Kedatangan para gurandil sebutan bagi penambang emas liar, di area lahan milik Perhutani Sukabumi menyisakan lubang-lubang berongga, mirip sarang semut.
Bagian mulut lubang memiliki diameter 60 sentimeter sampai 1 meter, di bagian dasar lubang itu memiliki jaringan lain bahkan antar lubang saling bertautan. Kedalaman lubang sendiri paling dalam mencapai 5 meter.
"Mirip sarang semut, di bawahnya berongga lagi," kata salah seorang personel Polres Sukabumi saat menggerebek lokasi tersebut pada Rabu (17/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamatan detikJabar, bagian dinding lubang terlihat gembur. Terdapat retakan memanjang hingga ke dasar, lubang semacam inilah yang mengancam keselamatan para gurandil. Untuk aktivitas keluar beban (bahan emas) menggunakan alat kerekan yang disebut kolekan.
"Ditarik pakai kolekan, yang ditautkan ke tambang. Lalu ditarik ke atas oleh para penambang yang menunggu di permukaan lubang. Hasilnya berupa beban, bahan berupa tanah atau material batu untuk kemudian diolah," kata Nn, salah seorang gurandil.
Perjuangan para gurandil tidak hanya itu saja. Mereka juga bergantian dengan penambang lain ketika lubang itu memiliki potensi emas besar. Usai mendapat beberapa karung, beban itu mereka bawa ke sejumlah tempat pengolahan.
"Sistem olahnya ada yang pakai rendeman, ada juga gelundung. Batu-batu yang ada emasnya ditumbuk dulu, setelah itu baru diolah. Ada yang satu malam sampai dua malam," ungkap Nn.
"Beban-beban dalam karung itu mereka bawa dengan cara dipanggul, tahu sendiri trek atau lintasan hingga ke jalan raya itu bisa sampai 3 kilometer. Belum lagi di jalan ada jatah preman, suka ada yang minta satu karung beban. Mau gimana lagi, namanya ilegal ya harus saling mengerti," pungkas Nn.
(sya/mso)