Resesi seks di Jepang sudah mencapai tahap yang krusial. Pemerintah Jepang telah turun tangan untuk menangani masalah resesi seks ini. Resesi seks ini berimbas jumlah rumah yang kosong dan terlantar terus bertambah.
Perdana Mentri Jepang Fumio Kishida menjelaskan bahwa angka kelahiran di Jepang yang rendah dan tingginya populasi tidak produktif harus segera diatasi. Pemerintahan Jepang telah membentuk badan khusus untuk menangani masalah ini.
"Jumlah kelahiran diperkirakan turun di bawah 800 ribu tahun lalu," ujar Kishida kepada anggota parlemen dalam pidato kebijakan yang menandai dimulainya sesi parlemen baru, seperti dilansir detikTravel yang mengutip AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus membangun ekonomi sosial yang mengutamakan anak untuk membalikkan angka kelahiran (yang rendah)," tambahnya.
Rumah Kosong di Jepang Telah Mencapai Jutaan
Pemerintah Jepang melalui survei yang dilakukan oleh Perumahan dan Tanah Kementrian Dalam Negeri Jepang pada 2018 mencatat ada 62,4 juta rumah di Jepang. Dan sebanyak 8,49 juta rumah yang kosong tidak ditempati. Sebagian besar rumah kosong berada di daerah pedesaan jepang, sedangkan di Tokyo, satu dari 10 rumah berstatus tanpa penghuni.
Saat ini, Jepang tercapat memiliki jumlah penduduk 125 juta jiwa. Jepang telah lama berjuang untuk mengatasi masalah resesi seks dengan mencari berbagai cara. Tidak hanya itu, negara harus turut berperan untuk memenuhi kebutuan penduduk yang berstatus lanjut usia yang terus bertambah.
Dikutip dari The Asahi Shimbun, jutaan rumah yang tak berpenghuni masih banyak yang layak huni, tidak semuanya rusak parah.
Rumah yang telah lama ditinggalkan penghuninya tercatat sebanyak 3,49 juta rumah. Jumlah itu mencapai 5,6 persen dari total perumahan yang tak dihuni di negara itu. Belum termasuk vila dan rumah-rumah yang memang disewakan untuk wisatawan mancanegara.
Upaya Pemerintah Jepang Untuk Mengurangi Rumah Terbengkalai
Pemerintah telah mengambil berbagai cara untuk mengatasi 'rumah hantu' yang tersebar di berbagai wilayah negeri Sakura ini. Di antaranya, memberikan pajak lebih rendah untuk rumah-rumah itu menjadi sepertenam dari nilai appraisal khusus untuk rumah berukuran 200 meter persegi atau kurang dari itu.
Kebijakan kredit pajak ini diberikan bagi pemilik rumah lama yang tidak terurus dengan baik. Pemerintah meyakini dengan adanya kebijakan perubahan pajak ini akan mendorong pemilik rumah agar dapat memperbaiki atau dengan merobohkan properti mereka.
Tidak Ada Keturunan untuk Mewariskan Aset
Banyak dari para lansia di Jepang yang tidak memiliki keturunan untuk mewariskan aset properti mereka. Ketika generasi ini meninggal, tidak ada yang meneruskan merawat rumah-rumah sampai terbengkalai.
Salah satu konsultan dan peneliti ekonomi di Jepang, Nomura Research Institute memperkirakan sepertiga dari rumah yang ada di negeri Sakura akan kosong pada 2038. Profesor di departemen studi Jepang di National University of Singapore, Chris McMorran, juga mengatakan kondisi di Jepang akan semakin memburuk di masa depan.
Lansia-lansia di Jepang banyak juga yang meninggalkan rumah asli mereka yang berukuran besar dan bertingkat. Hal itu disebabkan faktor usia yang tidak sanggup lagi tinggal ditempat yang besar, dan memilih untuk tinggal ditempat yang minimalis seperti rumah kecil atau bahkan panti-panti di negara itu.
Artikel ini sudah tayang di detikTravel, baca selengkapnya di sini.
(mso/mso)