Respons Plh Walkot Bandung soal Kritik Pembakaran Sampah dari Walhi Jabar

Respons Plh Walkot Bandung soal Kritik Pembakaran Sampah dari Walhi Jabar

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 16 Mei 2023 23:00 WIB
Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna.
Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar).
Bandung -

Pembakaran sampah jadi salah satu metode yang dipilih pemerintah Jawa Barat dan Kota Bandung untuk membantu mengurai masalah sampah.

Namun, metode ini ditentang oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jabar. Disampaikan oleh Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Jabar Wahyudin Iwang bahwa proses pembakaran tersebut tidak bisa zero waste atau masih meninggalkan residu yang bisa menambah pencemaran lingkungan.

Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna memberikan tanggapannya. Ia menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada dampak negatif soal pembakaran sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ema sempat menyebut proses pembakaran sampah 'best practice'-nya ada di Pasar Ciwastra. Hal ini karena sudah ada sertifikasi bahwa pembakaran tersebut tidak menimbulkan dampak buruk bagi warga sekitar dan lingkungannya.

"Kalau PLTSa itu kan ada tanggung jawabnya sendiri secara teorinya, kalau Ciwastra itu kan sudah sertifikasi. Sudah dipertanggung jawabkan oleh lembaga institusi kementerian. Jadi secara teori sudah clear, tidak ada persoalan. Dan sampai saat ini Alhamdulillah kita tidak mendengar ada permasalahan," kata Ema ditemui detikJabar usai monitoring sampah, Selasa (16/5/2023).

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan, sampai saat ini Pemkot butuh langkah cepat untuk menanggulangi sampah yang terus menggunung setiap harinya. Update terkini dari pantauannya, jika biasanya sampah yang diangkut sebanyak 220 ritase, saat ini baru bisa terangkut 168 ritase perhari.

"Jadi kita hargai lah teori, teknologi, apapun juga, kalau semangatnya saling menyalahkan ya udah. Ya sok atuh beri solusi, ingat sampah itu terproduksi setiap hari yang tidak bisa ditahan. Beri juga kami solusinya," ujar Ema.

Soal solusi zero waste dari Walhi Jabar, ia menilai bahwa gerakan ini tak bisa diaplikasikan dengan instan. Sebab mindset masyarakat yang masih tertutup perlu sosialisasi terus-menerus.

"Zero waste itu perlu waktu. Mengubah paradigma masyarakat itu perlu waktu. Punten ya sekarang mungkin anggota Walhi sudah terapkan itu, tapi pada saat kita masifkan pada seluruh kepala keluarga itu tidak mudah dan ini yang sedang terus kita gelindingkan," ujarnya.

"Rata-rata memerlukan waktu tahunan, sedangkan sampah satu hari pun tidak bisa kita tahan. Kalau kita menunggu semua mindset berubah kemudian sampah menggunung terus kita harus bagaimanakan? Kita berbicara logis dan realistis saja," lanjut Ema.

Terkait komitmen Pemkot Bandung untuk terus menggalakkan Kang Pisman agar bisa bergerak menuju zero waste, Ema berjanji bakal mengumpulkan Sub Wilayah Kota (SWK) untuk dilakukan sosialisasi dan pendampingan.

"Camat dan Kelurahan harus punya cara optimal agar masyarakatnya bisa menyelesaikan sampah. Memang mengubah mindset perlu waktu, tapi harus tetap intens mengkomunikasikan. 150 kawasan bebas sampah tapi kan kita ada 1.568 SWK, jadi 90% perlu waktu melakukan itu," ucapnya.

"Minggu ini, setelah minggu kemarin kita ada di Gedebage, minggu depan tanggal 21 saya akan bertemu dengan RW di wilayah Ubermanik (Ujung Berung-Arcamanik) untuk kita jelaskan bagaimana pola penanganan sampah yang selesai di rumah tangga atau di lingkungan," tambah Ema.

(aau/mso)


Hide Ads