Pasangan suami-istri (pasutri) asal Kelurahan Cijoho, Kabupaten Kuningan, Nana Nasrudin (62) dan Ayat Royati (60) memilih menunda pergi ke Tanah Suci tahun ini. Keduanya tak sanggup bila harus melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BIPIH) 2023.
Kondisi finansial yang sedang turun, memaksa pasutri tersebut mengurungkan niat menunaikan ibadah haji. Apalagi, ongkos pergi ke Tanah Suci sebesar Rp49,8 juta dinilai memberatkan.
Saat ditemui detikJabar di kediamannya, Ayat menjelaskan bahwa dirinya dan Nana mendapat kesempatan sebagai calon jemaah haji (calhaj) cadangan yang bisa berangkat tahun ini. Karena terkendala biaya, keduanya memilih menunda keberangkatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, Ayat dan suaminya dijadwalkan untuk berangkat pada 2021. Karena terhalang pandemi COVID-19, jadwal kepergiannya pun diundur pada 2022. Tetapi hal serupa terjadi kembali di tahun tersebut. Sehingga skedul naik haji mereka berubah menjadi tahun 2024.
"Harusnya berangkat tahun 2021, tapi terkendala COVID-19 jadi tertunda, nunggu lagi jadinya berangkat 2024, terus ada panggilan lagi 2023 harus berangkat. Tapi keuangan belum siap, jadi nggak berangkat nanti aja," kata Ayat, Kamis (18/5/2023).
Pada 2012, Ayat dan Nana mulai menabung untuk mendaftar porsi haji. Uang hasil berjualan sayur mereka sisihkan agar bisa melunasinya. Hingga akhirnya, di 2016 cicilan tersebut bisa diselesaikan dengan nominal Rp25 juta.
Keputusan menunda pergi haji karena ongkosnya naik, lanjut Ayat, telah menjadi keputusan bersama. Ia dan suaminya tak mau jika berangkat ke Tanah Suci tanpa persiapan yang matang.
"Harus keluarin biaya Rp28 juta per orang tambahan ongkos haji. Kalau berdua jadinya Rp56 juta. Biaya yang naik ini sangat memberatkan. Tapi haji tahun 2020 nggak naik. Jadi hajinya 2024, mudah-mudahan panjang umur bisa kesampaian," ujar Ayat.
Hal senada disampaikan Nana. Dia mengaku cukup terbebani bila harus melunasi biaya haji yang sudah naik.
Alih-alih membayar biaya tambahan, sambungannya, untuk mencukupi keperluan sehari-hari saja terasa sulit. Oleh karena itu keputusan menunda pergi haji tahun ini dinilai sangat tepat. Mengingat barang dagangannya di pasar sedang sepi pembeli.
Menunaikan ibadah haji merupakan mimpi terbesar Nana dan sang istri. Sejak 2012, dia rutin menyisihkan sebagian rezekinya agar bisa menginjakan kaki ke Mekkah.
"Waktu itu pas lagi dagang ada yang nawarin arisan buat talangan haji. Cicilannya Rp50 ribu per hari terus selesai tahun 2016. setelah itu mau berangkat haji 2021, pas mau berangkat ada corona. Eh diundur lagi ke 2022, trus diundur lagi 2024," tutur Nana.
Saat mendengar kabar dirinya bisa berangkat tahun ini, perasaan campur aduk dirasakan Nana. Di satu sisi dia senang, tapi di sisi lain Nana bingung harus melunasi biaya tambahan. Hal tersebut pun diperparah karena rentang waktu yang diberikan untuk melunasi hanya 15 hari.
"Pas lagi nunggu ada berita lagi, ada jemaah haji cadangan buat tahun ini, tapi kaget sama senang belum ada persiapan apa-apa. Ternyata saya langsung ke KBIH dan betul. Tapi harus melunasi kurangnya dulu," ujar Nana.
Kini yang bisa dilakukan Nana dan Ayat adalah menunggu sembari melunasi sisa biaya pergi haji. Dia berharap, tahun depan keduanya bisa segera melakukan persiapan untuk menunaikan rukun Islam kelima itu.
"Harapannya tahun depan tidak ada halangan. Saya sudah menanti-nanti biar bisa berangkat haji," pungkasnya.
(dir/dir)