Dosen pada Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Dr Eng Ayu Purwarianti, ST, MT, mengingatkan bahaya ChatGPT yang sedang tren.
Saat ini ChatGPT mulai digunakan di dunia akademik terutama oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas karena beberapa pertimbangan seperti faktor kecepatan.
Dilansir detikEdu, ChatGPT merupakan model bahasa alami canggih yang dikembangkan oleh OpenAI. Kemampuannya untuk berkomunikasi dengan pengguna dalam bentuk percakapan alami telah memicu tantangan baru dalam dunia kecerdasan buatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Ayu menjelaskan beberapa risiko ChatGPT meliputi regulasi, isu plagiarisme, dan etika. Hal tersebut bisa menjebak mahasiswa jika tidak digunakan dengan bijak.
"Kalo misalnya mahasiswa disuruh bikin essay dengan tujuan supaya bisa memiliki kemampuan analisis yang lebih tinggi, serta lebih kritis dan kreatif, maka jangan menggunakan ChatGPT. Silakan membuat essay dengan kalimat sendiri dan nanti dibandingkan dengan hasil ChatGPT," ucap Dr Ayu dalam situs ITB dikutip Jumat (26/5/2023).
Setidaknya ada tiga risiko dari ChatGPT. Yang pertama yaitu tidak akuratnya informasi dan jawaban yang diberikan. Diharapkan agar pengguna melakukan validasi atau mencari sumber lain yang lebih terpercaya dalam mencari suatu informasi.
Risiko yang lain menyangkut plagiarisme. Sebab, pengguna tidak mengetahui sumber data dan jawaban yang diberikan ChatGPT. Karena itu, untuk beberapa kasus yang terkait dengan hak cipta seperti pembuatan buku dan copywriting, jangan menggunakan ChatGPT.
Bahaya terakhir yaitu potential misuse, dalam hal ini berkaitan dengan penelitian yang melibatkan atau menghasilkan bahan, metode, teknologi atau pengetahuan yang dapat disalahgunakan untuk tujuan yang tidak etis, seperti dijelaskan oleh Europol.
Potential misuse salah satunya dapat terjadi karena ChatGPT rentan diisi permintaan untuk membuat kode program seperti jailbreak atau mengakali keamanan.
Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini.