Mereka yang Tinggalkan Keluarga Demi Rawat 'Jiwa-jiwa yang Hilang'

Mereka yang Tinggalkan Keluarga Demi Rawat 'Jiwa-jiwa yang Hilang'

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 29 Mar 2023 04:30 WIB
Suasana di Panti Aura Welas Asih.
Suasana di Panti Aura Welas Asih (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Suara lantunan ayat suci Al Quran terdengar merdu dari sebuah musik boks berukuran besar. Kala itu, waktu telah menunjukkan pukul 02.30 WIB di Panti Aura Welas Asih (AWA) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Aktivitas panti yang khusus menangani Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu tetap menggeliat meskipun di tengah Ramadan. Hanya jam kerja para Pekerja Sosial (Peksos) sedikit berubah. Waktu berkumpul dengan keluarga di waktu sahur dan berbuka mereka habiskan dengan bergelut di Panti.

"Peksos kalau untuk aktivitas seperti biasa karena di sini kan (penghuni) panti yang puasa sama yang nggak puasa juga ada," kata Leni Nurmayunita, pengurus Panti AWA kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Leni adalah istri dari Deni Solang, pendiri panti sekaligus pejuang jiwa-jiwa yang hilang. Kondisi Deni yang mengalami sakit, membuat Leni berjuang sendirian mengurus panti yang kini berpenghuni lebih dari 200 orang penyandang gangguan kejiwaan.

"Aktivitasnya sedikit bergeser, peksos bergantian seminggu tinggal di panti. Jadi dari mulai pagi sampai subuh lagi. Karena mereka harus mempersiapkan untuk keperluan berbuka puasa kemudian mempersiapkan untuk yang sahur. Alhamdulillah kami jalankan dengan ikhlas, meskipun harus meninggalkan keluarga di rumah," tutur Leni.

ADVERTISEMENT

Leni mengatakan, ada sekitar 50 pasien yang berpuasa. Kebanyakan dari mereka adalah pasien yang dalam kondisi sudah membaik. Ada juga yang berstatus masih dalam tahap penyembuhan namun ikut-ikutan puasa.

"Ada sekitar 50 orang penghuni panti yang menjalankan puasa, taraweh terus sama tadarusan. Ada yang dinyatakan sehat, terus ada yang keinginan sendiri, ada yang juga mereka kan kadang suka ada iming-iming, nanti bukanya ada kolak, ada es buah jadi mereka pada semangat," ujar Leni seraya tertawa.

Pihak panti juga menyiapkan ustaz dan pembimbing selama Ramadan, selain tadarusan aktivitas keagamaan dipertebal selama Ramadan.

"Kita ada ustaz pembimbing, untuk salat lima waktu, tadarusan kegiatan keagamaan diperbanyak selama Ramadan. Karena untuk memenuhi rasa haus penghuni panti akan bimbingan rohani," ujar Leni.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, biasanya semangat kemeriahaan Ramadan sering diikuti para dermawan dan agniya. Beragam bantuan untuk panti mengalir, namun entah kenapa kondisi itu disebut Leni berbeda untuk saat ini.

"Biasanya berapa hari Ramadan ada saja dermawan dan agniya yang datang membantu keperluan panti di sepanjang bahkan di awal Ramadan. Atau ada yang suka berbuka puasa dengan penghuni panti, namun tahun ini belum ada. Mungkin kondisinya berbeda ya," lirih Leni.

"Tahun ini semua keperluan kami sendiri yang berusaha mencukupkan, kondisi panti jatuh bangun. Dari 200 lebih pasien kami memiliki 27 orang pekerja sosial yang tentunya harus kami pikirkan juga, namun saya percaya Allah SWT maha pemberi jalan selalu saja ada jalan ketika kami menghadapi kesulitan," sambung Leni.

Jiwa-jiwa yang hilang itu bersukacita selama Ramadan, sentuhan kasih sayang para pekerja sosial mereka rasakan menggantikan keluarga yang menitipkan mereka hingga kembali pulang berkumpul bersama orang terdekatnya.

"Memanusiakan manusia, sesuai prinsip Pak Deni Solang. Kami menjalankannya dengan ikhlas, dengan tulus semaksimal mungkin dan sekemampuan kami meski dikepung keterbatasan," pungkas Leni.

Suara sirene penanda imsak terdengar dari masjid terdekat, keriuhan di dalam panti terasa. Satu persatu peksos mengarahkan mereka untuk bersiap menjalankan ibadah salat subuh. Kumandang azan menggema, barisan saf diluruskan. Keheningan terasa, mereka larut dalam doa yang dilantunkan.

(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads