.webp)
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami krisis kendaraan pengangkut sampah. Jumlah kekurangan mencapai 111 unit, sementara yang ada hanya 39 unit.
Idealnya ada 150 unit truk pengangkut sampah untuk mengangkut produksi sampah yang dihasilkan setiap harinya dengan rata-rata mencapai 700 ton lebih.
"Idealnya dibutuhkan sebanyak 150 truk untuk mengangkut sampah yang dihasilkan dengan jumlah 716 ton setiap hari," kata Kepala Sub-Bagian Tata Usaha UPT Kebersihan KBB, Sahria saat dikonfirmasi, Senin (27/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini pihaknya hanya mampu mengangkut maksimal hingga 160 ton sampah yang dihasilkan dari 10 kecamatan yang terlayani pengangkutan sampah.
"Sampah yang dihasilkan jadi ada yang diambil pengepul, pengomposan, magot, bank sampah dengan perkiraan 300 ton. Sisanya lagi itu yang dibuang oleh warga dengan cara dibakar dan dikubur," kata Sahria.
Tak cuma ketersedian armada pengangkut sampah yang masih kurang, kebanyakan truk pengangkut.
"Banyak yang keluaran lama, ada yang dari 1998 masih kita pakai truknya.Pengadaan truk sampah terakhir itu tahun 2018. Ada tiga unit truk dari APBD KBB dengan total anggaran Rp1,2 miliar atau Rp400 juta per unitnya," tutur Sahria.
Seiring dengan bertambahnya permukiman baru di Bandung Barat, selaras dengan peningkatan permintaan pengangkutan sampah dari daerah yang belum terlayani.
"Untuk sementara ditolak karena kalaupun diterima maka tidak akan terlayani oleh armada truk yang ada. Padahal itu potensi buat PAD," ucap Sahria.
Koordinator TPA Sarimukti Riswanto mengatakan dalam satu hari TPA Sarimukti menerima 2000 ton sampah ari kawasan Bandung Raya.
"Ini kan digunakan oleh Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kota Bandung. Dan Kota Bandung wilayah yang paling banyak membuang sampah ke TPA Sarimukti," kata Riswanto.
(dir/dir)
