Jerit Tangis Mahasiswa dan Sikap Bungkam STMIK Tasikmalaya

Jerit Tangis Mahasiswa dan Sikap Bungkam STMIK Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 28 Mar 2023 07:30 WIB
Mahasiswa STMIK Tasikmalaya menangis akibat penutupan kampus tersebut.
Mahasiswa STMIK Tasikmalaya menangis akibat penutupan kampus tersebut. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Tasikmalaya secara resmi ditutup oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sekitar 800 mahasiswanya kini resah dan menuntut pertanggungjawaban.

Pihak STMIK Tasikmalaya sendiri memilih bungkam kepada wartawan terkait penyebab jatuhnya sanksi berat dari pemerintah kepada perguruan tinggi swasta itu.

Ketua Yayasan STIMIK Tasikmalaya Restu Adiwiyono menolak memberikan komentar kepada wartawan atas masalah itu. "Silahkan tanya ke Plt Ketua STIMIK," kata Restu usai didemo oleh mahasiswanya, Senin (27/3/2023). Selain menjabat sebagai ketua yayasan yang menaungi STMIK Tasikmalaya, selama bertahun-tahun sebelumnya dia menjabat sebagai Ketua STMIK Tasikmalaya.

Jabatan Ketua STMIK Tasikmalaya kemudian dijabat oleh pelaksana tugas (Plt) sejak status STMIK Tasikmalaya dinyatakan dalam status pembinaan selama beberapa bulan lalu, sebelum akhirnya ditutup oleh pemerintah.

Di sisi lain Plt Ketua STMIK Tasikmalaya Rahadi Deli juga enggan mengungkap penyebab sekolah tinggi itu ditutup. "Masalahnya terlalu banyak, kompleksitas. Ditanya saja ke yayasan," kata Rahadi.

Dia juga enggan membeberkan penyebab STMIK ditutup dengan alasan dirinya sudah tak lagi memiliki kewenangan. Dia mengaku bukan lagi sebagai Plt Ketua, karena pasca ditutup status kepemimpinan menjadi demisioner. "Saya tak punya kewenangan, tak lagi menjabat apa-apa. Sudah demisioner karena sudah ditutup, saya dosen biasa sekarang," kata Rahadi.

Namun demikian dari jalannya aksi demonstrasi yang berlangsung dari Senin pagi hingga lewat tengah hari itu, banyak terungkap indikasi pelanggaran yang dilakukan pihak kampus. Salah satunya adalah dugaan penjualan ijazah palsu dengan modus kelas jauh.

Mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi berhasil mengungkap adanya mahasiswa kelas jauh asal Tegal Jawa tengah. Mahasiswa kelas jauh itu ditelepon langsung oleh salah seorang demonstran dan suaranya diperdengarkan secara terbuka.

Mahasiswa bernama Puji warga Tegal itu mengungkapkan keresahannya. Karena dia sudah membayar sekitar Rp 30 juta namun status kemahasiswaannya tak jelas. Bahkan sekedar nomer induk mahasiswa pun tak muncul.

"Kami yang di Tegal semakin bingung, kok tiba-tiba ditutup," kata Puji seraya mengatakan pimpinan STMIK Tasikmalaya kelas jauh di Tegal itu bernama Riyanto.

Ratusan mahasiswa sekolah tinggi manajemen informatika dan komputer (STIMIK) Tasikmalaya menggelar demonstrasi di kampusnya Jalan RE Martadinata Kecamatan Indihiang, Senin (27/3/2023).Ratusan mahasiswa sekolah tinggi manajemen informatika dan komputer (STMIK) Tasikmalaya menggelar demonstrasi di kampusnya Jalan RE Martadinata Kecamatan Indihiang, Senin (27/3/2023). Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Namun keberadaan kelas jauh dan mahasiswa itu langsung dibantah oleh Ketua Yayasan Restu Adiwiyono. "Tidak ada kelas jauh, silahkan tunjukan buktinya," ujar Restu membantah. Bahkan ketika mahasiswa menunjukan kwitansi pembayaran yang dikirimkan Puji, Restu tetap membantah.

Masalah lain yang terungkap dalam aksi demonstrasi itu adalah keluhan seorang alumni yang mempertanyakan ijazah yang sampai saat ini belum terdaftar. Dengan emosional alumni ini menceritakan nasib yang dialaminya akibat kekacauan di kampus tersebut.

Tangis Mahasiwa Pecah

Selain berusaha membongkar semua permasalahan STMIK Tasikmalaya, jalannya demonstrasi mahasiswa juga berkali-kali diwarnai keharuan. Suasana sedih terpantik beberapa kali ketika mahasiswa, orangtua dan alumni menceritakan perjuangan dan harapannya selama ini yang harus kandas akibat STMIK Tasikmalaya ditutup.

"Di mana hati nurani kalian para pengelola STMIK? Akibat ulah kalian yang tidak becus mengurus kampus, harapan kami hancur. Uang habis, waktu habis dan kini nasib kami tak jelas. Orang tua kami habis-habisan membiayai kami selama ini," pekik seorang peserta aksi sambil berlinang air mata. (yum/yum)



Hide Ads