Ada yang unik saat menelusuri sepanjang Jalan Japati nomor 1, Sadang Serang, Bandung, tepatnya di sebelah kantor provider. Sebuah sepeda disulap menjadi tenda dengan ditutup plastik berwarna putih. Tenda buatan ini, rupanya menjadi tempat Bayu (49) bernaung.
Pria asli Bandung ini sehari-hari berprofesi sebagai tukang semir sepatu. Sejak pagi, ia berkeliling menawarkan para pegawai yang sedang makan siang untuk dibersihkan sepatunya.
Motivasi untuk hidup mandiri dan tak ingin menyusahkan saudaranya, ia memilih untuk merakit sendiri tempat tinggalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Adik saya ada tempat tinggal di deket Pasar Sadang Serang. Tapi saya tinggal di sini, karena untuk mengejar waktu ya teh karena kan lumayan juga ke sini agak jauh butuh waktu. Jadi ya udah aja, alhamdulillah cukup tidur di kayu yang saya rakit, enggak bergantung dengan orang lain juga," cerita Bayu ditemui detikJabar Senin (13/3/2023) kemarin.
Beberapa papan kayu, ia rakit menjadi sebuah papan yang cukup lebar dan panjang untuk menopang tubuhnya agar ia bisa tidur. Sementara dua roda sepeda, sisa papan, dan pohon besar di trotoar jalan, jadi penyangga agar sepeda tersebut bisa menjadi 'kaki kasur'.
Semangat pria lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) 3 Bandung ini patut diacungi jempol. Benda bekas apapun bisa disulap untuk menunjang kehidupannya.
Sebuah gawai yang ia kantongi, difungsikan untuk melihat waktu dan kalender. Saat baterainya habis, ia mengisi daya gawai dengan bantuan dinamo yang disambungkan dengan roda sepeda.
![]() |
Bayu dengan senang hati menunjukkan tenaga listrik buatannya tersebut. Pertama-tama, ia sambungkan kabel dengan sebuah lampu kecil.Jika lampu menyala, berarti dinamo masih berfungsi dengan baik.
"Nah, jadi dari barang bekas ini ya saya jadikan dinamo. Teorinya hanya sederhana, semakin besar rodanya dan semakin kecil media yang digerakkan, maka tenaganya akan semakin besar. Tadi kan sudah nyala, sekarang kita sambungkan ke aki," jelasnya sambil menunjukkan dua botol aki berukuran kecil.
"Nantinya ini bisa untuk charge HP sambil terus diputar rodanya. Kira-kira menghasilkan 12 volt/5 watt, sampai HP penuh ya kurang lebih butuh waktu 30-45 menit," lanjut Bayu dengan antusias.
Setelah baterai penuh, gawai miliknya dimasukkan ke sebuah kantong plastik agar terlindung dari hujan dan panas.
Selain untuk melihat waktu, ia juga gunakan gawai tersebut untuk belajar bahasa Inggris. Bayu benar-benar memanfaatkan segala pengetahuan yang pernah didapatkan. Ia mampu merakit dinamo berbekal ilmu kelistrikan dari kakaknya dan mata pelajaran di SMP dan STM.
Sementara, sebelum ia kembali ke Bandung, ia menyambung hidup sebagai seorang tour guide. Biarpun kini sudah banting setir menjadi tukang semir sepatu, bahasa Inggris hingga saat ini masih ditekuni.
"Dulu saya suka nganter turis teh yang suka turun dari kereta. 'Excuse me sir, what are you looking for? Losmen, Motel, yes I know this place' gitu. Dulu saya 1992 lulus STM langsung ke Denpasar. Saya enggak nyari uangnya, tapi saya mau belajar bahasa Inggris langsung jadi telinga terlatih, ngomong langsung juga terlatih," kenangnya.
"Sampai akhirnya krisis moneter, turis jarang ditemui di Bali. Jadi saya balik ke Bandung, jadi tour guide sebentar di stasiun-stasiun kemudian nyemir sepatu. Masih belajar terus bahasa Inggris karena katanya bahasa Inggris kan penting ya, sama memang membantu sekali kalau ada informasi di TV atau di jalan saya jadi tahu artinya," imbuh Bayu.
Kegigihannya dalam hidup mandiri dan memanfaatkan segala kemampuan membuatnya viral di Twitter. Dalam unggahan akun @outstandjing, cuitannya sudah dilihat 2.3 juta orang.
Berkat viral mendadak, banyak orang yang menghampirinya dan tak sedikit yang memberi bantuan. Bayu menjelaskan, alat dinamo miliknya memang hanya digunakan untuk dirinya sendiri. Ia tidak menerima jasa isi daya untuk orang lain.
![]() |
Namun, ia bersedia membantu untuk merakitkan alat jika ada yang membutuhkan.
"Kalau ada yang butuh, saya tanya dulu punya barang bekas sebagai materialnya tidak. Kalau tidak punya, saya antarkan ke Cikapundung untuk beli bahan, mungkin mahal kalau harus beli. Saya rakitkan dan saya ajari bagaimana perbaikannya kalau alat rusak, tidak ada biayanya yang penting bisa digunakan dengan baik dulu," terang Bayu.
Meski hidup pas-pasan, ia tak henti bersyukur dan selalu mengucap 'Alhamdulillah'
. Bahkan, ia tetap ingat menyisihkan sedikit rezeki yang dipunya untuk dimasukkan dalam kotak amal.
"Alhamdulillah setiap ada rezeki, dimana saya dapat di sini rezekinya saya masukkan ke kotak amal masjid terdekat. Alhamdulillah dengan cara itu, Allah itu kadang ya ada aja, selalu ada aja yang nyemir sepatu atau ngasih bantuan. Alhamdulillah," ungkapnya dengan berbinar-binar.
Bayu tak berharap banyak. Dalam setiap langkah hidupnya, ia hanya berharap selalu memperoleh restu dari Sang Pencipta.
Semangat dan cara Bayu bertahan hidup, hendaknya jadi motivasi untuk banyak orang agar selalu bangkit dan memanfaatkan segala kemampuan yang dimiliki.
(aau/yum)