Warga Bandung Barat Terjerumus TPPO di Myanmar, Keluarga Diminta Tebusan

Warga Bandung Barat Terjerumus TPPO di Myanmar, Keluarga Diminta Tebusan

- detikJabar
Jumat, 05 Mei 2023 21:38 WIB
Keluarga Menunjukkan Foto Theodora Mayang, Warga KBB yang Terjebak di Myanmar
Keluarga Menunjukkan Foto Theodora Mayang, Warga KBB yang Terjebak di Myanmar (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung -

Seorang warga Cihideung, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) juga menjadi korban penipuan lowongan kerja dan kini terjebak bersama WNI asal Kota Cimahi di Myawaddy, Myanmar.

Korban atas nama Theodora Mayang (37). Ia diketahui berteman dengan Noviana Indah Susanti (37), warga Kota Cimahi yang disekap oleh agen penyalur lowongan kerja ilegal. Saat ini mereka berdua bersama 18 WNI lainnya tengah menanti nasib baik bisa segera dibebaskan.

"Betul adik ipar saya jadi salah satu korban TPPO di Myanmar juga. Kebetulan kenal dengan Noviana, jadi mereka berangkat dari Indonesianya itu bareng," kata Valeria Buring, kakak ipar Theodora Mayang saat ditemui di kediamannya, Jumat (5/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Valeria mengatakan ia baru saja berkomunikasi dengan adik iparnya itu pada Jumat pagi. Beruntung kondisi kesehatan Mayang dan korban lainnya baik-baik saja.

"Kondisi fisik mereka baik, nggak ada siksaan. Mungkin karena sudah viral dan banyak diberitakan, maka perusahaan nggak berani macam-macam," ucap Valeria.

ADVERTISEMENT

"Saya tanya sehat? Mereka bilang sehat. Terus dikasih makan dan minum nggak? Iya dia bilang dikasih. Terutama itu yang dikhawatirkan, kondisi kesehatan mereka. Tinggal mungkin mental nggak sehat ya karena ingin segera pulang," tambahnya.

Valeria mengatakan adik iparnya itu nekat berangkat ke luar negeri dengan tujuan awal Thailand karena terdesak kebutuhan ekonomi. Apalagi Mayang tidak lagi bekerja sejak pandemi COVID-19 melanda.

"Jadi memang dia pergi kerja itu kan karena desakan ekonomi, mau bantu keluarga karena setelah nggak kerja. Makanya memutuskan ke sana. Nggak taunya malah jadi seperti ini," kata Valeria.

Ia mengaku agak sedikit lega setelah Presiden RI Joko Widodo mengatensi langsung kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang dialami adiknya dan belasan WNI lainnya.

"Ya bersyukur Pak Jokowi langsung kasih atensi langsung. Tapi kami juga berharap respons cepat dari pemerintah untuk segera membebaskan mereka," tutur Valeria.


Keluarga Diminta Tebusan

Pihak keluarga para korban mendapat kabar terbaru dari Myawaddy, Myanmar, tempat Noviana, Mayang, dan WNI lainnya disekap. Keluarga diminta menyiapkan uang tebusan agar para korban bisa dibebaskan.

Valeria Buring, kakak ipar Mayang mengatakan adiknya menghubungi pihak keluarga pada Jumat (5/5/2023) siang. Ia mengatakan jika perusahaan tempat adiknya bekerja meminta uang tebusan senilai Rp15 juta.

"Tadi siang, Mayang tiba-tiba telepon pakai nomor yang saya nggak kenal, tapi katanya itu salah satu nomer temannya. Jadi HP sebagian WNI yang disekap itu sudah dikembalikan. Nah mereka diminta untuk telepon keluarganya masing-masing," kata Valeria saat ditemui di kediamannya di Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

"Mayang dan yang lainnya itu diminta telepon keluarga untuk bilang perusahaan bakal melepas mereka, tapi minta uang perjalanan (tebusan) sebesar 1000 dollar atau Rp15 juta," tambahnya.

Valeria tak begitu saja mengiyakan permintaan tersebut. Sebab ia sendiri punya kekhawatiran lain di antaranya permintaan uang itu hanya akal-akalan dari perusahaan dan agen yang telah menjebak adik iparnya.

"Saya bilang, saya nggak janji bisa segitu, tapi diusahakan keluarga akan berusaha untuk mengumpulkan uang itu. Saya bilang minta waktu buat koordinasi sama keluarga lain," kata Valeria.

Ketidakpercayaan pada pelaku TPPO itu, kata Valeria, berdasarkan perubahan nominal uang yang diminta. Sebab dari Rp15 juta untuk satu orang, tiba-tiba Mayang menelepon lagi dan mengabarkan jika perusahaannya meminta uang lebih rendah.

"Kekhawatiran bahwa itu jebakan jelas ada, karena dari angka Rp15 juta itu, kemudian turun lagi ke angka Rp7,5 juta. Jadi mereka minta cepat uangnya. Dan rasanya buat orang sana (Myanmar) sepertinya uang segitu terlalu murah. Kita bertanya-tanya akhirnya," tutur Valeria.

Ia mengatakan Mayang akan menghubungi lagi pada Sabtu (6/5/2023) siang untuk menanyakan ketersediaan uang yang diminta oleh perusahaan tersebut.

"Paling telat katanya besok pagi, jadi bakal menghubungi lagi untuk tanya uangnya terkumpul atau belum," kata Valeria.

Valeria meminta agar pemerintah bisa segera menindaklanjuti perkembangan terbaru berkaitan dengan permintaan tebusan dari para pelaku TPPO agar korban bisa dibebaskan.

"Harapannya ada respons cepat atas kondisi dan permintaan ini. Khawatirnya ini tipu-tipu, kami serahkan ke Kemenlu dan pemerintah untuk ambil sikap seperti apa. Kami harap evakuasi segera dilaksanakan juga," tutur Valeria.

(Whisnu Pradana/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads