Saksi Bisu Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Kuningan

Lorong Waktu

Saksi Bisu Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Kuningan

Fathnur Rohman - detikJabar
Sabtu, 27 Mei 2023 11:30 WIB
Gedung Sjahrir di Kabupaten Kuningan.
Gedung Sjahrir di Kabupaten Kuningan. (Foto: Fathnur Rohman/detikJabar)
Kuningan -

Kabupaten Kuningan tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam rangkaian sejarah kemerdekaan Indonesia. Sebab, daerah ini pernah dipilih untuk jadi lokasi pertemuan dengan pihak Belanda terkait status kedaulatan Republik Indonesia (RI).

Perundingan tersebut dilaksanakan di Gedung Linggarjati, Kabupaten Kuningan, pada 11-13 November 1946. Kala itu, Sutan Sjahrir yang menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia, diberi mandat memimpin delegasi Indonesia.

Latar belakang digelarnya Perundingan Linggarjati tidak lain karena belum adanya titik temu antara Indonesia maupun Belanda perihal status kemerdekaan. Padahal pertemuan semacam ini sudah dilakukan beberapa kali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak perundingan tersebut kini tersimpan rapi di dalam Gedung Linggarjati Kuningan. Bangunan ini difungsikan sebagai museum yang bisa dikunjungi oleh siapa saja. Di sini pengunjung dapat mempelajari bagaimana Sutan Sjahrir dan delegasi lainya memperjuangkan status kemerdekaan RI di hadapan para utusan Belanda.

Gedung Perundingan Linggarjati memang tersohor sebagai tempat paling bersejarah di Kuningan. Meski begitu, tahukah Anda bahwa sebenarnya masih ada bangunan-bangunan tua di daerah ini yang menyimpan sisi historisnya tersendiri.

ADVERTISEMENT

Misalnya saja sebuah bangunan tua yang terletak di Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Namanya Gedung Sjahrir.

Bagi sebagian besar orang, Gedung Sjahrir memang terdengar sangat asing. Mungkin saja warga sekitar juga kurang begitu familiar dengan keberadaan bangunan bersejarah ini.

Sesuai namanya, gedung ini pernah disinggahi oleh Sutan Sjahrir. Tak hanya singgah, pendiri dari Partai Sosialis Indonesia tersebut sempat menginap selama empat hari di gedung tersebut.

Bangunan yang sempat difungsikan sebagai gudang amunisi milik Korem 063/SGJ punya gaya arsitektur cukup khas. Setiap sudutnya dibuat dengan mengusung konsep 'art deco'.

Dilihat detikJabar, bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan total memiliki lima ruangan. Tetapi kondisinya tampak tidak terawat. Kendati demikian, hal tersebut tak serta merta menghilangkan cerita historis gedung ini.

Tampak depan Gedung Sjahrir begitu menawan. Lekukan tegas nan simetris menjadi ciri khas dari bangunan tersebut. Tak ada catatan pasti kapan gedung ini dibangun, yang jelas umurnya masih sezaman dengan Gedung Perundingan Linggarjati.

Hal tersebut diungkapkan Staf Juru Pelihara Gedung Perundingan Linggarjati, Toto Rudianto (50). Dari penuturannya, diketahui jika bangunan bergaya Eropa itu pertama kali dimiliki warga Belanda. Kemudian dijual kepada seorang Tionghoa bernama Kwee Swan Lan.

"Waktu zaman perjuangan kemerdekaan oleh Kwee Swan Lan dijadikan Wisma Indonesia. Tempat sementara Sutan Sjahrir tinggal di sini selama masa Perundingan Linggarjati," kata Toto kepada detikJabar belum lama ini.

Toto menjelaskan, ruangan yang berada di dalam Gedung Sjahrir dahulu dijadikan tempat beristirahat bagi para delegator Indonesia. Termasuk di antaranya yakni Sutan Sjahrir, Mohammad Roem, serta KH Agus Salim.

Gedung Sjahrir di Kabupaten Kuningan.Gedung Sjahrir di Kabupaten Kuningan. Foto: Fathnur Rohman/detikJabar

Tepatnya pada 10 November 1946, Sutan Sjahrir bersama rombongan tiba di gedung tersebut. Tak hanya Sjahrir, tokoh penting seperti Presiden RI pertama Soekarno pernah singgah sementara di sini.

"Kebetulan waktu itu delegasi Belanda belum datang, Presiden Soekarno ke Hotel Merdeka (Gedung Perundingan). Didampingi Mohammad Hatta, Soekarno menemui Lord Kilern dan diadakan pertemuan singkat. Setelah selesai, dia langsung menuju Pendopo Bupati Kuningan untuk menginap," ujar Toto.

Walaupun bangunan tersebut kurang dikenal masyarakat, namun nilai sejarah di baliknya teramat penting. Toto menyebut, di dalam gedung inilah para delegator ulung Indonesia mencurahkan isi kepalanya. Mereka menggodok, lalu merumuskan pasal-pasal yang bakal dirundingkan dengan utusan Belanda.

Perang diplomatik, begitulah kondisi yang terjadi antara Indonesia dan Belanda kala itu. Sjahrir bersama delegasi lainnya berupaya agar negara ini mampu berdiri sebagai bangsa yang merdeka.

Toto mengungkapkan, alasan terbesar Sjahrir menginap di gedung tersebut agar para utusan Belanda tidak tahu hal-hal apa saja yang dirumuskan oleh delegasi Indonesia. Apalagi jarak antara bangunan ini dengan Gedung Linggarjati cukup jauh.

"Sutan Sjahrir dan delegasi Indonesia merumuskan strategi diplomatiknya di sini. Alasannya karena lokasinya tidak berdekatan dengan delegasi Belanda. Jadi mereka tidak akan tahu apa yang diusulkan," jelas Toto.

Selama masa gencatan senjata, lanjutnya, pihak Indonesia dan Belanda sudah beberapa kali berunding. Namun hasilnya tetap saja sangat merugikan Indonesia.

Hasil Perundingan di Linggarjati, Kuningan juga tak sesuai harapan. Sebab, pada akhirnya pihak Belanda ingkar janji dan tidak menyepakati hasil pertemuan tersebut.

Terlepas dari semua itu, keberadaan Gedung Sjahrir harus diketahui masyarakat luas. Sebab bangunan tersebut menjadi saksi bisu bagaimana Sutan Sjahrir dan delegator lainnya merumuskan strategi diplomatik untuk memperjuangkan status kemerdekaan bangsa ini.

"Kita harus punya strategi untuk meyakinkan Belanda, bahwa kita mampu berdiri sendiri sebagai bangsa yang merdeka," kata Toto.

Toto menambahkan, setelah perundingan usai Gedung Sjahrir pernah difungsikan sebagai gudang senjata. Akan tetapi karena jumlah penduduk di wilayah tersebut kian bertambah, semua amunisi di dalamnya sudah dipindahkan.

Kini, bangunan yang terletak di Desa Bandorasa Wetan itu tak berfungsi lagi. Walau demikian, Toto berharap agar cerita sejarah bangunan ini bisa diketahui masyarakat luas.

"Ada juga yang dipakai sebagai gudang senjata. Tapi karena penduduk di sini bertambah, maka senjata itu sudah dipindahkan," pungkasnya.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads