Seorang penambang emas ilegal alias gurandil dikabarkan tewas di area lahan milik Perhutani di Sukabumi pada Jumat (12/5/2023) malam. Hingga saat ini belum diketahui nasib pemilik lubang galian emas tersebut.
Aparat setempat sudah melakukan penertiban, bahkan pihak Perhutani selaku pemilik lahan sudah memasang papan peringatan sehari sebelum peristiwa itu terjadi atau pada Kamis (11/5/2023). Dari sejumlah video yang diterima detikJabar, aktivitas di lahan galian emas ilegal itu mirip pasar.
Lantas, apakah Perhutani dirugikan dengan aktivitas itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Humas Perhutani Yadi Siswandi membenarkan pihaknya mengalami kerugian akibat aktivitas perambahan itu. Sebab terdapat banyak tanaman yang sudah masuk ke dalam inventaris perusahaan terancam rusak.
"Seperti tegakan, contoh di situ kelas perusahaannya (tanaman) pinus, itu dari 0 tanam sampai berdiri siap panen berapa puluh tahun. Siap disadap, getahnya kita dicatat, diinventaris dari 0 tanam sampai ya diurus lah. Setiap inventaris itu ada catatannya dan harus ada," ungkap Yadi, Minggu (14/5/2023).
Sebelumnya kepada detikJabar, Yadi juga mengungkap pihaknya sudah melakukan antisipasi perambahan kawasan dengan menerjunkan tim patroli. Bahkan memasang pasang peringatan sampai kemudian para gurandil tetap nekat masuk dan melakukan aktivitas tambang ilegal.
"Jangan menyalahkan petugas tok, semua punya job, punya tanggung jawab. Contoh saya di lapangan sebagai mandor, keamaanan itu bertanggung jawab dan ada laporannya dan dia punya pegangan buku saku, jurnalnya jelas, ada gerakan dilaporkan begitu," tuturnya.
"Sekarang ada permasalahan lapor ke pimpinan turun tim, sebenarnya kita sudah maksimal baik itu sodialisasi itu tadi, kita sudah melakukan peringatan sudah sering. Itu bahayanya melakukan tanpa izin yang punya masuk tiba-tiba meningal itu diluar pantauan kita," sambungnya.
Sementara itu, N salah seorang warga menyebut aktivitas tambang di kawasan Blok Cibuluh, Kecamatan Ciemas sangat mengkhawatirkan. Sebelum akhirnya petugas datang dan melakukan penertiban.
"Sudah berjalan, kategorinya masih baru, belum dibawah organisasi semacam APRI atau lainnya. Jadi siapa saja yang bisa menambang semuanya mengisi kawasan, bahkan saling berdekatan. Siang dan malam mirip pasar," kata N sambil mewanti-wanti identitasnya dirahasiakan.
Menurut N, peristiwa penambang tewas terjadi pada Jumat (12/5) malam. Korban tertimbun lubang galian, usai peristiwa iu terjadi seluruh aktivitas penambangan berhenti. "Yang tersisa ya lahan yang rusak, sisa-sisa lubang galian masih bertebaran," imbuhnya.
Dilihat dari dokumen foto dan video yang diberikan N, terlihat aktivitas sebelum dan sesudah kawasan milik Perhutani itu dijadikan lahan tambang. Terlihat banyak tenda-tenda lubang bertebaran serta banyaknya warga yang menambang.
(sya/orb)