Cara Wim LB Smet Bule Belgia di Pangandaran Belajar Bahasa Sunda

Cara Wim LB Smet Bule Belgia di Pangandaran Belajar Bahasa Sunda

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Jumat, 10 Mar 2023 13:00 WIB
Wim LB Smet dan istrinya.
Wim LB Smet dan istrinya. (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Mempelajari Bahasa Sunda bagi warga Jawa Barat umumnya bukan hal sulit. Namun apa jadinya jika warga negara asing (WNA) mempelajari Bahasa Sunda?

Di Pangandaran, ada sosok WNA asal Belgia yang fasih berbahasa Sunda. Pria berusia 53 tahun itu mempelajarinya dalam kurun 5 tahun.

Wim tinggal di Pantai Batukaras, Cijulang, Kabupaten Pangandaran, tepatnya di sebuah homestay yang berada di samping Sungai Cijulang. Ia menikah dengan perempuan Parigi dan tinggal di Batukaras sejak tahun 1999.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sana ia mulai menjalani berbagai aktivitas kehidupan pada tahun tersebut. Semula, Wim masih bolak-balik Belgia karena menggunakan visa Kitap (Kartu Izin Tinggal Tetap) yang mengharuskan lapor setiap 5 tahun sekali.

"Belajar Bahasa Sunda itu memang hese (susah) karena ada kalimat yang disampaikan untuk orang dewasa dan anak bisa beda," kata Wim kepada detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Ia mengaku mempelajari Bahasa Sunda saat itu menggunakan bahasa isyarat. Kata yang ingin dihapalkannya diungkapkan dengan gerakan. Misalnya saat ingin tahu Bahasa Sunda untuk makan, ia memperlihatkan gerakan makan.

"Kan dulu belum ada Google Translate, misalnya istri sambil mempraktekan dengan membawa makan sambil mengucapkan bahasa Sunda. Contohnya, neda, tuang, emam bahasa baik, dan yang kasarnya nyatu, dahar, madang eta kasar," ucapnya.

Wim LB Smet, bule Belgia di Pangandaran yang piawai bahasa Sunda.Wim LB Smet, bule Belgia di Pangandaran yang piawai bahasa Sunda. Foto: Istimewa

Wim juga menceritakan saat pertama kali mengenal istrinya yang tidak terlalu fasih bahasa Inggris. Sehingga ia kerap berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

"Iya lucu, waktu itu istri saya kurang baik bahasa Inggrisnya, selama komunikasi selalu pakai isyarat. Untungnya saya cepat mempelajari bahasa Indonesianya," kata Wim.

Menurut Wim, komunikasi dengan isterinya terkadang salah paham dan salah arti. Apalagi ada istilah-istilah yang baginya asing.

"Saya ingat dulu waktu istri bilang malam Minggu ke rumah, saya pikir memang Minggu malam. Lah saya salah paham, ternyata Sabtu malam kalau di sini disebutnya malam mingguan," ungkap Wim sambil sedikit tertawa.

Bagi Wim, sebagai orang asing, mempelajari bahasa Sunda harus memahami dulu Bahasa Indonesia. Sebab hal itu jadi kosakata dasar untuk berlanjut mempelajari Bahasa Sunda.

Sementara karena piawai berbahasa Sunda, ia cukup sering menggunakan bahasa itu bagi tamu yang datang ke homsestay yang dikelolanya, khususnya orang Sunda. Hal itu membuat ia bisa berbaur dan lebih mudah berkomunikasi.

"Karena kosakata dasar bahasa Sunda yang umum harus bisa bahasa Indonesia. Kalau sekarang sudah lumayan bisa komunikasi dengan tamu saya yang berasal dari Bandung sampai bisa bercanda," ucapnya.

(yum/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads