Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momen penting bagi dunia pendidikan, baik siswa maupun guru di seluruh Tanah Air.
Mengulas cerita pahlawan tanpa tanda jasa menjadi hal menarik di momen Hardiknas 2023 ini, karena banyak dari mereka yang berjasa namun belum sejahtera.
Selasa (2/5/2023) pagi Siti Umu Kulsum baru saja usai melaksanakan upacara di lapangan Kecamatan. Ia lantas bergegas menuju salah satu sekolah di perkampungan, Desa Lemahmakmur, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siti menmpuh jarak belasan kilometer setiap pagi dari rumahnya menuju SDN Lemahmakmur 1, untuk mengajar meski dengan upah tak seberapa.
"Saya sudah mengajar lebih 5 tahun ini, kalau rumah di Casdaskertajaya Telagasari, sekitar 12 kilometer lah dari sini," ucap Siti saat dihampiri detikJabar.
Tak berselang lama, terdengar riuh suara murid kelas 1 SD nampak gembira meneriaki namanya menyambut kedatangan Siti Umu Kulsum, 'bu Siti datang' ucap beberapa murid sembari menghampiri Siti usai memarkirkan skuter matic miliknya.
Perempuan berusia 28 tahun itu menjadi wali kelas dan mengajar sebagai guru kelas 1 SDN Lemahmakmur, di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, yang berjarak sekitar 37 kilometer dari pusat kota di wilayah utara Karawang.
"Tadi baru selesai upacara Hardiknas di Kecamatan, sekarang ini jadwal masuk kelas agak telat 30 menit, anak-anak biasanya menunggu di kelas karena saya membelikan mereka stok kertas origami untuk mainan sekaligus media belajar," kata dia.
Kertas origami itu menjadi pelepas penat para siswa yang berusia 6-7 tahun. Mereka bermain dengan kertas membentuk suatu karakter atau menggambar sesuatu di sela waktu belajar. Siti sengaja membelikan kertas tersebut untuk para murid sebab minimnya fasilitas sekolah.
Tak hanya fasilitas atau media belajar yang terbatas, upah Siti mengajar sebagai guru honorer juga cukup terbatas. Namun hal itu tak membatasi langkahnya untuk mengantarkan anak-anak Lemahmakmur menuju masa depan yang lebih baik.
"Saya masih honorer, lagi nyoba ngajuin P3K, tapi belum rezekinya, dengan status honorer upah saya di sini lumayan lah. Rp 500 ribu per bulan," ucap Siti.
Dengan honor terbatas itu Siti bertahan hidup, dengan mencoba mencari penghasilan lain di bidang yang diminatinya.
"Saya suka seni, hobi menari, sesekali di sela waktu libur saya juga menerima tawaran pentas menari di hajatan, seperti tari jaipong, tari lengser untuk menyambut tamu," ungkapnya.
![]() |
Jika dibandingkan honornya mengajar, honor ia pentas tentu lebih besar. Namun, mengajar tetap prioritas bagi Siti. Sebab, menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil.
"Saya mengajar dengan ikhlas, dan yakin rezeki sudah Allah atur. Maka saya bertahan sampai saat ini, dengan harapan ada kebijakan dari pemerintah yang bisa membawa nasib baik untuk para honorer seperti saya," keluh Siti.
Meski negeri ini sudah merdeka, kurikulum juga sudah merdeka, nampaknya kemerdekaan belum hadir bagi para guru honorer seperti Siti. Tak jarang, Siti merelakan sebagian penghasilannya dari menari untuk memacu daya belajar para murid.
"Saya nggak terbatas dengan fasilitas yang ada di sekolah, misal lagi belajar seni, saya juga tak segan belikan kertas karton, pensil warna dan cat air untuk belajar murid saya," ujar dia.
Bagi Siti, mengajar bukan sebagai profesi yang membuahkan penghasilan besar. Meski begitu, mengajar merupakan bakti yang membuahkan generasi penerus untuk masa depan.
"Kalau diukur dari gaji, saya rasa tiap orang mungkin tak ingin jadi guru. Gaji honorer yang jumlahnya sedikit sudah bukan rahasia lagi, menjadi guru itu saya anggap sebagai bakti saya kepada negeri," imbuhnya.
Di momen Hardiknas kali ini, Siti berharap, dunia pendidikan di Indonesia bisa lebih maju. "Saya harap pendidikan di Indonesia lebih maju, mendidik bukan hanya tugas guru saja, tapi tanggung jawab bersama," ucapnya.
Ia juga berpesan bagi rekan seperjuangannya sebagai guru honorer, agar tidak terlalu memikirkan upah. Sebab jika bekerja didasari dengan upah dan aturan baku, maka tak ada kualitas pendidikan yang baik di dalam ruang kelas.
"Untuk semua guru, khususnya teman-teman honorer. Teruslah berkreasi ciptakan inovasi baru dalam mengajar, belajar menyenangkan dengan merdeka belajar. Jangan berpatokan pada upah, karena hal itu akan menurunkan kualitas dalam mengajar," pungkasnya.
(iqk/orb)