Sepatu untuk Teman, Bukti Persahabatan Pelajar SMP Tasikmalaya

Round-Up

Sepatu untuk Teman, Bukti Persahabatan Pelajar SMP Tasikmalaya

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 19 Mar 2023 17:30 WIB
Siswa SMP urunan untuk membelikan sepatu temannya.
Siswa SMP di Tasikmalaya urunan untuk membelikan sepatu temannya. (Foto: Istimewa)
Tasikmalaya -

Yandi Maulana Ibrahim (14), siswa SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya, tak bisa mengutarakan perasaannya saat mendapat sepatu baru dari teman-temannya. Ia tak menyangka, mereka begitu peduli hingga mengumpulkan uang atau patungan untuk menggantikan sepatunya yang sudah jebol.

Momen mengharukan ini berhasil diabadikan dan diunggah ke media sosial. Video itu menyebar luas setelah diunggah oleh akun twitter @tukangsayatkulit. Dalam video berdurasi 27 detik, nampak sejumlah pelajar kelas 8B SMPN 3 Tasikmalaya membelikan sepatu untuk Yandi.

Ekspresi kegirangan dari Yandi sukses menyentuh hati warganet. Terlebih beberapa waktu ini warganet sering dibuat miris dengan aksi perundungan dan bentuk kenakalan pelajar lainnya.

Konten inspiratif yang muncul dari pelajar di Kota Tasikmalaya ini menjadi viral. "Jadi awalnya ada temen aku cowok, bilang ke temen-temen ada temen kita yang sepatunya udah bolong. Terus dia ngajak patungan. Ya udah kita patungan, ada orangtua juga yang nambahin," kata Raisya (14) siswa kelas 8B SMPN 3 Kota Tasikmalaya, Jumat (10/3/2023) saat ditemui detikJabar.

Selanjutnya ada uang yang terkumpul sekitar Rp 217 ribu, lalu dibelikan sepatu via toko online. Motivasi patungan membelikan sepatu untuk teman didorong oleh rasa solidaritas. Dia tidak mengetahui mengenai kondisi ekonomi keluarga temannya itu. Mereka hanya terdorong karena melihat temannya itu memakai sepatu jebol sudah lama. "Kalau itu tidak tahu, kita hanya ingin membantu saja," kata Raisya.

Ditemui di rumahnya, Kampung Ampera RT 02 RW 07, Kota Tasikmalaya, Yandi menceritakan awalnya ia di-prank oleh teman-temannya. "Kan awalnya itu tiba-tiba ada urunan di sekolah, katanya untuk membeli hadiah salah seorang teman di kelas lain yang ulang tahun. Saya juga diminta ikut urunan, saya bayar empat ribu rupiah, habis tuh bekal saya sehari itu," tutur Yandi.

Rupanya itu hanya akal-akalan teman-temannya saja untuk memberi kejutan bagi Yandi. Terbukti pada hari Selasa (7/3/2023), Yandi ceria saat diberi kejutan oleh teman-temannya berupa sepasang sepatu baru.

"Dia pulang ke rumah dengan semringah, katanya diberi hadiah sepatu oleh teman-temannya. Tapi besok-besoknya dia bilang lagi, katanya video viral. Waktu itu saya ikut kaget, tidak tahu viral itu apa, saya pikir ada masalah. Ternyata jadi terkenal," kata Iros (66), nenek Yandi.

Mengetahui dirinya viral, Yandi awalnya ragu untuk menerima wawancara wartawan. Yandi mengaku khawatir, viralnya video itu membuat malu keluarga dan saudara-saudaranya. Bocah ini seakan paham, mengekspose keterbatasan ekonomi rentan dikatakan meminta belas kasihan.

Namun hal itu segera dibantah oleh Iros. Dia mengingatkan agar Yandi berbicara apa adanya dan tak malu oleh keterbatasan ekonomi yang dia alami. "Ceritakan saja apa adanya, ulah era ku dunya, kudu jujur hirup mah (jangan malu sama harta/urusan dunia. Hidup itu harus jujur)," ucap Iros.

Yandi selama ini memang tinggal bersama Iros neneknya, dan Hasanah uwak atau kakak dari mendiang ibunya, yang dia panggil mamah. Di perkampungan padat penduduk, Yandi menjalani hari-harinya di sebuah rumah sederhana di pinggir sungai.

Ibu Yandi, Yayah Rokayah, telah berpulang di usia 35 tahun ketika melahirkan adik Yandi pada 2014 silam. Saat itu usia Yandi masih sekitar lima tahun. Sementara ayah Yandi bernama Dadi Suryadi (47), seorang pedagang siomay keliling. Meski tak tinggal bersama Yandi, tapi selama ini Dadi tetap berusaha keras untuk membiayai sekolah anaknya.

Yandi mengaku tidak mempermasalahkan keterbatasan ekonomi yang dialaminya. Dia tetap bersemangat sekolah. "Uang jajan Rp 10 ribu, ongkos naik angkot Rp 4 ribu pulang pergi," kata Yandi.

Sisa Rp 6 ribu untuk jajan, tentu saja tak cukup bagi anak remaja seusia Yandi. Sehingga tak jarang dia memilih pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Dia mengaku senang punya teman-teman sekelas yang baik dan peduli kepadanya. Dia sering ditraktir teman-temannya yang punya uang jajan lebih.

"Ya sering ditraktir, teman-teman saya baik semua. Banyak orang kaya. Biasanya kalau jajan, saya yang pergi membelinya terus kita makan bersama. Tidak apa-apa, tidak minder, biasa saja. Namanya ditraktir ya harus saling membantu, biar saya yang pergi membelikan jajanannya," tutur Yandi.

Selain itu kalau ada iuran atau keperluan pembayaran di sekolah, tak jarang dia dibantu oleh orang tua temannya. Perilaku yang baik dan pembawaannya yang periang, membuat banyak teman senang bergaul dengannya.

Yandi berkisah sewaktu hari pertama bersekolah dengan sepatu baru hasil patungan teman sekelasnya. Semuanya baik-baik saja kendati aksi urunan itu sudah viral. "Tak ada yang mengejek saya pakai sepatu baru hasil urunan. Malah saya merasa bangga punya teman-teman yang baik. Memang sih, hampir satu sekolah rasanya ngeliatin sepatu yang saya pakai, mungkin karena keren," ujar Yandi sambil tersenyum.

Hasanah, uwak atau kakak dari mendiang ibunya, bukan tak ingin membelikan Yandi sepatu. Namun memang belum ada uang untuk membeli. Yandi pun tengah menabung. Dia menargetkan akan membeli sepatu baru saat Yandi sudah naik ke kelas 9. "Lagi pula untuk urusan sepatu, Yandi memang agak boros. Kakinya jebrag (besar), bayangkan saja anak kelas 2 SMP ukuran sepatunya nomor 45," ujar Hasanah.

Video viral tersebut juga mampu menyita perhatian Ridwan Kamil (RK), Gubernur Jawa Barat. RK menghadiahi dana pendidikan untuk para siswa tersebut. Dalam rilis resminya, RK langsung melakukan video call terhadap siswa SMPN Kota Tasikmalaya itu dari Hotel Mulia Jakarta, Senin (13/3/2023).

"Tadi saya ngasih Rp 25 juta ke siswa SMPN di Tasikmalaya yang menginspirasi iuran beli sepatu buat teman sekolahnya. Setengahnya saya minta ke wali kelasnya (untuk) ngatur jadi program kemanusiaan. Jadi (siswa) dilatih terus berbuat baik," katanya.

RK meminta pihak sekolah untuk mengatur aliran dana tersebut sehingga menjadi kebaikan bersama. Tidak hanya dikelola oleh wali kelas dan guru, kucuran dana bantuan yang diberikan itu akan dikelola juga murid SMPN 3 Kota Tasikmalaya. "Saya modalin, setengahnya silakan diatur oleh anak-anaknya mau apa," ucap Ridwan Kamil.

Selain itu, bantuan juga datang dari pesohor Baim Wong, serta sejumlah dermawan yang memberikan bantuannya. Pihak sekolah menerima banyak bantuan sepatu. Tak kurang dari 60 pasang sepatu diterima pihak sekolah dari berbagai pihak. Sepatu-sepatu itu kemudian dibagikan kepada siswa-siswa lain yang membutuhkan.

Bantuan-bantuan itu didistribusikan kepada murid sesuai dengan amanat pemberi bantuan. Misalnya bantuan Rp 25 juta dari Gubernur Jawa Barat, Yandi mendapat porsi terbesar yakni Rp 10 juta.

"Kemudian untuk Zaky dialokasikan sebesar Rp 2 juta, dia juga merupakan anak yang tidak mampu," kata Kepala SMPN 3 Kota Tasikmalaya Budi Rosakaryana, Rabu (15/3/2023).

Zaky Nurfarizi adalah siswa dari kelas lain, kelas 8C. Ia tergolong siswa yang tidak mampu. Ibunya saat ini dalam keadaan sakit akibat depresi. Sementara bapaknya kabur dan menghilang sejak dia masih bayi. Sehari-hari Zaky tinggal bersama kakeknya yang berprofesi sebagai sopir becak motor dan neneknya seorang ibu rumah tangga.

(aau/iqk)


Hide Ads