6 Fakta 'Jatah' Rp 500 untuk Abah Jajang dari Tiket Rumah 'Surga'

Round-Up

6 Fakta 'Jatah' Rp 500 untuk Abah Jajang dari Tiket Rumah 'Surga'

Tim detikJabar - detikJabar
Senin, 15 Mei 2023 15:22 WIB
Unggahan warganet soal tarif masuk ke rumah abah Jajang
Unggahan warganet soal tarif masuk ke rumah abah Jajang. (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Rumah 'surga' Abah Jajang di Kabupaten Cianjur berhasil membetot minat wisatawan untuk datang. Kini masyarakat dikenakan tarif jika ingin berwisata ke tempat yang berada di Kampung Rawa Dewa, Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda tersebut. Namun mirisnya, ternyata Abah Jajang (73) sebagai pemilik hanya mendapat jatah 10% dari total harga tiket Rp 5 ribu, atau setara Rp 500. Simak fakta-fakta yang dirangkum tim detikJabar.

1. Rumah Dibangun untuk Menikmati Masa Tua

Abah Jajang (73) hidup tenang di Kampung Rawa Dewa, Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur. Rumahnya punya pemandangan indah yang memanjakan mata.

Rumah panggung Abah Jajang begitu tenang dan damai dengan pemandangan Curug Citambur. Hal ini membuat rumah Abah Jajang disebut sebagai surga kecil dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak 1995, Abah Jajang menempati rumah panggung tersebut. Dia membangun sendiri rumah itu dengan menggunakan kayu. Abah Jajang mengaku sengaja membuat rumah dengan menghadap langsung Curug Citambur.

Alasannya, agar di masa tuanya, Abah Jajang bisa duduk bersantai di depan rumah sembari melihat keindahan curug setinggi 130 meter itu.

ADVERTISEMENT

"Sengaja Abah bikin ke arah curug biar bisa menikmati setiap hari curug. Termasuk anak dan cucu abah juga biar bisa menikmati hal yang sama. Ditambah lagi amanah dari ibunya Abah, jangan diubah atau dipindahkan arahnya rumah," kata Abah Jajang, Sabtu (1/4/2023).

"Makanya dari awal dibangun sampai sekarang, dari yang semula banyak pohon yang menghalangi hingga sekarang pemandangannya terbuka jelas, rumah ini tetap sama," sambung Abah Jajang.

Tak hanya pemandangan langsung ke curug, rumah yang berjarak 200 meter dari Curug Citambur itu juga memiliki pemandangan alam perbukitan dan alam yang hijau yang memanjakan mata.

2. Sempat Ditawar dengan Harga Fantastis

Karena keindahannya itu, rumah Abah Jajang viral di media sosial. Bahkan investor sampai-sampai berminat untuk membeli rumah Abah Jajang tersebut. Rumah itu kabarnya ditawar seharga Rp 2,5 miliar.

Padahal normalnya harga rumah Abah Jajang di atas tanah seluas 800 meter persegi dengan bangunan 6x9 meter ini hanya seharga Rp 1 miliar. Namun Abah Jajang menolak tawaran dari pengusaha kaya asal Jakarta tersebut.

"Awalnya ada yang tawar Rp 1 miliar, kemudian naik lagi, sampai terakhir ada yang tawar Rp 2,5 Miliar. Tapi Abah tidak mau. Berapapun Abah tidak akan jual rumah ini," kata dia.

Abah Jajang mengaku ngotot tidak ingin menjual rumah itu lantaran dia ingin mewariskan rumah itu ke anak dan cucunya. "Saya ingin anak dan cucu saya tetap bisa menikmati pemandangan indah ini seterusnya," kata dia.

3. Pengunjung Berdatangan hingga Mulai Bertarif

Rumah 'surga' Abah Jajang juga menarik wisatawan untuk datang. Bukan hanya dari Cianjur dan sekitarnya, wisatawan asing juga datang ke rumah Abah Jajang. Sejak Januari 2023, rumah Abah Jajang banyak kedatangan wisatawan yang sampai menginap di halaman.

"Setelah viral, jadi semakin banyak yang datang. Mulai dari yang orang asli Cianjur, dari luar kota, sampai ada juga yang dari Australia datang ke rumah abah," ujar Abah Jajang, Senin (3/4/2023).

Rumah Abah Jajang juga dikunjungi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Momen ini dibagikan Ridwan Kamil melalui akun Instagram resminya, Sabtu (8/4/2023). Pria yang akrab disapa Kang Emil ini mengatakan mendatangi rumah Abah Jajang untuk memenuhi undangan. Perjalanan pun ditempuh 3 jam dari Bandung mengenakan motor.

Namun viralnya rumah Abah Jajang membuat ribuan wisatawan yang datang berkunjung malah merusak halaman hijau rumah 'surga' ini. Rerumputan hijau berubah menjadi hamparan tanah dan lumpur.

Kerusakan itu disebabkan banyaknya wisatawan yang datang menginjak rumput tersebut untuk mengambil foto. Lokasi ini jadi spot foto paling cantik di rumah Abah Jajang.

Setelah rusak, halaman rumah 'surga' Abah Jajang akhirnya diperbaiki dan ditanami rumput lagi. Endang menuturkan jika rumput ditanami di seluruh halaman hingga di bagian samping dan belakang dengan jenis gajah mini.

Ketenaran rumah Abah Jajang membuatnya jadi tempat wisata dadakan. Mulai awal libu lebaran, wisatawan bisa mengunjungi dengan tarif Rp 5000.

4. Tuai Kontroversi

Seorang pengendara curhat di media sosial, dia mengaku diminta uang tiket saat melalui jalan desa yang melintasi rumah 'surga' Abah Jajang. Padahal, pengendara tersebut tidak berniat untuk wisata ke rumah 'surga', namun dia tetap diminta membayar tiket tersebut.

Curhatan itu diunggah di media sosial Facebook oleh akun Om Brewok dalam grup Urang Pasirkuda. Disebutkan jika Om Brewok awalnya sedang memancing dan makan-makan bersama temannya dari Bandung ke Cianjur.

Saat pulang, dia melalui jalan desa Kerangjaya yang kebetulan melintasi rumah Abah Jajang. Ketika masuk gapura desa tepatnya di dekat sekolahan, rombongan Om Brewok tiba-tiba dicegat oleh beberapa pemuda dan diminta membayar tiket.

Meski merasa keberatan namun rombongan akhirnya membayar tiket untuk 10 orang hanya untuk melintasi rumah 'surga' Abah Jajang.

Om Brewok dan rombongan pun kecewa. Sebab meski hanya membayar Rp 5 ribu untuk satu orang, dirinya lebih memilih membayar Rp 10-15 ribu untuk masuk ke Curug Citambur ketimbang hanya melintasi rumah 'surga'.

Saat dikonfirmasi, Camat Pasirkuda Irvan, mengatakan pihaknya sudah menelusuri postingan viral terkait keluhan pengendara yang ditagih tiket padahal sekadar melintas.

"Sudah diminta penjelasannya. Mungkin karena itu jalan kecil dan jalan desa, sehingga dianggapnya akan wisata. Sudah dibina petugasnya, karena itu jalan umum," ucap dia.

5. Abah Jajang Hanya Mendapat Rp 500

Sekretaris Desa Karangjaya Sutisna mengungkapkan jika sejak libur lebaran Idul Fitri kemarin, tiket masuk memang diberlakukan untuk menuju rumah 'surga' Abah Jajang. Itu karena rumah Abah Jajang sudah jadi objek wisata baru yang dikelola oleh desa dengan dibantu karang taruna.

"Iya diberlakukan tiket sejak awal libur Lebaran. Dasarnya Perdes nomor 1 tahun 2023 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2023. Di sana diatur juga terkait pendapatan desa. Besaran tiketnya Rp 5.000 per orang," kata dia saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.

Menurutnya pendapatan dari tiket dibagi lima, yakni untuk pengelola, Abah Jajang, pendapatan desa, Karangtaruna Desa, serta kebersihan kesehatan dan pemeliharaan.

"Untuk Abah Jajang 10 persen dari penghasilan tiket. Selebihnya dibagi empat untuk desa hingga pengelola," ujar dia.

Namun Sutisna menyebut jika pengendara yang dikenakan tiket adalah salah paham. Sebab hanya wisatawan yang berkunjung ke rumah Abah Jajang saja yang dikenakan tiket masuk. Petugas tiket juga telah dibina oleh dinas terkait.

"Memang tiketnya itu diberlakukan di dua akses masuk jalan desa. Tapi hanya untuk yang berwisata, bukan yang melintas. Kalau yang pengendara dikenakan tiket itu karena salah paham dari petugas tiket," kata dia.

"Sudah dibina petugas tiketnya. Jadi ditanya dulu yang lewat, kalau hanya melintas dipersilakan dan yang berwisata ke rumah Abah Jajang baru dikenakan tiket," ucap dia.

6. Abah Jajang Legowo dengan Jatah Minim

Sementara itu, Endang Supyandi, anak Abah Jajang, mengatakan pemberlakuan tiket tersebut sudah dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan pihak keluarga. Menurutnya, Abah Jajang dan keluarga tidak keberatan, mengingat banyaknya pengunjung membuat harus dikelola agar tidak berdampak pada lingkungan sekitar.

"Kalau dari keluarga ya silakan saja kalau memang ada dari desa dan pengelola. Karena kan sehari itu bisa ribuan, kalau tidak ditata dan dikelola khawatir jadi berdampak bagi tetangga dan lingkungan," kata dia, Selasa (9/5/2023).

Terkait pembagian hasil penjualan tiket, Endang mengaku tidak keberadaan keluarga hanya mendapat pembagian sebesar 10 persen.

"Soal pembangunan juga sudah dimusyawarahkan. Dari pihak desa yang menyerahkan ajuan pembagiannya. Kami tidak keberatan, karena kan yang 90 persen itu dibagi-bagi. Terlebih pengelola kan banyak," ucap dia.

(aau/iqk)


Hide Ads