Jepang dirundung resesi seks. Dampak nyata dari kasus itu banyak sekolah di Jepang tutup.
Dilansir dari detikInet pada Senin (3/4/2023), Jepang mengalami penurunan populasi angka kelahiran bayi terendah. Dengan kondisi itu, sekolah di Jepang banyak tutup karena kekurangan murid tiap tahunnya.
Baca juga: Banyak Wanita Jepang Ogah Punya Anak |
Salah satunya SMP Yumoto. Sekolah itu tutup usai kelulusan terakhir dua siswanya Eita Sato dan Aoi Hoshi. Kedua nama tersebut merupakan dua orang yang lulus dari sekolah yang sudah berusia 76 tahun itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka juga jadi satu-satunya lulusan yang tersisa dari sekolah itu. Bahkan upacara kelulusan mereka terasa hampa di aula.
"Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut," kata Eita yang dikutip detikINET dari SCMP.
Sekolah-sekolah yang tutup itu rata-rata berada di pedesaan. Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah tutup untuk selamanya.
Tutupnya sekolah di pedesaan akan menimbulkan efek berantai, misalnya orang akan semakin malas tinggal di sana karena fasilitas pendidikan berkurang.
Pada tahun lalu, Jepang mencatat hanya ada 799.728 kelahiran di Jepang. Jumlahnya tentu jauh dari angka kelahiran di tahun 1982 yang tercatat hingga 1,5 juta.
Adapun tingkat kesuburan, jumlah rata-rata anak yang lahir dari wanita selama masa reproduksi mereka, telah turun menjadi 1,3 atau jauh di bawah 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi yang stabil. Kematian telah melampaui kelahiran selama lebih dari satu dekade.
Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini
(dir/dir)