Makan Tak Pakai Sendok, Wim LB Smeet: Geuleuh Awal-awal, Tapi Ngeunah

Makan Tak Pakai Sendok, Wim LB Smeet: Geuleuh Awal-awal, Tapi Ngeunah

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Sabtu, 11 Mar 2023 12:30 WIB
Wim LB Smet, bule Belgia yang piawai bahasa Sunda.
Wim LB Smet, bule Belgia yang piawai bahasa Sunda (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar).
Pangandaran -

Tidaklah mudah bagi Wim LB Smet atau Wim Adam Smet, bule Belgia saat harus beradaptasi di lingkungan orang Sunda.

Selain harus mempelajari Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda, Win mengalami culture shock saat berbaur dengan tetangga dengan kebudayaan setempat.

Han Dianingsih istri Wim mengaku, pernah dibuat pusing karena suaminya yang belum terbiasa beradaptasi dengan budaya setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalnya dia habis dari warung, ada warga yang bertanya basa-basi. Dia suka marah. Karena budaya di sana urusanmu-urusanmu, urusanku-urusanku. Suka pusing sendiri dia karena orang sini basa-basi. Sudah tau saya dari warung malah ditanya. Gitu kata dia," ucap Han kepada detikJabar saat ditemui belum lama ini.

Ia mengatakan sempat kaget saat warga dengan mudahnya datang ke rumah tanpa janjian dulu, bahkan makan.

ADVERTISEMENT

"Kalau di sini kan mengajak orang makan di rumah itu hal biasa. Tapi menurut dia aneh. Karena di Belgia itu orang datang ke rumah itu harus janjian dulu," ucapnya.

Selain itu Wim merasa aneh saat di Pangandaran begitu banyaknya acara hajatan atau syukuran warga.

Menurut Wim pesta pernikahan di Belgia mayoritas dilakukan secara intimate atau hanya hadir pihak keluarga dan rekan dekat.

"Kalau di sini selalu banyak pesta, apalagi hajatan tuh tiap hari pasti ada aja. Kalau di Belgia orang datang ke pesta atau hajatan itu bisa dihitung jari. Karena di sana pesta pasti intimate, keluarga dan rekan. Kalau di sini undangan harus satu desa," kata Wim.

Kendati demikian, kata Wim, prosesi hajatan di Pangandaran banyak macamnya. "Misalnya ada istilah ngariung, saya kira kumpul biasa ternyata doa bersama," ucapnya.

Saat ini Wim sudah mulai terbiasa dengan adat kebiasaan warga setempat yang sempat dianggapnya aneh.

"Hanya saja baiknya kalau budaya Sunda itu someah (ramah), mereka mudah senyum. Kalau di Belgia mengangkat tangan say hello saja dengan tetangga wah sudah merasa dekat. Karena mereka cuek dan sangat privat," katanya.

Adapun yang membuat aneh bagi Wim adalah cara makan orang Sunda yang selalu tanpa sendok makan.

"Sempat jijik karena makan tanpa sendok, geuleuh (jijik) lah pokokna awal-awalnya tapi ngeunah (enak)," ucap Wim sambil sedikit agak tertawa.

Wim mengaku senang mempelajari budaya Sunda yang penuh tatakrama dari mulai bahasa hingga pengucapan kata ada untuk orang dewasa, orang tua dan anak-anak.

(mso/mso)


Hide Ads