Bolehkah Melihat Gerhana Matahari Secara Langsung? Ini Kata Pakar

Bolehkah Melihat Gerhana Matahari Secara Langsung? Ini Kata Pakar

Sudirman Wamad - detikJabar
Kamis, 20 Apr 2023 03:06 WIB
Gerhana Matahari Hibrida
Bolehkah Melihat Gerhana Matahari Secara Langsung? Ini Kata Pakar (Foto: Dok. BMKG)
Bandung -

Fenomena gerhana Matahari hibrida bakal terjadi di Indonesia pada 20 April 2023. Observatorium Bosscha ITB menyebut gerhana Matahari hibrida adalah ketika gerhana dimulai sebagai gerhana cincin, lalu berubah jadi gerhana total, dan berakhir lagi sebagai gerhana cincin.

Mengutip lama BRIN, gerhana Matahari hibrid terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana matahari total, dan ada pula yang mengalami gerhana Matahari cincin tergantung dari lokasi pengamatan. Kejadian tersebut disebabkan oleh kelengkungan Bumi.

Indonesia sendiri, sudah mengalami gerhana matahari beberapa kali yaitu pada tahun 1983 terjadi gerhana Matahari total, gerhana Matahari cincin tahun 2019, dan gerhana Matahari total tahun 2016.

Gerhana yang terjadi pada 20 April 2023 ini bakal berlangsung selama 3 jam 5 menit. Mulai dari durasi kontak awal hingga akhir, jika diamati dari Biak, dengan durasi fase tertutup total 58 detik.

Sementara itu jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun jika diamati dari Jakarta, persentase tertutupnya Matahari hanya sebesar 39 persen.

Pengajar di Astronomi ITB Premana W Premadi mengamati soal gerhana Matahari hibrida. Ia mengimbau agar jangan sekali-kali melihat secara kasat mata ke arah Matahari, ataupun fenomena yang menyertainya seperti gerhana Matahari.

"Apalagi jika menggunakan peranti optik seperti binocular atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter). Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," jelas mantan Kepala Observatorium Bosscha ITB tersebut, seperti dikutip detikJabar dari lama BRIN.

Sementara itu, Johan Muhamad selaku peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN mengatakan masyarakat bisa mengamati gerhana Matahari dengan aman, yaitu menggunakan teleskop yang dilengkapi filter Matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter Matahari, dan melalui kamera pinhole (lubang jarum).

"Ingat kita tidak boleh melihat Matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus Matahari," tegasnya.

Johan menuturkan bahwa gerhana Matahari dapat menjadi fenomena yang menarik bagi peneliti-peneliti di Indonesia untuk melakukan riset. Terkait gerhana seperti pengamatan korona Matahari, pengukuran efek lensa gravitasi, pengaruh gerhana Matahari terhadap kondisi ionosfer dan atmosfer dan pengaruh gerhana Matahari terhadap perilaku makhluk hidup.

"Gerhana Matahari total 2023 juga dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat Indonesia khususnya anak-anak untuk mempelajari sains. Selain itu gerhana Matahari dapat menarik banyak wisatawan domestik dan mancanegara untuk mengunjungi spot-spot wisata yang menawarkan prospek pengamatan gerhana," kata Johan.

(sud/iqk)


Hide Ads