan tangan disalurkan ke Hotel Savoy Homan sebagai tenaga keamanan hotel dan bekerja di sana tanpa cela sampai hari tuanya. Ada anak Apache lainnya, anak Indo berperawakan tinggi kurus berwajah keras yang disalurkan ke Sekolah Mengemudi mobil sebagai instruktur," ucap Kata.

"Sampai saat ini masih banyak warga kota Bandung yang ingat sepak terjang anak geng tahun 1950-an. Tidak sedikit anak geng kala itu yang kemudian berhasil menjadi "orang" dalam berbagai bidang kehidupan," tuturnya menambahkan.

Meski sempat kondusif, situasi ini tak berlangsung lama. Geng di Bandung kembali bermunculan yang kali ini dengan pola yang lebih brutal pada 1960-an. Senjata tajam pun seakan sudah menjadi alat yang familiar digunakan jika bentrokan antargeng terjadi.

Darah Tumpah, Muncul Petrus

Di periode ini, Katam mencatat kelompok yang bermunculan seperti BBC yang pengaruhnya begitu kuat di wilayah Buahbatu. Kemudian Box T di Cipaganti, AMX di Gatot Subroto, Chicaso di Cikaso, New Chicaso atau NC, hingga Dollar di Cicadas, Kiaracondong, sampai Patrakomala-Tongkeng.

"Darah warga kota Bandung pertama kali tumpah pada akhir tahun 1960-an ketika seorang anak kelompok BBC menusuk pedagang baso keliling di sekitar perempatan Jalan Malabar-Gatot Subroto, dan membacok seorang anak geng NC di depan kolam renang Tirtarmerta (Centrum) pada era yang sama."

Periode awal kemunculan geng di Bandung pun akhirnya sirna begitu peristiwa Petrus mencuat di Indonesia sekitar tahun 80-an. Katam menuliskan, anggota geng yang namanya sudah menjadi 'penguasa keamanan' di pertokoan, debt collector atau penagih utang sampai menjadi preman, kemudian menjadi target sasaran tembak dari Petrus tersebut.

Salah satunya yang Katam catat adalah, anggota geng yang menusuk tukang bakso di atas ditemukan sudah tewas dan mayatnya berada di daerah Rajamandala. Katam menulis, anggota geng itu diduga dihabisi ketika mengisi bensin mobil di Jalan Buahbatu-Soekarno Hatta.

"Aktivitas dan nama orang ini cukup melegenda dan ditakuti kalangan anak geng dan mantan anak geng sampai jauh setelah masa aktifnya di kalangan anak geng," tulis Katam mengenang sosok anak geng yang tewas menjadi korban sasaran Petrus tersebut.

Halaman 2 dari 2
(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads