Setia dengan Stempel Meski Anak Sukses di Perantauan

Serba-serbi Warga

Setia dengan Stempel Meski Anak Sukses di Perantauan

Aura Doa Apriliansyah - detikJabar
Rabu, 22 Mar 2023 03:00 WIB
Anto (62) penjual stempel di Bandung
Anto (62) penjual stempel di Bandung (Foto: Aura Doa Apriliansyah)
Bandung -

Stempel dan Reklame Cipta Abadi itulah yang tertulis di depan gerobak milik Anto (62) yang menjual stempel, angka dan huruf timbul, plakat, plat motor dan mobil yang terbuat dari Stainless, aluminium kuning, dan Akrilik.

Setiap harinya Anto berada di Jl. Sukarno dari pukul 08.00- 17.00 untuk mencari rezeki, Anto sudah menekuni profesi ini dari tahun 1982 berawal dari suka memperhatikan pembuat stempel hingga akhirnya terjun langsung membuka usaha.

Bagi pelanggan yang membeli akan melakukan pemesanan terlebih dahulu terutama orderan barang dengan ukuran yang besar dan banyak tentu saja membutuhkan bahan baku dan waktu yang lumayan untuk proses pengerjaanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kan sistemnya pesen ada yang mau buat huruf timbul buat di sekolah misalnya hurufnya berapa ukuranya segimana itu mempengaruhi harga sama waktu pembuatan," ucap Anto kepada tim detikJabar (15/3/2023).

Setiap pesanan berbeda harga tergantung material dan ukuran, untuk 1 cm barang yang terbuat dari stainless dihargai Anto Rp 6.000. Dalam waktu 2 jam Anto bisa menyelesaikan satu huruf timbul dalam ukuran 20 cm.

ADVERTISEMENT

Dalam satu kali pesanan Anto paling sedikit mendapatkan Rp 50 ribu dan Rp 150 ribu itu pun tidak Anto dapatkan setiap hari, sehingga ia harus pintar-pintar mengelola uang.

"Kalau ada orderan hari ini dapet Rp 150.000 besok belum tentu dapat orderan lagi, ga jarang juga beberapa hari kosong orderan,"

Tetapi hal itu tidak Anto ambil pusing jika rezeki pasti tidak akan ke mana, pertengahan tahun dan akhir tahun menjadi waktu dimana pemesanan berjumlah banyak dari berbagai instansi ataupun perusahaan banyak melakukan pemesanan.

Pada momen tersebut, ia kerap mendapatkan penghasilan hingga Rp 600 ribu. Itu pun ia putar lagi jadi modal, dan sebagian ia berikan kepada istrinya yang setia menunggu di rumah kontrakan di Cibaduyut.

Anto mempunyai 5 anak tetapi sekarang semuanya sudah menikah dan mempunyai kehidupannya sendiri. Ia bercerita bahwa dia sangat menyayangi anak-anaknya. Ia dan istri berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya.

Perjuangan itu terbayar, anak sulungnya mendapatkan beasiswa sampai menengah atas hingga mencapai kesuksesan.

"Alhamdulillah anak pinter-pinter ada yang di permesinan di Kalimantan punya bengkel, rumah, tanah, terus kebun sawit juga dan baik banget sama orang tua," katanya.

Memiliki anak yang berhasil tidak membuat Anto menjadi pemalas walaupun anak-anaknya menawarkan untuk membuat rumah Anto menolak, anak-anaknya pun rutin memberikan kiriman uang kepada Anto tapi dikembalikan.

"Anak pada baik tapi saya tidak mau bergantung sama anak, saya enggak mau jadi pemalas cuma diam aja dan dikasih saya malu," katanya.

Walaupun usia tidak muda lagi, mata sudah buram tapi Anto masih bersemangat untuk mencari nafkah, naik turun dalam usaha itu pasti terjadi tetapi menurutnya adalah seni dan Anto akan tetap berjualan selama masih mampu.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads