Ratusan mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Tasikmalaya menggelar demonstrasi di kampusnya Jalan RE Martadinata Kecamatan Indihiang, Senin (27/3/2023).
Aksi ini merupakan respons mahasiswa atas penutupan kampus itu oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Kampus dengan mahasiswa lebih dari 800 orang itu secara resmi berstatus ditutup, setelah sebelumnya dalam status pembinaan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jawa Barat - Banten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak pagi hingga siang ratusan mahasiswa melakukan orasi di area kampus, sebelum akhirnya mereka melakukan audiensi dengan Rektor STMIK Tasikmalaya.
Dari audiensi itu terungkap banyak permasalahan yang terjadi di sekolah tinggi tersebut. Mulai dari rumor ijazah palsu, dugaan kelas jauh serta masalah-masalah yang diungkapkan mahasiswa. Mereka seakan menumpahkan semua keluh kesahnya selama ini terhadap pihak kampus.
Mereka yang menggelar aksi tak hanya mahasiswa, sebagian dari alumni dan orang tua mahasiswa juga turut hadir.
Mahasiswa menuntut agar pihak kampus bertanggung jawab atas ditutupnya operasional kampus oleh Kemendikbudristek.
"Kami minta kejelasan dan tanggungjawab dari pihak kampus, bagaimana nasib kami atas penutupan ini. Ini bukti kegagalan dan akibat dari banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan pihak kampus," kata Salman, salah seorang mahasiswa STMIK.
Dia mengaku sangat merugi dengan kejadian ini. "Ya jelas rugi, rugi waktu, rugi biaya bahkan rugi pikiran," kata Salman.
Sementara itu Ketua Yayasan STMIK Tasikmalaya Restu Adiwiyono menolak memberikan komentar atas masalah itu. "Silahkan ke Plt Ketua STMIK," kata Restu.
Sementara itu Plt Ketua STMIK Rahadi Deli justru mengaku dirinya tak memiliki kapasitas menjelaskan. "Saya tak punya kewenangan, tak lagi menjabat apa-apa. Sudah demisioner karena sudah ditutup, saya dosen biasa sekarang," kata Rahadi.
Namun demikian saat ditanya penyebab dari penutupan, Rahadi tak menjelaskan dengan alasan terlalu banyak. "Masalahnya terlalu banyak, kompleksitas. Ditanya saja ke yayasan," kata Rahadi.
Terkait solusi atas penutupan itu dia mengatakan sesuai arahan LLDIKTI, pihaknya akan mengupayakan merger dengan kampus serumpun. "Kami akan upayakan merger, secepatnya," kata Rahadi.*
(yum/yum)