Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) masih terus meneliti temuan beberapa helai bulu yang diduga milik harimau Jawa. Temuan harimau Jawa itu sempat ramai di Kabupaten Sukabumi pada awal 2022 lalu.
Anang Setiawan Achmadi, Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan soal temuan helai bulu tersebut benar milik harimau Jawa atau bukan.
"Hasil kordinasi kita dengan BKSDA bahwa beberapa sampel dari lokasi memang masih dalam proses penelitian saat ini, jadi belum bisa mengatakan apakah betul itu harimau Jawa atau bukan," kata Anang saat dihubungi detikJabar, Selasa (23/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Anang mengungkapkan, pihaknya telah mendapat hasil sementara terkait penelitian tersebut. Tapi kata dia, hasil sementara itu masih harus dipublish dulu melalui jurnal internasional sebagaimana prosedur penelitian ilmiah pada umumnya.
Selain itu, tim peneliti juga masih memerlukan sampel tambahan dari spesies harimau lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengkonfirmasi helai bulu yang ditemukan warga di Sukabumi yang disebut milik harimau Jawa.
"Tetapi kemudian sampai saat ini untuk hasil sementara sudah ada, hanya saja memang kita harus melakukan langkah berikutnya publish dulu di jurnal internasional. Jadi kalau itu sudah direview baru kita bisa pastikan apakah betul bahwa itu harimau (Jawa) atau bukan," ungkapnya.
"Hasil sementara masih kita tunggu artinya karena kan nanti akan ada banyak pertanyaan dari reviewer ya, jadi kita belum bisa pastikan karena kita harus mendapatkan sampel tambahan dari spesies lain untuk mengkonfirmasi ya," lanjutnya menerangkan.
Anang juga menuturkan, sampel berupa helai bulu sebetulnya merupakan sampel yang akurat untuk melakukan penelitian secara genetik terkait dugaan masih hidupnya harimau Jawa yang telah dinyatakan punah. Dia menegaskan, penelitian harus dilakukan secara hati-hati dan teliti.
"Jadi kalau pun hasilnya seperti apa nanti, itulah bagaimana prosedur kita dalam melakukan suatu penelitian. Ini adalah jenis yang sudah dikatakan punah jadi kami harus memegang prinsip kehati-hatian," ujarnya.
Masih kata Anang, sejak pertama kali dilaporkan soal temuan helai bulu diduga harimau Jawa di Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, kamera pengawas dipasang di beberapa titik. Tujuannya untuk mencari bukti visual terkait kemunculan hewan karnivora itu.
"Jadi setelah ada laporan itu memang ada beberapa kamera trap yang dipasang, karena data untuk mendukung pembuktian bukan hanya dari genetik saja, tapi jika ada bukti secara foto bisa lebih bagus lagi," tuturnya.
Anang memastikan, BRIN bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan BKSDA akan terus mengawal penelitian terkait harimau Jawa apapun hasilnya nanti.
"Jadi intinya kita masih berproses secara ilmiah dan harus dibuktikan secara ilmiah, hasilnya seperti apa itu nanti akan disampaikan ke publik dan kita kordinasi dengan KLHK bahwa apapun hasilnya akan bersama-sama mengawal ini," tutup Anang.
(bba/mso)