Rasa syukur tak henti-hentinya dipanjatkan Sulaeman (74) dan Asmah (64). Pasangan suami-istri (pasutri) asal Desa Karangmangu, Kabupaten Kuningan ini akhirnya dapat mewujudkan mimpi pergi ke Tanah Suci.
Proses panjang harus dilalui keduanya. Hampir 12 tahun lamanya, Sulaeman dan Asmah susah payah melunasi biaya keberangkatan haji. Apalagi, ongkos ke Tanah Suci tahun ini naik menjadi Rp 49,8 juta.
Perjuangannya memang tak instan. Kondisi ekonomi Sulaeman dan Asmah bukan termasuk keluarga berada. Sehari-harinya, pasutri tersebut menggantungkan hidup dari membuat batu bata di kampungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikJabar, Sulaeman mengisahkan kerja kerasnya demi bisa pergi haji. Tahun 2011, menjadi kali pertama dia mendaftar porsi haji lewat dana talangan. Waktu itu Sulaeman harus mengumpulkan uang sekitar Rp 17 juta.
Angka tersebut terbilang besar baginya. Sebab, pendapatan yang diperoleh dari membuat batu bata hanya sebesar Rp 5 juta. Itu pun bukan penghasilan per bulan.
Jika sedang apes, keuntungannya pun bakal menyusut, khususnya saat musim hujan tiba. Produksi batu bata di tempatnya menjadi terhambat.
"Kalau normal bisa produksi 30 ribu batu bata untuk sekali pembakaran. Per bata dijual Rp 600. Itu harus dibagi lagi dengan pekerja lain seperti sopir, tukang dan lainnya," kata Sulaeman, Jumat (26/5/2023).
Membuat batu bata, kata dia, sudah menjadi profesi utamanya. Sejak 1960-an, dia sudah memeras keringat lewat tanah liat yang dibentuknya menjadi batu bata. Berkat hal tersebut, Sulaeman mampu menafkahi istri dan 9 anaknya.
Di samping itu, sebagian rezekinya juga bisa dipakai untuk melunasi biaya haji. Total dia membayar 10 kali angsuran sejak 2011 silam.
"Daftar tahun 2011. Saat itu didorong saudara yang bekerja di bank untuk daftar haji. Jadi pembuat batu bata itu berat, cukup buat menafkahi istri sama anak," ujarnya.
Semua rintangan tersebut sudah dilewati. Meski berat, Sulaeman dan istri bisa bernapas lega. Tinggal selangkah lagi keduanya dapat menunaikan ibadah haji.
Keduanya terdaftar sebagai calon jamaah haji kloter ketiga dari Kabupaten Kuningan, yang dijadwalkan bakal berangkat pada akhir bulan Mei tahun ini.
Sempat Tertunda
Dari pendapatan yang terbilang minim, keduanya berjuang agar bisa membayar ongkos haji. Bahkan, Sulaeman nekat menjual mobil agar dapat melunasinya.
Sulaeman bersikeras agar angsuran biaya hajinya lunas. Dengan begitu, dia bisa lebih fokus mempersiapkan diri menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci.
"Supaya utangnya lunas. Jadi saya jual mobil," ungkap Sulaeman.
Dahulu, Asmah dan suaminya dijadwalkan berangkat pada 2020 dan 2021. Tapi karena sedang pandemi COVID-19, mereka harus mengubur mimpinya. Hal tersebut kembali terulang di 2022. Terhalang usia, keduanya pun batal pergi haji.
"Sempat tertunda corona tahun 2020 dan 2021. Tahun 2022 juga batal berangkat karena usia. Sekarang saya bersyukur bisa berangkat tahun ini," tuturnya.
Batin Asmah sempat terpukul karena batal ke Tanah Suci. Untuk menghilangkan kegelisahannya, dia sering berdoa. Tak jarang dia meneteskan air mata saat melakukannya.
![]() |
Memang, berangkat haji adalah cita-cita terbesar bagi sebagian umat muslim. Tak terkecuali Asmah. Berkat kerja keras dan doanya, dia bersama suami mendapat kado manis. Keinginan pergi haji tahun ini terkabul. Kini, pasutri tersebut tengah mempersiapkan keberangkatannya.
"Pas gagal berangkat, saya berdoanya sambil nangis supaya bisa naik haji," ujar Asmah.
Sulaeman dan Asmah berharap bisa melaksanakan ibadah haji dengan lancar. Begitu pula sebaliknya, mereka ingin pulang dengan selamat saat kembali dari Tanah Suci sekaligus menjadi haji yang mabrur.
"Semoga kita bisa menunaikan ibadah haji yang lancar dan tidak ada halangan. Jadi pulang bisa menjadi haji mabrur," tutup Asmah.