Rumah milik seorang dokter di Kampung Pasirwaru, Desa Karanganyar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jabar, membetot perhatian publik. Rumah yang megah, namun penuh limbah. Rumah megah berlimbah itu milik dokter Wayan.
Kondisi rumah dokter Wayan sempat heboh di jagat maya. Rabu (3/5/2023), tim detikJabar sempat mengunjungi kediaman dokter Wayan. Si dokter tinggal sebatang kara. Sempat berumah tangga, namun telah bercerai. Wayan telah menikah sebanyak dua kali, keduanya cerai.
Sampah dan limbah medis berserakan di rumah dokter Wayan. Kondisinya tentu menjijikan. Tim dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat pun bergerak membersihkan limbah di rumah dokter Wayan. Proses pembersihan dilakukan berdasarkan prosedur karena di rumah dokter Wayan terdapat alat kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sepakati karena tidak melihat lokasi tidak memungkinkan untuk masuk semua, jadi proses pertama adalah tim Damkar dan BPBD masuk terlebih dahulu, melakukan penyemprotan sterilisasi, untuk mengantisipasi dikhawatirkan ada virus," ujar Sekretaris Pelaksana BPBD Kabupaten Karawang Dadang saat ditemui detikJabar di rumah dokter Wayan.
Awalnya, petugas mengevakuasi limbah dan alat kesehatan milik dokter Wayan. Setelah itu, petugs PLN juga dikerahkan. "Ini kita lihat, kalau seperti ini berarti harus kerja bareng kita. Makanya saya berupaya menghubungi PLN karena di sana masih ada jaringan listrik, menghubungi Dinas Kesehatan, serta Dinas Lingkungan Hidup," katanya.
![]() |
Senada disampaikan petugas Dinas Kesehatan Dei Feri. Proses pembersihan dilakukan bersama tim gabungan. "Tadi sudah kita bersihkan, korlapnya kan dari BPBD. Tugas kita itu hanya mengevakuasi obat-obatan dan alat medis sementara untuk dibawa ke tempat khusus," ujar Dedi saat ditemui di kediaman dokter Wayan, Kamis (4/5/2023).
Proses pembersihan dilakukan sejak Rabu (3/5/2023). "Sebenarnya sudah dari kemarin ya, tapi untuk bagian dalam termasuk obat-obatan di ruang praktek termasuk alat kesehatan, itu baru hari ini karena harus sesuai SOP," kata Dedi.
Asa Kembali Praktik
Meski kondisi rumah demikian, dokter Wayan disebut masih menerima pasien dan melakukan praktik. Sebenarnya, menurut kerabat dokter Wayan, yakni Kade, si dokter sudah tidak lagi membuka jasa praktiknya.
"Sulit mengatakan kalau beliau ini orang biasa, pasien sendiri yang datang dan pada cerita kok. Setelah berobat kalau obat untuk tiga hari, dua hari sudah sembuh," ucap Kade.
Kade menceritakan banyak warga yang menggantungkan urusan kesehatannya ke dokter Wayan. Selama praktik, dokter Wayan tak pernah mematok harga ke pasiennya. Kade berharap masyarakat bisa melihat kondisi sesungguhnya bahwa kehidupan dokter yang identik dengan kemewahan pun tak sepenuhnya benar.
"Warga butuh beliau karena istilahnya paket hemat lah (murah), memang beliau hanya ingin membantu warga. Dokter Wayan tidak pernah merawat pasien (rawat inap), untuk sekarang beliau dibawa keluarganya ke Bekasi, besok pagi diterbangkan ke Bali (kampung halamannya)," katanya.
"Dokter Wayan orang baik, beliau tipenya sangat sederhana sekali, tidak seperti penilaian orang yang identik dengan kemewahan, hanya memang orangnya pemalu, bukan tidak mau bergaul tapi beliau memang lebih suka di rumah. Kita berdoa saja rumahnya kita bersihkan mungkin nanti beliau bisa kembali ke sini," ujar Kade menambahkan.
Senada disampaikan Kepala Desa Karanganyar Udin Nurdin. Ia berharap dokter Wayan bisa kembali praktik dan menolong warganya. "Hari ini saya cukup kaget juga ya, karena kami selaku pemerintahan di Desa, tidak tahu sama sekali keadaan di dalam seperti apa. Karena tertutup akses, belum ketemu, saya sendiri setelah 2 tahun menjabat kepala desa belum pernah ketemu sama yang namanya dokter Wayan," ujar Udin.
Sebelum dibersihkan petugas gabungan, Udin mengaku pernah memerintahkan Karang Taruna untuk membersihkan rumah dokter Wayan pada 2020.
Udin berharap, dokter Wayan bisa kembali, namun dengan kondisi yang berbeda, karena profesi dan keahliannya sangat dibutuhkan bagi warga sekitar. "Karena beliau dokter, apa lagi sekarang sudah ada perhatian dari pemerintah, ya mudah-mudahan harapan kami itu bisa sesuai SOP, bersih jadi bisa melayani lagi pasien seperti biasa. Karena ini dekat dengan kantor desa kalau ada apa-apa bisa langsung ke beliau," tutur Udin.
Tertutup
Sosok dokter Wayan yang cenderung tertutup tapi dermawan juga diceritakan Amin, seorang aparat desa setempat. Ia menganggap dokter Wayan cenderung tertutup, namun tetap rendah hati dan suka menolong.
"Saya memang kurang tahu banyak, tapi setidaknya tahu sifat beliau itu cenderung lebih suka sendiri. Itu sebabnya saya juga tak terlalu berani mendekati kecuali sedang butuh ada warga yang perlu berobat," ucap Amin.
"Cuma itu saja yang saya tahu, sebab memang orangnya tertutup dan selalu menyendiri. Kadang juga sulit ditawari bantuan," ujarnya.
Sama halnya dengan yang dirasakan Warsih (58). Ia bahkan sempat menjadi menjadi pasien dokter Wayan belum lama ini. Ia lalu mengungkap memilih berobat ke dokter Wayan sebab biaya dan lokasinya terjangkau.
"Sehari sebelum lebaran, saya sempat mengeluh sakit. Akhirnya datanglah ke dokter Wayan pas malam takbiran itu, beliau ada dan masih melayani saya," ucap Warsih.
![]() |
Selama ini Warsih setia berobat ke dokter Wayan karena dirasa cocok. Selain itu, harga serta jaraknya terjangkau. Ia mengaku tak pernah diminta bayaran oleh dokter Wayan selama berobat. Menurut dia, dokter Wayan selalu tak memberi jawaban ketika ditanya harga obat usai melayani pasien.
"Sering ke sini, banyak warga juga milih dokter Wayan, karena rata-rata berobat ke sini cocok. Cepat sembuh gitu, jaraknya dekat terjangkau, biaya juga ringan," ucap Warsih.
"Kalau ke sini, orang pas-pasan kaya saya emang senang, bisa dibantu sembuh. Kalau nanyain biaya nggak pernah jawab, saya itu ngasih seadanya saja. Kadang lagi ada Rp 50 ribu ya Rp 50 ribu, dokter Wayan nerima saja berapa dikasihnya, tapi tetap dilayani dengan baik dan porsi obat juga sesuai," kata dia.
Senada disampaikan kerabat dokter Wayan, Kade. Ia menjelaskan dokter Wayan cenderung tidak suka merepotkan orang. Bahkan Kade sendiri yang sangat memahami dokter Wayan, malah kaget ketika mengetahui kondisi bagian dalam rumahnya sudah kotor dan berantakan serta banyak sampah berserakan.
"Hidup sebatang kara sudah puluhan tahun, lebih tepatnya 10 tahun kurang lebih. Keluarganya juga ada di Bekasi, di Bali masih ada, tapi mungkin keluarganya ini juga tidak terlalu mengerti banyak tentang kondisi beliau yang sesungguhnya," tutur Kade.
"Saya tahu banget kondisi dokter Wayan itu, dia mau susah, mau sulit, mau apa, dia lebih memilih menikmati yang ada, yang penting nggak ngerepotin orang. Bahkan saya sendiri kalau ngasih bantuan itu sering ditolak, tapi saya memaksa karena saya tahu beliau butuh saya," ujarnya melanjutkan.
(sud/yum)